Thursday, April 6, 2017

iam

Izinkan Aku Mencintainya Judul Cerpen Izinkan Aku Mencintainya Cerpen Karangan: Linggom Nababan Kategori: Cerpen Cinta Dalam Hati (Terpendam), Cerpen Kristen Lolos moderasi pada: 3 April 2017 Malam ini rasanya mataku begitu sulit untuk dipejamkan. Aku tak tahu apa sebabnya. Mungkin karena aku sudah tak sabar menantikan hari esok dan menyongsong Natal untuk yang kesekian kalinya di tempat ini. Waktu menunjukkan jam 02.00. Kebosanan semakin melanda diriku. Aku beranjak dari kamarku menuju ruang tengah dan menghabiskan waktu untuk menonton TV. Lama aku menatapi TV hanya untuk menghabiskan waktu semalam hingga aku tertidur. Mimpi yang aneh mewarnai tidurku malam ini. Apa mungkin karena aku sudah lama tidak merasakan nikmatnya cinta? Entahlah. Yang aku tahu rasa cinta tumbuh dalam hati ini. Tapi aku tak tahu cinta untuk siapa. “Aneh..” pikirku dalam hati. Keesokan harinya aku harus dibangunkan oleh suara berisik di dalam rumah. Akh… aku benci hal seperti ini. Tapi aku harus mampu menerima takdir yang sudah dituliskan untukku kalau aku memang harus menderita. Aku tahu hari ini Hari Natal dan semuanya libur. Maka aku melanjutkan mimpi yang terpotong, tapi aku tak mampu untuk menyambungnya. Benar-benar menyebalkan jika aku harus kehilangan mimpi indah yang membuatku seperti berada di atas langit walaupun hanya dalam mimpi. Malam itu aku merasakan nikmatnya cinta dari seorang wanita yang belum pernah aku kenal sebelumnya. Rasanya aku telah memiliki bumi ini bersamanya. Aku seperti ingin terbang ke langit dibuatnya walaupun semua itu hanyalah mimpi indahku malam ini Jam 12.00, aku tersadar dari mimpi yang menyiksaku dalam khayalan yang selama ini kudambakan. Aku segera bersiap untuk beribadah Natal di Gereja. Kau tahu kawan? Aku takut mengatakan ini tak berguna karena aku takut dikutuk oleh sang pencipta. Aku juga bukanlah seorang Kristen yang baik. Terkadang aku juga tak mempercayai tentang kehadiran Tuhan di setiap titik hidupku. Siang hari jam dua enam belas, aku tiba di gereja dan mendapati suatu keterlambatan. “Katanya masuk jam dua. Tapi jam segini kok belum ada orang? Dasar orang Indonesia” pikirku dalam hati “Kalau tidak terlambat, bukan Indonesia namanya” sambungku lagi Aku sungguh menyesali keterlambatan ini. Aku hanya bisa duduk dan menunggu di kursi Gereja. Rasanya aku sudah sangat bosan di sini dan ingin pulang, tapi takdirku menahanku supaya aku tetap ada di sini menunggu sesuatu. Terlambat setengah jam, baru pas untuk Indonesia. Jam setengah tiga, hamba TUHAN tiba di Gereja dan segera memulai acara Natal hari ini. Ada beberapa hal yang membuatku merasa sangat merasakan sukacita yang mendalam saat ini. Ya… harus kuakui kalau aku sangat senang melihat kursi-kursi itu terisi penuh semuanya. “Terima kasih TUHAN karena kau telah mengirimkan umat-Mu untuk datang mengisi kursi kosong ini. Amin.” Ujarku dalam hati Selain itu, ada hal lain yang membuatku bersemangat kali ini. Aku melihat sosok yang begitu cantik menjadi pelayan TUHAN dan membawakan lagu pujian selama acara belangsung. Awalnya aku hanya melihatnya biasa saja walaupun aku terpesona dengan kecantikannya pada pandangan pertama. Aku tak ingin mengenalnya lebih jauh karena aku takut rindu padanya jika kami tak lagi bertemu. Namun, semakin aku memperhatikannya, rasanya aku semakin ingin mencintainya di dalam tuntunan TUHAN karena kulihat dia adalah seorang yang taat beragama. Perasaan tak karuan semakin bergejolak dalam dada. Aku merasa tak pantas untuknya karena aku bukanlah orang yang taat. Aku takut menjadi virus baginya. Tapi aku tak bisa membohongi diriku sendiri kalau aku mulai mencintainya dan ingin memilikinya. Sebenarnya aku tak tahu dia berasal dari mana, tapi kemudian aku mengetahui kalau dia beribadah di Gereja yang sama denganku karena kulihat dia pulang bersama dengan sebuah keluarga dari jemaat kami. Dan kuketahui pula kalau mungkin dia akan datang pada saat ibadah hari minggu lusa. Aku akan mencoba untuk datang ke Gereja lusa supaya bisa melihatnya lagi hanya untuk sekedar melepas rindu yang telah diukirnya dalam hati ini.

No comments:

Post a Comment