Saturday, April 22, 2017

Pekerjaan Ayah

Pekerjaan Ayah Cerpen Karangan: Pearl Nafeesa Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Keluarga Lolos moderasi pada: 22 April 2017 “Aqila, minta nomor HP kamu dong?” Arista memohon pada Aqila, sahabatnya. “Maaf, Arista. Aku… tak punya.” Jawab Aqila, gadis sabar dan shaleh itu matanya berkaca kaca. “Gak punya? Ya udah, gak apa apa Aqila.” Arista tersenyum. Hanya Arista yang menerima Aqila apa adanya, walau sebenarnya ia baru tahu bahwa Aqila tidak punya HP. Arista juga turut sedih. “Iya, makasih ya.” Aqila menyeka air matanya. “Emang ayahmu ke mana sih?” Tanya Arista “Aku gak tahu. Ibu merahasiakan semuanya dariku.” Jawab Aqila. “Hmm.. bagaimana kalau ternyata…” Arista tidak perlu melanjutkan. Aqila tahu apa yang akan Arista katakan. “Cukup, Arista. Tidak mungkin! Ibu selalu menanyakan kabar Ayah lewat telepon. Aku sering mendengarnya! Tapi saat aku menelepon ayah dan bertanya di mana, ayah selalu berkata rahasia! Tidak mungkin ia sudah meninggal, Arista!” Tangis Aqila pecah. Tangis yang lama ia tahan kini memaksa keluar. “Maaf, Aqila. Aku gak bermaksud membuat kamu sedih.” Kata Arista sambil memeluk Aqila. “I-iya..” Aqila kemudian menyeka lagi air matanya. 4 tahun kemudian, kini Aqila sudah berumur 14 tahun. Ayahnya belun juga pulang. Gadis SMA itu sering bersedih. Tapi tampaknya, kesedihan itu akan berakhir. Ayahnya pulang… “A-ayah?” Aqila memastikan kalau itu ayahnya. Karena ia tidak ingat wajah Ayahnya lagi. “Iya, Aqila. Ini ayah.” Ayah Aqila tersenyum. “AYAH!” Aqika menangis dipelukan ayahnya. “Ayah kenapa ninggalin Qila? Qila kesepian!” Seru Aqila “Maaf, ada pekerjaan penting.” Jawab Ayahnya. “Ini. Ibumu melaporkan kalau kau sering curhat tentang mempunyai HP, rumah mewah, kamar sendiri, dan lain lain. Ini uangmu. Kau bisa belanjakan apa saja.” Ayahnya memberi uang tunai sebesar 20 juta. Aqila tersenyum, “Makasih Ayah!” “Sama sama, kalau kurang katakan saja.” Kata Ayahnya. Ternyata, ayahnya adalah pengusaha sukses. Dengan penghasilan rata rata 4 miliar per tahun. Kini, Aqila hidup bahagia sebagaimana anak muda seharusnya hidup, bahagia dengan orangtua walau hanya satu baik ibu atau ayah. FIN

Loveliest Error

Loveliest Error Cerpen Karangan: Renita Melviany Kategori: Cerpen Cinta Segitiga Lolos moderasi pada: 22 April 2017 Orang menganggap cinta terlarang itu salah, dan aku pun berfikir hal yang sama. Namun inilah ceritaku dimana aku melakukan hal yang salah itu dengan gadis di masa laluku. Aku segera keluar dari kelas ketika guruku keluar dari kelas. Segera berlari menuju kelas bawah. Tertulis di atas kayu yang terletak di atas pintu “kelas III” tapi kelasnya sudah kosong. Terlihat gerombolan cewek sedang berjalan keluar gerbang. Aku segera berlari memastikan apakah ada dia atau tidak. Tak lelah aku berlari sekencang mungkin, sama sekali tak merasa lelah. Sampailah aku di belakang anak-anak cewek tepatnya di belakangnya. “Nuril” panggilku dengan pelan. Dia menengok ke arahku, tapi nampaknya dia takut denganku, terlihat dari wajahnya. Hanya menengok, setelah itu dia dan teman karibnya berjalan cepat lalu berlari ke rumahnya yang tak jauh dari sekolah. 4 tahun kemudian Aku masih memakai baju sekolahku. batik SMP dan juga celana biru dongker masih aku kenakan. Aku sedang bermain dengan teman-temanku di tempat ps. Menghabiskan uang yang orangtuaku berikan. Tak sadar uangku telah habis tanpa sisa. Aku dan teman-temanku yang berjumlah 7 orang memutuskan untuk pulang. Terlihat dani dan teman-temannya berjalan menuju tempat ps. Segera aku berjalan ke arahnya lalu melayangkan pukulan di pipi dani. Kami saling memukul, teman-temanku dan teman-temannya hanya menonton. Akhirnya ada bapak-bapak yang memisahkan kami. Namun aku dan dani tetap melemparkan kata-kata kasar dengan nada tinggi. “Belaga lo macarin nuril, awas lo tunggu di kebun cikur gue habisin lo” teriakku “ayo satu lawan satu” balasnya dengan berteriak juga “sudah kalian memalukan, masih anak SMP sudah seperti ini bagaimana nanti?” Kata bapak-bapak yang memisahkan kami. SD, SMP hingga SMA cintaku hanya untuk satu orang yaitu nuril. Namun nampaknya ada seseorang yang bisa mengalihkan perhatianku pada sosok cantiknya. Aku jatuh cinta pada sosok perempuan yang bernama wulan. Awalnya aku dan wulan dikenalkan oleh temanku yang bernama juna. Aku merantau ke kota bandung, di kota kembang itulah aku bertemu dengan wulan. Seiring waktu berganti dia mulai merubah afrian yang nakal dan hidupnya yang hancur menjadi lebih baik. Dia mengajakku untuk meninggalkan hal buruk di hidupku, dengan suara lembutnya membuatku luluh dan membuatku termotivasi. Saat itu Hilang sudah bayang-bayang nuril karena wulan. Hubunganku dan wulan berlanjut hingga kami menjadi sepasang suami dan istri. Pernikahanku sudah berumur 8 tahun dan mempunyai dua orang putra. Di tengah perjalananku aku menemukan kembali sosok nuril yang tak sengaja kutemukan di media sosial facebook. Awalnya kami hanya say hai saja, saling menanyakan kabar namun berlanjut hingga bertukar pin. Aku bertanya mengapa dulu nuril sangat tak suka denganku bahkan cenderung takut pada sosok diriku yang menurutku sangat tampan ini. Dia menjawabnya kalau ia tak tak tahu kenapa itu bisa terjadi. nuril juga berkata tak menyangka kalau aku bisa berubah menjadi baik seperti sekarang ini. Rasa cinta sejak SD, SMP hingga SMA tumbuh subur seperti ilalang. Waktu itu aku berkata “coba saja kalau kamu dulu menerimaku, mungkin kita sudah menikah” “Semua karena takdir, karena dulu kamu sangat nakal, hehe” jawabnya di fia BBM. orang menyebut cinta terlarang ketika dua insan manusia saling mencintai di luar pernikahan yang salah satu atau keduanya telah menjalin pernikahan dengan orang lain. Cinta terlarang, yah aku menjalaninya dengan nuril. Aku dan nuril sama-sama mencari kenyamanan. Aku mendapatkan sesuatu yang tak bisa kudapatkan dari istriku wulan. Nuril awalnya tak berniat membangun cinta terlarang ini denganku. Namun Tak bisa dibohongi nuril pun mendapatkan kenyamanan denganku, apalagi saat itu dia baru putus dengan pacarnya yang sudah berpacaran 3 tahun. Cinta terlarang, cinta yang salah tapi tak bisa dipungkiri itu berdasarkan hati, aku tak berniat menyakiti siapapun. 4 bulan sudah hubungaku dengan nuril. Beberapa kali nuril memutuskan hubunganku, tapi aku tak pernah menyetujuinya. Jarak bandung ke majalengka cukup jauh. Tapi jarak tak membuatku lelah untuk berkata bohong pada istriku kalau aku ke majalengka untuk menemui bapakku, yang pada kenyataannya aku menemui nuril di majalengka. Setiap kami bertemu walau paling lama hanya 1 jam, tapi rasanya itu sudah lebih dari cukup untukku. jujur saja ada rasa bersalah pada istri dan anak-anakku. Tapi siapa yang bisa menghentikan ini, cinta pada istriku dan nuril hampir sama bahkan cenderung lebih besar untuk nuril. Setiap bertemu, nuril pasti berkata ingin memutuskan hubungan terlarang kami, air matanya selalu saja mengalir deras ketika ia mengingat kalau aku memiliki seorang istri dan anak karena dia telah merebut sedikit kebahagiaan istri dan anak-anakku. Bingung sempat mendiamiku, hingga rasanya hidup kacau, bahkan tak fokus ketika bekerja. 15 yang ke 7. Benar aku sudah 7 bulan menjalani apa yang seharusnya tak kujalani. Aku dan nuril bertemu yang mungkin pertemuan terakhir kami. Nuril berkata “aku tak ingin menjadi orang ketiga di pernikahanmu, cukup sampai di sini kita melakukan kesalahan yang mungkin akan membuat hati istrimu sakit. Seseorang melamarku ke rumah, sengaja aku tak berkata padamu 2 minggu kebelakang kerena pasti kamu melarang aku menerimanya. Aku sudah menerima lamaran itu. Sudahlah aku ingin ini berakhir. semuanya akan jauh lebih baik bila ini berakhir.” Ucap nuril dengan air mata yang sudah menggenangi matanya. Aku hanya menundukan kepala mendengarnya. Aku diam beberapa saat memikirkan apa yang harus aku katakan. Dan beberapa lama aku berkata setuju untuk mengakhiri hubungan terlarang ini. Mungkin tuhan memberikanku kesempatan untuk merasa dicintai oleh seorang nuril walau di waktu yang salah. Tapi hubungan itu sekarang sudah berakhir. Kini nuril sudah menikah dan aku kembali ke kehidupanku yang sebelumnya dengan istri dan anak-anakku. Walau bayang-bayang nuril masih saja terpotret dan berputar di otakku, namun aku berusaha keras untuk melupakan kesalahan terindah itu. Dan inilah akhir ceritaku dengan nuril, kembali mejadi insan yang tak saling mengenal. Kami Memutuskan akses yang bisa mengembalikanku dan dia pada kesalahan terindah itu. Selesai

Jangan Tatap Matanya

Jangan Tatap Matanya Cerpen Karangan: Ria Puspita Dewi Kategori: Cerpen Cinta Lolos moderasi pada: 22 April 2017 “Tatap mata saya! Lebih dalam dan lebih dalam lagi! Dalam hitungan ke-3, maka kau akan tertidur. 1… 2…” 3. Sudah dapat kutebak, acara yang sangat membosankan. Kumatikan saja Tv itu. Sungguh malam yang sunyi, hanya terdapat suara seekor jangkrik pada malam minggu ini. Entah kenapa mereka tega meninggalkan putri semata wayangnya hanya untuk sebuah pekerjaan. Baru saja kusandarkan tubuhku ini di sandaran sofa. Dan satu detik kemudian, tiba-tiba saja lampu rumahku mati. Ah, sial. Setelah kuperiksa, rupanya aku baru ingat bahwa handphoneku tertinggal di kamar. Dengan malasnya kucoba melangkahkan kaki menuju kamar. Yang lebih sialnya lagi, kamarku berada di atas. Jadi, aku harus bersusah payah menaiki tangga dengan sangat berhati-hati. Akhirnya aku dapat bernafas lega, meski baru menyelesaikan tangga tersebut. Aku harus berjuang sedikit lagi untuk menuju kamarku yang berjarak beberapa meter dari tempatku berdiri saat ini. Selangkah demi selangkah hingga aku sampai memegang gagang pintu kamarku. Kucari handphone itu dan kami bertemu di atas meja. Aku kembali ke bawah, melangkah ke luar rumah, guna memastikan keadaan di luar. Ah, rupanya hanya lampu rumahku saja yang mati. Aku berjalan menuju tempat dimana aku harus menyalakan listrik rumahku. Baru saja tanganku akan menyentuh tombol untuk menyalakan, tok.. tok.. tok.. Siapakah gerangan? Segera kupercepat tanganku untuk menyentuh tombol tersebut. Kudengar, ada yang memanggilku. “Asya!”. Oh iya, sampai lupa. Namaku Asyafani, panggil saja aku Asya. Sesosok berbaju biru tepat berdiri 5 langkah dariku. Kini ia mulai mendekat. Aku tak yakin, dia sesosok manusia, atau…?? Huh, untunglah, ia tak melayang, kakinya kulihat masih menapak di tanah. Tunggu! Aku mengenal tatapan itu. Bagaimana tidak? Ia menatapku lekat-lekat. Aku pun berbalik menatap matanya. Tanpa kusadari, air mataku menetes. Hal ini bukan tanpa sebab yang jelas. Terbayang semua kenangan masa lalu yang begitu indah, namun berakhir dengan begitu mengenaskan. Lelaki itu bernama Alfa, atau lebih tepatnya lagi Alfaris. Seseorang yang pernah mewarnai hariku dengan sejuta keindahan, namun menghilang dan sirna tanpa jejak setelah kehancuran itu terlanjur terjadi. “Maafkan aku.” kata yang pertama kali ia ucapkan ketika adegan saling menatap itu terjadi. Ini bukan tentang apa, siapa, dan bagaimana. Tetapi, ini adalah tentang mengapa. Mengapa ia kembali? Ingin mengukir sejarah kelam untuk yang kedua kalinya dalam hidupku? “Maaf, karena aku udah buat kamu kecewa. Maaf, karena aku telah menghapus semua keindahan di antara kita. Aku enggak berharap kamu untuk maafin aku. Yang aku harap, kamu tahu satu hal. Aku menolak perjodohan itu. Saat aku ingin menemui kamu, orangtuaku memintaku untuk kuliah di luar negeri. Itu sebabnya aku menghilang dari kehidupan kamu. Dan sekarang, aku berada di sini, untuk kamu.” ucap Alfa panjang lebar. Akhirnya, aku memberanikan diri untuk menangis dalam pelukannya. “Aku minta maaf, harusnya aku dengerin kamu dulu. Aku enggak bisa lupain kamu, Al”. Ini bukan lagi sejarah kelam, melainkan sebuah sejarah yang begitu berarti, takkan pernah kulupakan seumur hidup.

Hanya Salah Paham

Hanya Salah Paham Cerpen Karangan: Indarrahmani Hasna Afina Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Persahabatan Lolos moderasi pada: 22 April 2017 Hatiku terasa sesak. Kakiku tak dapat berdiri lagi. Aku melihat Syadha, sahabatku. Bukannya gembira melihatnya, aku malah menangis. Bagaimana tidak? Aku seperti bermimpi. Sahabat yang dulu kupercaya, sudah berubah. Begini… Aku berjalan pelan menuju taman kota. aku sudah enam bulan tak berjumpa dengan Syadha, sahabatku. Aku sengaja pergi ke sini karena statusnya di media sosial. ‘ke taman kota, yuks!’ Tapi, sesampainya aku di sana… “Eh, Syadha, tumben, nggak sama Hita!” sapa Melli, temanku dulu. Oh iya. Namaku Hita. “Ngapain? Dia itu ngeselin, tau. Selalu ngirim surat banyak buat aku. Aku tuh udah move on, nggak kayak dia! Masa, ya, dia belum punya teman sama sekali dengan alasan karena pengen setia sama aku? Heloow! Aneh, nggak, sih? Sebenernya, dari SD, tuh, aku dah sebel, sama dia! Ngikutin aku terus ke manapun aku pergi. Emang, siapa dia? Sok kenal banget!” ujar Syadha. Aku benar-benar tak percaya. Aku memang nggak punya teman, tapi bukan karena pengen setia, dan aku memang berusaha tetap menjalin persahabatan dengan Syadha. Aku seperti mau pingsan. Aku ingin berteriak kesal, mengadu kepada alam, yang menjadi saksi bisu pengkhianatan itu. Tapi segera kucegah. Aku tau, masih ada jalan yang lebih baik untuk menyelesaikan masalah ini. Dan akhirnya, aku pun kembali ke rumah. Liburan 2 minggu ini terasa menyebalkan dan membosankan. Setiap kali aku pergi ke suatu tempat, pasti di sana ada Syadha dan Melli yang terus membicarakan kejelekanku. Bahkan, hal kecil saja masih dibahas. Hingga akhirnya, aku memutuskan untuk bertemu mereka berdua. 13 Desember. Aku menemui mereka berdua. “Hai, Hita! Lama nggak ketemu! Aku udah mau lulus, lho, di Jerman!” seru Syadha baik dan ramah-untuk sementara, sepertinya kau mulai tidak tega membicarakan apa yang ingin kubicarakan. “Alhamdulillah. Aku juga dapet nilai bagus. Ngomong-omong, aku pengen kasih tau sesuatu, sama kalian!” ujarku langsung to the point -sebelum aku luluh akan rayuan Syadha. “Ada apa?” ujar Melli. “Aku…” sambil terisak, aku menceritakan apa yang kulihat kepada mereka berdua. Bukannya merasa bersalah, mereka malah tertawa sambil mengelus punggungku. “Kamu tau, Hita? Yang kamu dengar selama ini salah. Itu hanya salah paham,” kata Melli. “Apa maksudmu? Aku benar-benar melihatnya sendiri!” ujarku sedikit keras. “Begitu banyak nama Hita di dunia ini. Tidak hanya kamu. Hita Putri Annisa adalah namamu. Dan kita itu bersahabat. Tapi, apakah kamu kenal Hita Riyaya?” tanya Syadha. Aku menggeleng. “Hita Riyaya adalah gadis yang sering kami bicarakan. Dia anak SD kita juga. Tapi, saat kamu pindah, dia baru masuk. Sehingga kamu, tidak mengenalinya. Setiap hari, kotak posku penuh dengan suratnya dia yang berisi pengalamannya yang terdengar aneh dan membingungkan. Dia suka membual. Dia bersahabat denganku hanya karena harta dan kekayaan. Maka dari itu, aku benci Hita. jadi, kamu hanya salah paham,” jelas Syadha. aku mengusap air mata. “Astaghfirullah. aku… aku minta maaf. aku menuduh kalian,” aku menangis sambil memeluk Syadha. “Tak apa. kami juga minta maaf karena jarang menghubungi dan bercerita lagi sama kamu, jadinya kamu nggak tau,” ujar Melli. aku mengangguk dan memeluk mereka. Aku benar-benar malu, dan akan berusaha mengecek dan memeriksa terlebih dahulu sebelum memutuskan dan mengambil kesimpulan.

Dalam Diam Aku Mengagumimu

Dalam Diam Aku Mengagumimu Cerpen Karangan: Yelia Syamsul Kategori: Cerpen Cinta Islami Lolos moderasi pada: 22 April 2017 Apa kau pernah berfikir mengenai pilihan? Sungguh sulit bukan jika harus memilih apa yang kita butuhkan dan apa yang benar-benar kita inginkan? Begitupun tetang Prinsip Cintaku. Kenalkan namaku Elia aku dilahirkan dari kisah cinta yang sempurna, dari kedua orangtuaku yang saling melengkapi dan kedua saudaraku yang membuatku merasakan tak butuh cinta lebih sebelum waktunya. Ketika seseorang bertanya padaku apa itu cinta? Imajinasiku melayang memikirkan keinginan yang semua orang pasti mendambakannya. Sore itu aku berjalan melintasi trotoar kota yang tidak begitu padat, gadis berkerudung sepertiku sering sekali menjadi bahan gurauan, jujur saja sikapku sebelum berkerudung dengan sepenuh hati bisa dibilang buruk sekali jadi aku pun tidak akan heran jika teman-teman menyebutku Sok Alim sekarang, haha apapun yang mereka fikirkan tapi keyakinan yang paling besar di dalam hatiku adalah jiwa ini yang memberontak ingin diperbaiki. Dalam perjalanan itu tanpa sengaja pandanganku terhenti akan sosok laki-laki tampan dan selama berjalan aku menyadari telah melakukan zina mata namun jiwa remaja ini masih begitu kental melekat, ia berjalan di sampingku karena kekaguman ini ia dapat mamacu langkahku hingga kami berjalan seperti beriringan, tepat di depan kampus aku masih melihatnya masuk ke gerbang dan kami pun terpisah, sedikit merasa aneh dengan diri sendiri namun aku bahagia walau tidak mengenalnya secara langsung kenyataan mengatakan dia satu Kampus denganku. Sesampai di ruang belajar terjadilah sumbiringah yang tak beralamat sontak saja sikapku menjadi bahan bercandaan bagi teman-teman dekatku. Kisah cinta itu berakhir, aku selalu tekankan hal itu pada diriku. Banyak yang berpendapat aku takut pacaran karena terlalu sering disakiti dan ada yang bilang aku wanita yang terlalu sombong, belagu, dan tidak peka apapun itu tak ada yang mengerti tentang pilihanku ini aku tidak akan membantah, namun aku akan menjawabnya dengan senyuman sambil berkata di dalam diri sendiri “aku belum butuh cinta yang menghalangi, karena saat ini aku memiliki cinta yang begitu banyak dan bahkan berlebih”. Setelah pertemuan itu aku tak pernah melihat lagi laki-laki yang membuatku memikirkan hal-hal yang aneh itu, walau sedikit banyak ia ada dalam khayalanku. Bahkan aku tak berminat untuk mencari tau lebih, rasa itu pasti pudar itulah yang aku percaya. Hari-hari pun berlalu aku menjalani kehidupan normalku dengan persaan yang aneh ini hingga semester demi semester pun kulalui tanpa terasa tahun-tahun akhir bagiku menjadi mahasiswa berakhir di tahun depan. Saat pembagian wilayah untuk melakukan Praktek Lapangan aku bertemu lagi dengan Dia ya laki-laki yang ku kagumi dalam diam karena saat itu aku ditugaskan di wilayah asalnya. Secara alamiah saja kedekatan itu pun terjalin karena ia adalah pemuda di wilayah tersebut, ditambah lagi karena dia merupakan alumni dari kampusku. Jika ada yang bertanya apa aku bahagia? Jawabannya hanya satu “Ya, aku bahagia” namun bagiku bahagia itu bukanlah cinta. Setidaknya aku bisa mengenal orang yang aku kagumi lebih dekat, dalam keseharian aku lebih suka bergaul dengan banyak orang tanpa membedakan orang itu laki-laki ataupun perempuan dan kebiasaan itulah yang menjadi salah satu faktor mendekatkanku. Namanya Rian beparas tampan, bertutur kata lembut dan Soleh. Itu hal yang aku ketahui cukup sampai disana dan tidak ingin lebih hingga PL ku berakhir. Semua laporan penelitian, proposal dan bahan-bahan sidang sudah dipersiapkan dari lama dan hasilnya akhir tahun nanti aku akan diwisuda. Bahagia yang luar biasa saat ini kurasakan dan janji untuk 3,5 tahun akhirnya terpenuhi. Aku tahu cinta yang kumiliki begitu melimpah, semakin aku mensyukuri yang telah dimiliki semakin banyak cinta yang kupunya. Kisah cintaku berakhir di kampus itu. Setelah menyelesaikan kuliah, aku langsung mendapatkan tawaran kerja dengan kontarak 2 tahun dan gaji yang tinggi dan tanpa pikir panjang tawaran itu aku terima. Sehabis kontrak pekerjaan itu, aku melanjutkan kuliahku ke Universitas yang ada di luar negeri dan itu pun berjalan tidak lama hingga toga ke dua kembali aku persembahkan untuk mereka yang aku cintai. Dalam awal kuliah, recanaku untuk mengajak orangtua dan saudaraku pergi ke Tanah Suci tersimpan dengan dalam dan satu lagi tuhan memberikanku kesempatan untuk itu. Tahun berjalan kehidupan dan semua rencana terasa dipermudah oleh Yang Kuasa dan tibalah desakan orangtua untuk menikah. Bagiku apapun pilihan orangtua adalah yang terbaik, hingga aku menerima lamaran dari laki-laki yang berani mengajakku untuk serius namanya Dion. Pengenalan pun dilakukan 2 bulan, semakin aku mengenal Dion, aku semakin tertarik dan mengerti tetang pilihan orangtuaku ini. Semua prosesi ta’aruf telah dilakukan dan saatnya aku dihalalkan. Tetapi sayangnya tuhan tidak mengizinkan kami untuk berjodoh Dion mengelami kecelakan hingga hal itu memisahkan kami. Aku merasa terluka, itu sangat pasti. Namun aku tau tuhan punya rencana yang lebih indah. Setahun berjalan saat sedang membereskan buku-buku laporan kantor aku menemukan catatan kecil yang sering aku gunakan diwaktu kuliah dulu, dan terselip sebuah surat yang tak pernah aku ketahui “untuk elia” Elia, aku Rian kakak seniormu di kampus. Aku tidak tau perasaan aneh yang aku rasakan saat kita berbicara dan aku bukanlah orang yang pandai berbasa-basi, aku menyukaimu namun aku berharap perasaan ini sama-sama kita sampaikan lewat doa karena Allah lebih adil dalam menetapkan perasaan kita. Hubungi kakak kalau kamu sudah membaca surat ini. Salam, Rian Langsung saja pemikiranku beralih pada laki-laki yang kukagumi dulu, dan entah kebetulan ataupun takdir kami kembali dipertemukan dalam sebuah rapat perusahaan. Seorang laki-laki menyapaku “Asalamualaikum Elia” di saat melihat aku pun tersenyum sembari menjawab salamnya. Pertemuan itulah menjadi awal dan akhir bagi kisah cintaku.

Antara Aku, Kau dan Dia

Antara Aku, Kau dan Dia Cerpen Karangan: Rizki Amalia Kategori: Cerpen Cinta, Cerpen Persahabatan Lolos moderasi pada: 22 April 2017 Kriiinggg!! Bel tanda istirahat berbunyi. Anak-anak berhamburan ke luar kelas, tetapi tidak denganku… aku masih terdiam di kelas sambil memandangi awan di luar jendela dan membayangkan masa-masa yang pernah kulalui. Ya.. aku ini anak SMA yang baru saja lulus dari SMP. namaku Dita Amilia Arresya, panggil saja aku Resya. Pertama kali aku masuk di sekolah baruku aku merasa tidak bersemangat karena ini bukanlah SMA yang kuinginkan. tapi lama-lama seseorang telah merubahku, merubah sifatku. Dia adalah rendy. dia sering menguatkanku dalam menghadapi segala hal yang tidak kusukai. Keesokan harinya Andin menghampiriku dengan raut wajah yang sedih. lalu aku menanyakannya. “Andin, kamu kenapa?” “Res, Linda suka sama rendy” aku pun sontak kaget mendengar ucapannya itu, aku pun menjawabnya dengan tenang. “Lalu kenapa?” “Aku juga mencintainya Resya..” Seketika, hatiku terasa sakit mendengarnya. aku dan sahabatku mencintai orang yang sama, rendy. aku tidak mempercayainya. tidak ada seorang pun yang tau tentang perasaanku padanya termasuk sahabatku sendiri. Sampai akhirnya, Andin cerita bahwa dia telah mengungkapkan perasaannya pada rendy. tanpa pikir panjang aku langsung lari menuju kamar mandi. Selesai dari kamar mandi, teman-temanku terutama andin, juga menanyaiku sejumlah pertanyaan yang susah untuk kujawab. akhirnya, mau gak mau aku jujur soal perasaanku tentang rendy ke anak-anak terutama Andin. Setelah semuanya tahu tentang perasaanku, aku dan Andin sepakat untuk tetap menjadi sahabat daripada harus berebut mempertaruhkan persahabatan demi cinta… THE END

My Ears Feel You

My Ears Feel You Cerpen Karangan: Diana Fitri Kategori: Cerpen Cinta Sedih, Cerpen Fantasi (Fiksi) Lolos moderasi pada: 22 April 2017 Hantaman bom dan suara tembakan pistol dari kompeni seakan terbiasa terdengar di telinga gadis muda yang buta bernama sekar, perawat para tentara pribumi itu, dia dengan cekatanya menemukan luka korban dan memakaikan perban. Dia mengandalkan kehandalan telinganya untuk mendengar jeritan tentara di tengah hiruk pikuk perang. Pada sebuah perang melawan kompeni, ia mendengar teriakan kesakitan seorang kompeni, walaupun ia mengenali kalau itu suara kompeni, tetapi dia tetap menghampirinya dengan kecemasanya, tampak seorang kompeni muda yang mengerang kesakitan di lenganya, kompeni itu pun seakan takjub dengan apa yang dilakukan sekar. “Kenapa kau mengobatiku, bukanya aku musuhmu?” tanya kompeni yang bernama jack itu. “tidak, semua berhak aku tolong.” jawab sekar, setelah selesai, sekar segera pergi sebelum ketahuan oleh tentara pribumi. Beberapa hari kemudian setelah perang reda, sekar membantu keluarganya di kebun belanda untuk melakukan tanam paksa, dia dan keluarganya hanya pasrah melakukanya karena dia tahu ini akan segera berakhir. Pada saat itu kakaknya mengeluh dan memaki kompeni di kebun, lalu kompeni segera menangkapnya dan menyiksanya, sekar pun tidak terima mendengar jeritan kakaknya itu, ia menyuruh kompeni berhenti melakukanya, ternyata kompeni itu adalah jack, sontak ketika jack melihat sekar dia menghentikan penyiksaan itu, dan tiba-tiba menyuruh keluarga sekar untuk beristirahat dan dia menarik tangan sekar lalu mengajaknya jalan-jalan dan berbincang bincang tanpa sepengetahuan keluarga sekar. “ada apa, kau mengajakku ke mana?.” tanya sekar, “aku hanya ingin tahu kamu lebih dalam, ternyata ada rakyat pribumi yang menyukai kami.” jawab jack. “Sebenarnya aku tidak menyukaimu, tetapi aku hanya ingin menyadarkan para kompeni.” kata sekar “lalu kenapa kau tidak marah saat aku menangkap kakakmu?” tanya jack, “tidak, itu memang sudah tugasmu.”, jawab sekar. Dalam perjalanan itu jack selalu memandangi wajah cantik sekar yang seakan tidak mempunyai cacat sedikitpun dengan kelincahanya melewati jalan yang berbatu, dia sedikit tersadar akan kebaikan rakyat pribumi. Lalu dia mengajak sekar ke tengah taman di hutan dengan banyak bunga dan buah yang ditanam oleh pekerja paksa, kebetulan di situ sangat sepi, dia memberikan sekar melati putih di telinganya. “kenapa telinga seperti ini begitu tajam pendengarannya?” tanya jack. “itu karna aku sudah terbiasa tertutup mataku sejak aku berumur 6 tahun.” jawab sekar. Sejak saat itu, jack selalu berusaha melindungi sekar disaat perang dan selalu mengajaknya bersama menikmati indahnya taman di hutan, tanpa adanya prasangka buruk di hati sekar. Tetapi pihak kompeni mengetahui kalau jack selalu melindungi sekar dalam perang, lalu kompeni mengobrak ngabrik rumah sekar dan merampas barangnya keluarganya pun ditahan, saat itu sekar sangat dendam dengan belanda tetapi tidak terhadap jack karena jack saat itu membantu menghentikan belanda hingga dia juga ditahan. Seiring waktu berjalan sekar menunggu keberadaan jack, pada saat perang terakhir jack gugur karena ditembak oleh tentara pribumi tetapi sekar tidak mengetahuinya sama sekali ia mengira jack masih dalam tahanan. Pada suatu hari ia rindu dengan taman hutan itu, dia mengunjunginya sendiri tanpa jack, tetapi dia merasakan ada yang memasangkan bunga di telinganya dan merasakan bisikan jack di telinganya. Dia begitu gembira karena dia mengira jack telah bebas. “jack itukah kau, kau sudah bebas?, tetaplah di sini bersamaku.” dia memeluk dan merasakan keberadaan jack. “Iya sekar, walaupun aku begini.” jawab jack dengan air matanya. Sekar seperti biasa berbincang bincang dengan jack dan memegang erat tanganya di perjalanan. Saat sekar sedang menyiapkan alat medisnya untuk persediaan selama perang, jack datang dan menemaninya, membelai rambutnya. “jack kau ke sini, kenapa kompeni membolehkanmu, aku takut mereka akan ke sini.” kata sekar. “tidak sayang aku akan melindungimu, jangan ikut dalam perang itu, akan sangat berbahaya, belanda menyiapakan sesuatu yang dahsyat.” jack membocorkan tentang serangan belanda. Saat serangan belanda itu, sekar nekat mengikutinya bersama kakaknya yang telah bebas dan ditemani oleh arwah jack yang menemaninya, saat akan ada peluru kompeni akan mengenai sekar jack melindunginya dan ia pun selamat, saat dia berbicara dengan jack dia dikira berbicara sendiri oleh tentara pribumi. “sekar, kenapa kau ini, di hadapanmu tidak ada siapapun, apalagi si kompeni jack itu, dia sudah tiada.” kata kakak sekar. “nggak mungkin aku masih mendengar suaranya kok.” bentak sekar. Jack memegang wajah sekar dan menghadapkanya ke wajahnya, “kini saatnya kau tahu sekar, ragaku memang sudah tidak bisa denganmu, tetapi cintaku tetap bisa melindungimu.” kata jack. Setelah mendengar jack itu, sekar pun tenggelam dalam kesedihanya dan mengunjungi makam jack dengan uraian air mata.