Wednesday, April 5, 2017

jawa

Terima Kasih Untukmu Judul Cerpen Terima Kasih Untukmu Cerpen Karangan: Ade Malisa Putri Kategori: Cerpen Cinta Sedih Lolos moderasi pada: 5 April 2017 Pagi seperti biasanya aku dan nenek mulai mempersiapkan bahan jualan gado-gado. Ketika itu seorang lelaki tampan hendak membeli gado-gado dengan ketampannya terpesoananya aku dengan ketampananya. Iya.. iyalah terpesona aku dengannya, ketampanannya mengalahkan artis papan atas bahkan mengalahkan artis Rafi Ahmad. Terbata-bata ketika aku hendak pamit ke sekolah karena magnet ketampanannya membuat aku terhanyut. “Nenek aku berangkat ke sekolah dulu ya” kataku kepada nenekku sambil menggerai-geraikan rambut ikal panjangku, agar terlihat seperti putri salju di hadapanya. Namun ternyata Lelaki pemuda itu hanya diam bahkan tidak memberikan seuntaian senyuman manis padaku. Maksud hatiku hendak tebar pesona di hadapan lelaki tampan itu, malahan aku dikacangin. “Aduh.. sakit” kepalaku menghantam pintu warung. “makanya hati-hati loli”, Kata nenek dengan tertawa. Aku dan temanku menceritakan kejanggalan-kejanggalan yang ada di dalam hatiku, dan ternyata guru kepala sekolahku datang dengan membawa seseorang lelaki yaitu lelaki tampan yang membeli gado-gado nenek. Disaat kepala sekolah membawa lelaki tampan itu, kepala sekolah menyuruh memperkenalkan dirinya di depan kami semua. Lelaki itu mulai memperkenalkan dirinya “perkenalkan nama saya Roni, saya pindahan dari jakarta saya pindah karena orangtua saya pindah dinas.” Kata lelaki itu di depan kelas. Jantungku mulai berdebar kencang disaat Roni lewat di sampingku dan duduk di belakangku. Aku hanya tersipu malu hingga melayang-layang di udara dan mengingat kejadian sewaktu dulu ketika keningku menghantam pintu warung gado nenek, diriku takut jangan-jangan ia menertawakan aku. “aduh aku malu kalau dia ingat aku menghantam pintu warung nenek dengan kepalaku.” Pikirku. Aku dan seluruh perasaanku mulai berdebar kencang. Aku dan lelaki tampan itu belum saling kenal. Aku dan lelaki tampan itu mengikuti pelajaran. Merasa penasaran aku menanyakan lelaki tampan itu kepada nenekku. “nenek tau tidak cowok yang tinggal di simpang jalan itu.” kataku kepada nenekku. Nenek hanya tersenyum dan Cuma bilang “tidak loly”. Aku terdiam dan mengangguk-anggukkan kepalaku untuk menghilangkan rasa gerogiku. “Ya sudah nek, loly ke dalam dulu ya”. kataku pada nenek. Ketika Aku membantu nenek, aku berharap lelaki tampan itu datang menghampiri warung nenek aku lagi. Ohhh dan ternyata lelaki itu benar-benar menghampiri warung nenekku. “nek saya beli lima bungkus gado-gado dua pedas dan tiga sedang.” kata lelaki tampan itu. Nenek aku menyuruh aku membuatkan gado-gado untuk lelaki tampan itu karena nenekku sudah lelah dari pagi hingga sore pelanggan ramai menghampiri warung nenekku. Aku membuatkan gado-gado yang dipesan lelaki tampan itu. Dengan hati berdebar-debar kencang dan timbul rasa malu, dengan tidak sadar aku menggiling cabe rawit segenggam tanganku. Setelah tergiling baru aku tersadar. Sudah terlanjur aku lanjutkan menggiling cabe rawit itu, hitung-hitung rasa sepesial lah untuknya. “nenek gado-gado tadi salah nek, saya memesan gadonya gak pedas.” Kata lelaki tampan itu. “mati aku” kataku dalam hati. Nenek yang hanya tercengang dan mengulang kembali pesanana lelaki tampan itu. Aku hanya tersipu malu dan mondar-mandir agar rasa grogiku hilang saat di hadapannya. Dan saat aku melihatnya ternyata lelaki tampan itu melihat diriku memandang diriku. “waduuh… dia memandang diriku.” Pikirku. Aku hanya bisa tersipu malu. Saat aku tersenyum padanya ternyata lelaki tampan itu tidak membalas senyumanku. “yaaah… gak ada balasannya, kecewa diriku.” Pikirku. Lelaki tampan itu lantas pergi dan membayar pesananya kepadaku, ya iyalah lelaki itu menghampiriku karena aku duduk di kasir warung nenekku. Dengan tangan gemetaran aku menerima uang dari lelaki tampan itu dan menggembalikan uang dengan tebar pesona di hadapannya. Hmmm.. senangnya diriku ketika pangeran kuda putih membalas senyumanku meski cuma hanya sebatas kasir dan pembeli. Sore harinya aku dan nenek menutup warungku yang berada di seperempatan jalan itu. aku dan nenek membereskan warungku yang kotor. Setelah aku selesai menolong nenek, aku langsung pergi mandi untuk membersihkan badanku yang bau keringat. Malamnya kakak meneleponku dan menanayakan keadaanku dan nenek. Setelah aku berjam-jam berbincang-bincang via ponsel dengan kakak, dengan tidak sengaja terlihat lelaki tampan itu memainkan gitar di pekarangan rumahnya bersama dua lelaki muda, yang mana aku tidak mengenal lelaki muda itu. Hatiku semakin terpesona dengan dirinya. Waaah, semakin gila saja ketampananya, siapa coba tak terpesona dengan dirinya sudahlah tampan, pintar lagi memainkan senar gitar apalagi ditambah dengan suara yang berkhas Bas nan merdu. Alamak, bukan main rasanya hati ini ingin memperkenalkan diri padanya. Setelah lama dia bergitar, dia masuk ke dalam rumahnya, aku pun juga masuk dalam rumah nenekku karena saat itu rintikan hujan mulai membasahi dedaunan, tak masalah bagiku walaupun hujan gerimis maupun deras aku tak pedulilah karena sesosok pria idamanku telah berada di depan mata. Di sekolah aku duduk dengan rapi dengan rambut yang dikepang dan memakai kaca mata putih kesayanganku. Bel berbunyi menandakan waktu masuk, lelaki tampan itu tidak masuk-masuk juga. Aku heran kenapa dia belum masuk-masuk juga. Tidak lama kemudian datang surat dari guru piket yang ternyata surat itu punya lelaki tampan itu. Aku baru ingat kalau lelaki tampan itu pergi dengan ibunya tadi pagi. Dengan sedikit risih aku duduk dan mendengarkan guru yang menerangkan pelajaran, biasanya aku lebih aktif sekarang aku tidak aktif lagi karena orang yang aku suka tidak datang. Sepulang sekolah aku membantu nenek bejualan di warung gado-gado. Sedikit mencuri pandang ke arah jalan sambil melirik rumah lelaki tampan itu yang berada di depan warungku. Aku tidak melihat lelaki tampan itu lagi dan aku juga tidak mendengar suara pesanannya yang bisanya dia memesan lima bungkusan gado-gado. “nek saya pesan gado-gado lima bungkus.” Terdengar suara lelaki yang memesan gado-gado yang biasa terdengar pesanan. Dengan hati yang senang aku keluar dari belakang untuk melihat suara lelaki itu. Ternyata yang memesan gado-gado itu bukan si tampan, tetapi lelaki muda yang duduk dengan lelaki tampan pada malam kemarin. Denagan berpura-pura tidak tau, aku mengajak lelaki muda yang sedang menunggu pesanan itu berbicara padahal aku hanya menanyakan lelaki tampan itu. “baru ke sini kak.” Kataku kepada lelaki muda itu. “ya dek, biasanya yang sering mesan gado-gado ini adiknya kakak.” Kata lelaki muda itu kepadaku. Lantas aku bertanya kepada lelaki muda itu. “adik kakak sekarang di mana kak, kenapa tidak dia saja yang memesan kak.” Kataku tanpa malu-malu. “ohh adik kakak sekarang di rumah sakit dek” kata lelaki muda itu. Tidak lama kemudian pesanan yang dipesan lelaki muda itu selesai lantas membayar pesanannya kepada aku. Aku menerima uangnya tetapi hatiku tetap bertanya-tanya. Satu minggu aku tidak melihat batang hidung lelaki tampan itu. “nek biasa nek, lima gak pedas dan gak manis, lima bungkus.” Terdengar olehku suara lelaki yang memesan gado-gado nenekku. “mmm itu hanya pelanggan nenek yang lain saja.” Kataku dalam hati. Tak sengaja aku melihat di kaca warung nenekku ternyata yang memesan gado-gado itu lelaki tampan itu. Aku berlari untuk duduk di depan kasir warung nenekku. Aku berpura-pura mencoret-coret buku yang ada di depanku. Lelaki tampan itu membayar pesanannya dan aku mengembalikan uangnya “ni kembaliannya.” Kataku kepadanya dan tersenyum manis untuk menarik perhatiannya. Aku senang bisa ketemu dia. Meski kami sekelas tetapi tidak saling kenal dan dekat. Akhirnya aku dan dia bertemu di suatu mini market dan tidak sengaja aku menjatuhkan barang belanjaan lelaki tampan itu dan aku meminta maaf kepadanya. Dengan gemetaran aku langsung mendekatkan diriku kepada lelaki tampan itu. “maaf kalau boleh tau kamu lelaki yang sering membeli gado-gado nenek aku kan dan sekolah di Adabiah?.” tanya dan sapaku sambil bersalaman dengan hati yang berdebar kencang. Lelaki tampan itu menjawab dengan nada yang lembut yang membuat aku semakin terkagum dengan kelembutannya. Iya, “oh kamu cucu nenek yang jualan gado-gado di seperempatan jalan itu kan?.” tanya lelaki tampan itu kepadaku. Lantas aku menjawabnya. “i…ya aku cucu nenek yang jualan gado-gado, aku juga teman sekelas denganmu.” Kataku sedikit lega yang dari tadi gemetaran. Setelah lama kami berbincang, datang lelaki muda yaitu kakaknya. Kakaknya berkenalan juga denganku dan menanyakan namaku. “aku bernama Loli.” Kataku kepada lelaki muda itu. Dengan lama berbicara aku pun pamit untuk membayar barang belanjaanku. Aku terdengar lelaki muda itu menyebut nama aku, entah apa yang disebutkan aku tidak tau, yang aku tau mereka menyebut namaku. Esok pagi sebelum berangkat biasanya aku mempersiapkan jualan gado-gado nenekku sekarang tidak karena nenekku tiba-tiba tidak enak badan. Aku berpamitan dengan nenekku, secara tidak sengaja aku sama-sama berangkat sekolah dan aku ditumpangi denagan motor lelaki tampan itu. Aku senang bisa berangkat ke sekolah dengan lelaki tampan yang aku sukai selama ini, hingga terasa aku bagaikan putri yang dibonceng dengan seorang pangeran berkuda putih. Di perjalanan aku banyak mengambil kesempatan, aku pandang ia di kaca spion motor ninja merahnya, oohhh, ketampanannya melelehkan aku yang biasanya membeku seperti batu es. Dengan lelehan ini Sampai-sampai aku tak sadar telah samapai di pakiran sekolah. “makasih ya.” Kataku kepada lelaki tampan itu. Lelaki itu menggandeng tanganku.. “OMG… dia menggenggam tanganku, apa aku lagi bermimpi?.” kataku dalam hati. Dia juga mengajak aku ke toko buku sehabis pulang sekolah untuk membeli resep masakan. Entah apa yang ada dalam pikiranku saat itu aku tidak tau, yang penting aku dan dia bisa berjalan berduaan. Cukup senanglah diriku berada di dekat pangeran. Waw… sangat berbunga-bungalah persaanku ini, terasa aku ingin terbang ke langit bersama buru-burung. Setiba di toko buku aku dan dia masuk ke dalam dan mencari buku resep makanan itu ternyata resep yang dicarinya itu resep cara membuat kue kukus. Aku hanya heran kenapa seorang lelaki membeli resep kue kukus. Tapi aku hanya diam dan melihat-lihat resep kue yang lain sambil mencuri pandanganku padanya. “maaf ya aku bawa kamu ke sini, aku hanya disuruh sama mamaku membeli resp kue ini.” Katanya kepadaku. Aku tersenyum dan mengangguk-anggukan kepalaku dan hanya memberikan kata “ya, gak perlu mintak maaf, biasa aja kali Roni”. Sorenya aku dibawa ke rumahnya, entah mimpi apa aku semalam aku tidak tau, yang jelas aku bisa berduan dan bisa akrab denagannya. “mama perkenalkan ini teman Roni sekelas dan rumahnya di warung nenek gado-gado di seperempat jalan itu.” katanya kepada calon mertuaku. Aku tersenyum dan bersalaman dengan mamanya. “oh ini wanita yang kamu bicarakan itu dek? Eh.. maaf.” Kata mamanya dengan tidak sadar. Entah apa yang dibicarakan Roni kepada mamanya tentang diriku aku mana tau, aku hanya tersenyum dan mengajak orang tua Roni berbicara. Hari pun sudah malam, aku pun diantarkan Roni pulang sampai depan rumahku dan langsung berpamitan pulang dengan nenek. Esok harinya aku mulai mempersiapkan jualan gado-gado nenekku. Dan tidak biasanya Roni si tampan itu tidak membeli gado-gado nenekku dan aku juga tidak melihat lelakai tampan itu dihari ini. Lelaki muda itu mengajak aku berbicara. “ohy dek.. Roni pesan dia bilang kalau Roni tidak bisa pergi barsama lagi karena… sudahlah lupakan.” Kata Aweng si kakanya Roni kepadaku. Aku menjawabnya dan aku menayakan keberadaan Roni si tampan itu. “ya kak. Gakpapa, emangnya Roni kemana kak?.” kataku kepada kakak Aweng. Tidak sempat menjawab, pesanan lelaki muda itu selesai. Lelaki muda itu tidak menjawab pertanyaanku. Aku semakin penasaran yang terjadi dengan Roni si tampan itu. Esok paginya seperti biasa aku dan nenek mempersiapakan jualan, setelah menolong nenek aku pamit berangkat ke sekolah. Setelah pulang sekolah Roni mengajak aku pergi ke kafe dekat sekolahku, aku tidak menolaknya. Dengan tidak malu-malu aku menanyakan kepada Roni si tampan itu kemana dia kemarin. Bukan dijawab malah Roni mengajak aku pulang, semakin penasaranlah aku dengannya. Aku pun mengikuti permitaannya. Sepanjang jalan aku diam tanpa kata dan menjawaab pertanyaan-pertanyaannya dengan singkat. “Tumben kamu jawabnya singkat, kamu marah ya? baiklah aku akan jujur kepadamu Loli”. Sambil menggenggam tanganku. Dan akhirnya, dia menceritakan semua yang ada pada dirinya kepadaku. Bahwa Roni tampan itu ke rumah sakit untuk melakukan cuci darah karena ia terkena penyakit kanker otak stadium tiga. Aku terkejut mendengarnya, seperti bomerang yang menghampiriku dan terasa menancap di jantungku dan air mataku secara tidak sadar menetes di pipiku secara perlahan. Aah, kenapa ini terjadi pikirku saat itu, namun tetap penyakit yang diderita Roni tidak mengurangi rasa cintaku kepadanya. Bagaimanapun keadaannya ia tetap lelaki idamanku Setelah lama kami berbicara, Roni tampan itu menggenggam tanganku. “apa kamu masih mau bertemanan denganku.” Katanya kepadaku dengan suara lemah dan pucat. “Sebenarnya awal bertemu denganmu aku sudah jatuh cinta pandangan pertama kepadamu loly” katanya dengan memberiakanku senyuman pucat dan tidak melepaskan genggaman tangannya, dia tetap menggenggam tanganku erat seolah ia tidak ingin pisah denganku. Sungguh terkejut diriku ini, ternyata lelaki yang aku kagumi itu juga merasakan apa yang aku rasakan. Aku langsung menjawab kata-kata lelaki tampan itu dan akhirnya aku dan dia jadian. Kami jadian tepat di tanggal 14-02-2011 tepat di hari Valentine day aku resmi menjadi pacarnya Roni, yang menjadi saksi bisu cintaku dan Roni kafe “BAHAGIA”. Kami pun berjanji akan selalu berama-sama baik itu senang maupun sedih. Di akhir cerita yang membuat hatiku sangat hancur dan terpuruk, Roni telah dipanggil sang kuasa, hanya seperempat kasih suci yang diberiakan Roni kepadaku karena lelaki tampan yang aku idolakan dan aku dambakan selama ini menemaniku hanya sampai aku selesai sidang wisudaku. Belum sempat ia melihatku berpakaian yang tinggi di perguruan tinggi yaitu toga. Dan akhirnya Roni dipanggil sang pencipta. Betapa terpuruknya diriku. Hancur, sedih, duka yang kurasakan begitu membuatku terpuruk. Sesampai di pemakaman Roni, aku melihat sesosok Roni tersenyum padaku. Dan akhir cerita aku tetap mencintai Roni meski ia telah hilang di dunia ini. SEKIAN

No comments:

Post a Comment