Thursday, April 6, 2017

sdh

Selalu Di Hati Judul Cerpen Selalu Di Hati Cerpen Karangan: Putri Mulia Azzumar Kategori: Cerpen Persahabatan, Cerpen Sedih Lolos moderasi pada: 3 April 2017 “Yes. Diizinin lagi pergi pramuka tahun ini” tanpa kusadari ternyata di depanku sudah ada seorang wanita yang memperhatikan tingkahku yang aneh sedari tadi. Dia sosok yang amat kukenal, ya dialah mulia sahabat terbaikku “ciee, kayaknya ada yang lagi senang nih” ucap Mulia kapadaku, yang membuat Aku hampir terjatuh dari kursi saking kagetnya.. “hehe, ya Mulia. Tahun ini aku diizinin pergi pramuka sama Ayah dan Ibu.” walau sebenarnya aku yang udah mohon-mohon sama kedua orangtuaku buat ngizinin aku untuk bisa pergi pramuka lagi. “alhamdulillah Put, congrat ya” raut wajah Mulia seketika berubah, walau dia berusaha untuk nyembunyikannya dariku, tapi aku tetap bisa menangkap raut wajah sedih dari sahabatku itu. “Sabar ya Mulia, pasti Allah lagi menguji keimanan ibu kamu sob. Yang penting kamu harus tetap tersenyum dong. Sohib gue yang cantik.” aku pun berusaha untuk tidak menampakan rasa bahagiaku di depan sahabatku yang sedang bersedih ini. “Terimakasih sob, kamu memang segalanya buat aku” raut wajah Mulia sudah mulai membaik, dia berusaha tersenyum walau kenyataan yang ia alami pahit. Aku sangat bangga kepada ya, karena dia merupakan gadis yang amat tegar. Dua hari sebelum keberangkatanku ke Singapura. Aku ingin sekali bertemu dengan Mulia. “Mulia, Mulia…” kenapa lama sekali ya Mulia bukak pintunya. Apa dia lagi gak di rumah? Kemudian aku beranikan untuk bertanya ke tetangga satu satunya Mulia yang amat terkenal garangnya itu. Ditambah di samping rumahnya ada anjing penjaga yang selalu siap menjaga rumah Ibu gembrot itu. Hadechh matilah aku, bisa habis aku dimakan tu anjing.. Celetukku dalam hati. Yang pada akhirnya aku beranikan juga diriku untuk bertanya ke sarang macan itu. “assalamualainkum… Assalamualaikum.” untung aja anjingnya lagi tidur “waalaikumsalam, ada apa?” tanya ibu itu kepadaku dengan nada tinggi. Membuat kedua kakiku gemetaran “eh anu buk, Mulia yang tinggal di samping rumah ibu pergi ke mana ya bu?” “oo, Mulia. Ada tuh di dalem. Lagi masak” kata ibu itu sambil menunjuk ke dalam rumahnya. Apaa? Ngapain Mulia di rumah ibu macan ini? Benakku “boleh saya ketemu sama dia bu?” “boleh. Tunggu di sini! Jangan kemana mana.” Tak lama kemudian Mulia keluar dari raumah ibu macan itu “kamu ngapan ke sini Put?” pertanyaan Mulia membuyarkan lamunanku. “eh, Mulia… Saya ke sini karena saya kangen sama kamu” kataku dengan nada manja “haha, kamu ini ada ada aja Put, kangen sama aku aja sampai nyariin aku di rumah ibu macan ini, emangnya gak takut?” “hehe, iya sih, nyampe mau pipis aku dibuat tu ibu, sakin takutnya. Haha, kamu sendiri keluar dari rumah ibu macan ini” “aku kerja di sini put, buat ngobatin ibu aku yang lagi dirawat di Rs” ujar Mulia “hah?” aku tertegun mendengar pengakuan sahabatku ini. “iya Put, jantung ibu ku kumat kembali kemarin malam. Jadi aku harus nyari kerja sampingan untuk mengobati ibu put” “kenapa kamu gak bilang sama aku Mulia?” “sebenarnya aku ingin sekali memberi tau mu Put, tapii…” “tapi kenapa Mulia?” ujarku penasaran “aku terpaksa menjual hp ku untuk mengobati ibu pekan Lalu Put, tidak ada harta yang bisa aku jual selain hp itu put” isak Mulia mulai pecah setelah bercerita panjang lebar kepadaku.. “jadi ini sebabnya kamu gak pernah hubungi aku lagi?, maaf ya sobat aku sudah berburuk sangka kepadamu” ujarku dengan kepala tertunduk. “tidak apa apa sobat, kamu cari aku apa cuma kangen doang?” canda Mulia walau terdengar sedikit garing tetapi aku tetap menghargai usaha dia untuk bisa membuat orang di sampingnya tersenyum. “hmmm, aku sedikit keberatan nih Mulia. Kalau nyampain ini sama kamu saat kamu lagi kesusahan seperti ini” “gak. papa kok put, ayo cerita” “gini Mulia dua hari lagi aku bakal brangkat ke singapura, buat pergi lomba pramuka utusan propinsi” “gak terasa ya Put, kamu udah mau pergi aja.” Raut wajah Mulia kembali tampak murung, sepertinya dia mengharapkan kehadiran seseorang untuk berbagi ceritanya. “hmm. Bukan itu aja Mulia, aku ke sini buat ngucapin selamat hari jadi lebih awal buat kamu. Hehe” “dasar kamu put, memang sahabat yang setia. Padahal kan masih ada 3 hari lagi” ucap mulia sambil mencubit pinggangku “haha, biarin dong. Besok aku kan gak bisa ucapinnya langsung sama kamu. Oh ya nih ada sedikit kado dariku” Ketika mulia membuka kado, dia meneteskan air mata. Mungkin dia terharu kali pikirku. “hah? Ini kan boneka bear yang aku lihat di toko minggu lalu sama kamu kan Put?” “iya Mulia, aku tau kamu suka sama boneka ini, makanya aku beliin buat kamu” “makasih ya put” mulia put memeluk ku sambil meneyeskan air mata “sama sama sobat, oh iya aku pamit pulang dulu ya sob, hari sudah mau magrib nih. Kamu yang sabar ya sob, aku selalu ada buat kamu” “hmm, iya Put. Makasih buat semuanya ya sobat” ucap Mulia setelah menyeka air yang mengalir di pipinya. “aaahh, tidak usah terlalu over lah sobat. Kita berdua itu saling melengkapi. Jadi kamu jangan merendahkan diri ya” “iya Put” “nih sebelum aku pulang, ada sedikit uang untuk membantu pengobatan ibu kamu” “aku tidak bisa menerima ini semua put, maafkan aku.” “jangan seperti itu Mulia. Aku membantumu iklas kok. Jadi kamu jangan nolak ini” “ya deh, skali lagi makasih ya put” dan aku berpamitan kepada mulia untuk pulang. Ketika hari berangkatku telah tiba, aku meminta izin kepada ayah, ibu, kakak, bibi, paman, tetangga, dan adik. Aku yang gak kalah cantiknya sama aku.. pesawat pun langsung membawaku terbang melintasi pulau pulau di bawahnya… “subhanallah, betapa indahnya ciptaan sang kuasa ini” Satu minggu di Singapura buat aku kangen suasana rumah, dan sahabatku. Sesampainya di rumah aku melihat wajah yang tidak asing di mataku, yaitu ibunya Mulia. Sepertinya beliau sudah sehat pikirku. “nak Putri” sapa ibu mulia yang tampak amat sedih. “iya bu, apa yang membuat ibu tampak sedih seperti ini?” “kak Mulia kak, kak mulia udah meninggal” kata adikku yang diiringi tangisan “apa? Tidak mungkin!” “iya nak, Mulia meninggal sewaktu ingin memberikan surat ini kepada nak Putri” ujar ibu mulia yang tampak matanya memerah.. “mana mungkin… Mana mungkin” tangisku pun pecah seketika, Setelah membaca surat dari mulia… Dan aku pun berlari ke luar rumah dan terus berlari hingga sampai di pemakaman sahabatku itu.. “maafkan aku sobat. Aku tidak tau selama ini jika kamu mengidap penyakit kronis itu.. Maafkan aku sobat.. MaaFkan aku.” tangisku “sudah putri, relakan saja sahabatmu itu. Itu semua terjadi karena allah menyayangi sahabatmu itu nak” ujar ayah yang berusaha menenangkan aku… Dan semenjak kejadian hari itu aku tidak pernah lupa untuk mampir di rumah abadi sahabatku itu.. Selamat jalan sahabatku. Kau akan tetap ada di dalam hatiku

No comments:

Post a Comment