Saturday, April 22, 2017

Pekerjaan Ayah

Pekerjaan Ayah Cerpen Karangan: Pearl Nafeesa Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Keluarga Lolos moderasi pada: 22 April 2017 “Aqila, minta nomor HP kamu dong?” Arista memohon pada Aqila, sahabatnya. “Maaf, Arista. Aku… tak punya.” Jawab Aqila, gadis sabar dan shaleh itu matanya berkaca kaca. “Gak punya? Ya udah, gak apa apa Aqila.” Arista tersenyum. Hanya Arista yang menerima Aqila apa adanya, walau sebenarnya ia baru tahu bahwa Aqila tidak punya HP. Arista juga turut sedih. “Iya, makasih ya.” Aqila menyeka air matanya. “Emang ayahmu ke mana sih?” Tanya Arista “Aku gak tahu. Ibu merahasiakan semuanya dariku.” Jawab Aqila. “Hmm.. bagaimana kalau ternyata…” Arista tidak perlu melanjutkan. Aqila tahu apa yang akan Arista katakan. “Cukup, Arista. Tidak mungkin! Ibu selalu menanyakan kabar Ayah lewat telepon. Aku sering mendengarnya! Tapi saat aku menelepon ayah dan bertanya di mana, ayah selalu berkata rahasia! Tidak mungkin ia sudah meninggal, Arista!” Tangis Aqila pecah. Tangis yang lama ia tahan kini memaksa keluar. “Maaf, Aqila. Aku gak bermaksud membuat kamu sedih.” Kata Arista sambil memeluk Aqila. “I-iya..” Aqila kemudian menyeka lagi air matanya. 4 tahun kemudian, kini Aqila sudah berumur 14 tahun. Ayahnya belun juga pulang. Gadis SMA itu sering bersedih. Tapi tampaknya, kesedihan itu akan berakhir. Ayahnya pulang… “A-ayah?” Aqila memastikan kalau itu ayahnya. Karena ia tidak ingat wajah Ayahnya lagi. “Iya, Aqila. Ini ayah.” Ayah Aqila tersenyum. “AYAH!” Aqika menangis dipelukan ayahnya. “Ayah kenapa ninggalin Qila? Qila kesepian!” Seru Aqila “Maaf, ada pekerjaan penting.” Jawab Ayahnya. “Ini. Ibumu melaporkan kalau kau sering curhat tentang mempunyai HP, rumah mewah, kamar sendiri, dan lain lain. Ini uangmu. Kau bisa belanjakan apa saja.” Ayahnya memberi uang tunai sebesar 20 juta. Aqila tersenyum, “Makasih Ayah!” “Sama sama, kalau kurang katakan saja.” Kata Ayahnya. Ternyata, ayahnya adalah pengusaha sukses. Dengan penghasilan rata rata 4 miliar per tahun. Kini, Aqila hidup bahagia sebagaimana anak muda seharusnya hidup, bahagia dengan orangtua walau hanya satu baik ibu atau ayah. FIN

No comments:

Post a Comment