Thursday, April 6, 2017
TA
Teristimewa
Judul Cerpen Teristimewa
Cerpen Karangan: Snowly Tears
Kategori: Cerpen Cinta Dalam Hati (Terpendam), Cerpen Patah Hati
Lolos moderasi pada: 7 April 2017
Semua berawal dari kesalahanku yang terlalu peduli akan setiap detail situasi, hingga pada suatu siang yang terik, aku menempatkan pandang pada sebuah objek spesial di antara objek lainnya. Hanya dalam sepersekian detik, kau berhasil menyita perhatianku. Sejak itu pula, aku menjadi pengagum setiamu. Kau; sikap dinginmu, keasyikanmu bermain catur, gaya dudukmu dengan satu kaki disilangkan, kegemaranmu pada sepak bola, Team Real Madrid yang menjadi favoritmu, keantusiasanmu untuk menjadi seperti idolamu: Reza Yamani, kegilaanmu pada hal-hal ekstrim, semuanya membuatku jatuh hati.
Tak heran lagi, jika sesosok dirimu dengan postur tubuh atletis, berkulit sawo matang dengan paras wajah sedikit kearab-araban menjadi sosok idola para wanita yang mengenalmu. Jambang tipis di kanan-kirinya membuat dominasi wajahmu menjadi pas.
Terkadang, kau malah terlihat merumitkan saat aku terlalu fokus memperhatikanmu dengan gaya khasmu: caramu mengigit dan memainkan sedikit bibirmu, dengan alis mata yang dirapatkan seperti ekspresi merengut. Apalagi, caramu membawa tas selempang tipis yang seperti menunjukkan ciri khas kemalasanmu untuk menuntut ilmu. Hmm.. sepertinya.
Ada hal yang tak bisa kumengerti dengan baik saat menyadari mengapa aku terlalu bodoh untuk jatuh begitu saja, mengagumi tetlalu dalam. Namun, sebuah rasa memang tak bisa disalahkan. Terjadi secara alamiah, mengikuti arus. Kau dengan sikap sombongmu, tatapanmu yang tak pernah menghampiriku sepenuhnya, terkadang membuatku sebal. Sangat. Tapi, aku malah dengan tololnya bertahan sekuat mungkin hanya karena selalu terabaikan. Layaknya sebuah rel baja yang rela menahan panasnya matahari, derasnya hujan, bahkan tersakiti hanya untuk kepentingan sang kereta.
Sore ini gelap. Angin berhembus kencang. “Tes.” Setetes tangis dari kumulus mengenai kulitku. Ternyata beberapa tetesan lainnya juga telah bercengkerama dengan jalanan. “Byur..” Dia turun semakin teras. Sepertinya kumulus sudah tak tahan lagi, mengeluarkan rasa sakit yang menggebu-gebu. Merintih dalam kepiluan.
Namun, kau malah dengan asyiknya berbincang mesra pada seorang gadis berkerudung itu. Caramu sederhana. Klise. Sangat. Tapi, rasa sakit itu melebihi tetesan hujan yang terhempas dari angkasa.
19.30 p.m.
Pesawat lepas landas dengan bunyi khasnya yang hampir memekakkan telinga. Masih terkurung dalam gumpalan awan hitam. Malam ini, semuanya dimulai. Bukan untuk memecahkan suatu masalah, melainkan hanya untuk sekedar menanggalkan rasa yang bergelayutan memenuhi ruang hati, mengatur dan menempatkan dengan baik dimana sudut hatiku tertuju. Juga untuk memulihkan kepingan hati yang terluka, menjernihkan fikiran, memulai kisah hidup baru. Walau harus dengan sebuah kepergian. Setidaknya kau pernah jadi sosok teristimewa yang terdalam di hatiku.
Sekarang, aku lebih mengerti, lebih tepatnya lagi menyadari setelah lama kuselidiki ternyata gadis berkerudung dengan wajah mirip sepertimu; berparas kearab-araban itu lebih dulu mengisi hatimu, mengenalmu lebih lama, dan memahami seluk beluk kehidupanmu lebih dalam.
Tawamu yang kupandang dari balik jendela angkutan, gayamu yang terkadang sok jaga-image saat kupandang terlalu lekat, ke-maniakanmu pada team Real Madrid.
Aku benar-benar terluka,
Oleh rasa yang menghampiri
*Hanya untukmu, seorang pria yang aku kagumi.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment