Thursday, April 6, 2017

pgn29

Penyakit Gila Nomor 29 Judul Cerpen Penyakit Gila Nomor 29 Cerpen Karangan: David Septianto Mahbudh Kategori: Cerpen Gokil, Cerpen Remaja Lolos moderasi pada: 3 April 2017 Kata orang penyakit itu ada 44 macam dan mungkin gue terkena penyakit yang ke 29, yaitu terobsesi oleh wanita. Nama gue david septianto, pria masyur dari tanah saudi dan paling benci kalo lihat pria berdada rendah nonggol di tivi. Udah berkali kali gue jatuh cinta dan udah berpuluh kali kali pula gue putus cinta, seperti memang sudah kodratnya jika pertemuan selalu diakhiri dengan perpisahan, mungkin benar apa yang dikatakan raditya dika jika ujungnya cinta adalah perpisahan. Tempo hari gue sempet tobat dari dunia gelap percintaan, tapi hasilnya nol besar, tiga bulan ngejomblo itu kaya kita beli siomay tapi isinya pare semua, PAIIIT!!! Sampai gue menemukan sesuatu yang beda. Sore itu, sepulang sekolah sedang hujan, gue termenung di bawah tangisan awan hitam pekat di depan gerbang sekolah, butiran-butiran air menghujam kepala ini dengan deras, tapi ada satu bumbu yang membuat hujan ini begitu special, tepat sepuluh meter di depan bola mata gue memandang ada sebuah mamalia betina yang sedang berdiri dengan payung hijau berkuping lucu. Rambutnya dikepang dua, unik, tapi menjadi daya tarik tersendri. Seperti ada gaya magnet yang menarik kedua bola mata ini ingin selalu melihatnya, sampe nggak sadar gue udah hampir satu jam buat ngeliatin dia, romantis, tapi setelah itu gue diare satu minggu gara gara kedinginan, hehehe. Sejak saat itu gue berjanji buat nyari tau siapa dirinya. Hari hari berganti, sekolah menjadi tak seasik biasanya, alasannya bodoh, karena wanita puyung hijau berkuping lucu itu. Sejak saat itu gue rindu datangnya hujan, berkali kali gue mencoba cara tradisional memanggil hujan, bahkan gue juga sempet dateng ke pawang hujan, tapi sayang, dia gagal mendatangkan hujan, hanya petir yang bisa ia persembahkan. Sampe gue mencoba untuk mencari tau wanita itu ke bi susi, penjual bubur di kantin sekolah. “bi tau cewek yang rambutnya dikepang dua, terus kalo hujan pake payung warna hijau ada kupingnya?” tanya gue “mmmmb…” jawab bi susi sambil berpikir “tau nggak bi?” gue bertanya lagi “kalo itu bibi nggak tau, yang bibi tau hutang den david masih dua puluh ribu lagi” “bi david mules, pergi dulu yaaa” gue langsung ngibrit ninggain kantin Bi susi sudah gagal, harapan gue menemukan wanita itu makin tipis peluangnya, mungkin hanya satu orang lagi yang tau keberadaan wanita itu, dia adalah pak timin, satpam sekolah kami. “pak kenal cewek yang rembutnya dikepang dua, terus punya payung warna hijau ada kupingnya?” tanya gue “ohh…,” “kenal pak?” gue mulai antusias “beliin bapak kopi dulu” pintanya Dengan amat terpaksa gue nurutin kemauan dia… “nih pak kopinya” gue membawakan segelas kopi dari arah kantin “oh iya, taro di meja” “emang bapak kenal sama cewek itu?” tanya gue lagi “nggak” “terus kenapa tadi bapa bilang oh?” Gue mulai gondok “biar dibeliin kopi sama kamu” jawabnya tanpa seperti orang bersalah Gue yang kesal, mengambil kopi tadi lalu menumpahkannya ke sepatu pak timin…, “komodo kok dikadalin!!” gue langsung lari kalang kabut “BRANDAALLL!!!” pak timin teriak dengan keras Sepulang sekolah langit kembali turun hujan untuk yang pertama kali sejak tempo hari lalu. Di dalam hati masih berharap untuk bertemu dengan sosok wanita misterius itu. Tetapi tuhan terlalu baik untuk hari ini, dia datang dari arah barat menghampiri gue yang sedang duduk di halte depan sekolah sembari memandangi genangan air yang mulai membanjiri area trotoar, sampai dia duduk tepat di samping gue. Suasana halte sudah sepi, hanya ada kita berdua, istilahnya dunia milik kita berdua yang lain ngontrak. Kira kira kaya gitu “hey” sapa gue “iyaah” suaranya halus sekali, seperti motor metik yang sudah injeksi “mmmb nama lo siapa?” gue memulai “wina, kamu?” “gue david. Oh iya, lo kelas apa? Kok jarang ketemu ya?” tanya gue “masa sih?” katanya malu “aku kelas 10 ipa 1” “kalo gue 11 ipa 3” gue menjuluran tangan, “oh” jawab dia, sambil menjabat tangan gue “belakangan ini gue nyariin lo terus” mendengar itu, muka wina memerah “gue suka sama lo, lo mau nggak jadi pacar gue?” DOOOORRR!!! Petir menggelegar seolah menjawab pinangan cinta gue “astagfirullah” ucapnya kaget “nggak suka ya sama gue?” gue murung “mmmb nggak kok, iya aku mau” dia tersenyum malu ke gue Kita jadian dengan cara yang menurut gue agak setengah syaraf, kayanya ini adalah jadian yang paling aneh di dunia… Sehari, seminggu, sebulan, dan kalender semakin menipis. Awal pacaran kita romantis, setiap hari kita hampir ketemu kalo nggak di kantin ya di toilet sekolah, gue menilai wina akan berbeda dari yang lain, sampai gue tersihir oleh mantra cinta yang dibuat wina. Tetapi lambat laun wina juga terserang penyakit yang biasa gue sebut virus TBT (berubah tidak baik). Wina mulai banyak menuntut, sempet dia nyuruh gue jadi anak band. “sayang kamu suka greenday?” tanya wina “hah? Oh iya suka suka” gue pura pura suka “emang greenday itu apa?” “itu minuman teh keluaran baru dari sinde kan?” jawab gue asal “ih serius!!” wina mulai kesal “uuu jangan marah dong, maaf maaf aku nggak tau” gue ngerayu dia biar nggak marah “greenday itu nama band! Bukan produk minuman” mukanya bete tingkat ujung “lalu?” tanya gue “kamu jadi anak band ya? biar keren” “tapi…?” “udah tenang aja, nanti aku yang urus semua” wina memotong pembicaraan kita Dengan terpaksa gue nurutin kemauan wina tetapi disaat gue ingin bermetamorfosis menjadi anak band, wina malah nyuruh gue buat jadi anak majelis rosullulah katanya biar keliatan alim, padahal saat itu gue udah beli kacamata bekas Ian kasela. Wina semakin merubah kehidupan gue, bukan menjadi arah yang lurus tetapi malah menjadi arah yang tak jelas lengkungannya. Sampai akhirnya wina ninggalin gue dengan alasan yang nggak masuk akal. Dia bilang gue makin oon, maklum di ujian akhir sekolah nilai gue remedial semua. Dia malu punya pacar oon. Setelah itu gue sadar, pacaran itu bukan satu satunya hal yang membuat kita bahagia, bahkan menurut gue pacaran itu malah bikin gue lupa dengan segalannya, mulai dari belajar, keluarga, temen temen gue, bahkan cita cita gue jadi penulis dan yang terpenting dari itu, cinta itu bukan tentang menuntut melaikan kita cukup menjadi versi diri sendri dan nggak perlu menjadi versi orang lain. Mungkin setelah ini gue harus ke dukun spiritual ahli jiwa untuk menghilangkan penyakit gila nomor 29 ini

No comments:

Post a Comment