Thursday, April 6, 2017
pyt
Perasaan Yang Terpendam
Judul Cerpen Perasaan Yang Terpendam
Cerpen Karangan: Basman
Kategori: Cerpen Cinta Dalam Hati (Terpendam), Cerpen Patah Hati
Lolos moderasi pada: 3 April 2017
Jam 2 siang bel pulang sekolah pun berbunyi. Semua siswa berhamburan keluar dari kelas. Begitupun aku dan Imink. Imink adalah sobatku dari pertama mulai sekolah di SMA ini. Dia orangnya baik dan juga periang. Tak pernah sehari pun di sekolah kami lalui tanpa ketawa.
“Iyan… Tungguin aku dong!” Teriak imink sambil menghampiriku.
“Emang kenapa Mink teriak-teriak?” Jawabku.
“Gak kok cuma tes-tes suara aja.” ucap Imink ketawa.
“Oh kirain ada apa, bikin kaget aja.” Ayo kita jalan. Jawabku sambil melangkah ke arah gerbang.
Aku pun jalan dengan Imink menuju jalan raya tempat kami biasanya tunggu mobil. Dalam perjalanan aku melihat seorang perempuan yang begitu cantik menurutku. Mukanya bulat dan hidungnya agak mancung. Dia adalah Cinta. Perempuan yang selama ini aku damba-dambakan tapi aku belum bisa mengungkapkan perasaanku padanya.
Aku melihat Dia asyik ngobrol dengan teman-temannya sambil sesekali ketawa. Dari belakang Aku memperhatikan langkah-langkahnya sampai tiba-tiba Aku dikagetkan Imink.
“Iyan! Kok dari tadi kamu perhatikan Cinta terus?” Ucap Imink.
“Gak kenapa-kenapa kok.” Jawabku risih.
“Kamu suka ya sama Cinta?” Lanjut Imink.
“Gak kok, apaan sih kamu ini.” jawabku agak jengkel, meskipun apa yang dikatakan Imink benar.
“Kalau kamu memang suka bilang aja gak usah malu-malu.” ucap Imink.
“Beneeeeran… Aku gak suka kok sama Dia.” Jawabku meyakinkan.
Imink memang gak tau kalau sebenarnya Aku suka sama Cinta karena perasaanku padanya selalu kusembunyikan. Itulah mengapa akhir-akhir ini Aku selalu melamun. Dalam lamunanku aku selalu memikirkan Cinta. Bisa jalan berdua dengannya. Bisa tertawa bersamanya. Makan di kantin berdua. Ohh… Tuhan senangnya seandainya bisa memiliki Cinta.
Sesampainya di tempat tunggu mobil aku duduk dengan sobatku Imink yang dari tadi keringatan karena kepanasan.
“Yan beli minuman dingin dong?” Ucap Imink menunjuk ke sebuah warung di sebelah kami.
“Uangku sudah habis sob, sisa ongkos pulang aja.” Jawabku.
“Ya udah aku beliin kamu, tapi besok gantian ya?” Ucap Imink.
“Oke bosku, buruan sana udah haus nih dari tadi.” Jawabku menyuruh Imink cepat-cepat.
Aku dan Imink memang selalu gantian dalam beli minuman ataupun makanan ringan. Pernah suatu hari Imink lupa bawa uang dan Aku membelikannya. Keesokannya Imink mau menggantinya tapi Aku bilang gak usah dan Dia pun mengiyakan.
Sementara aku menunggu Imink, kebetulan Cinta lewat.
“Cinta kok pulangnya di belakang bukannya tadi kamu jalan di depanku?” Sapaku memberanikan diri.
“oh tadi aku singgah di rumah teman.” Ucap cinta.
“Terus yang lain ke mana? Kamu kok sendiri.” jawabku.
“Semuanya dah pulang duluan.” Ucap Cinta.
“Mau Aku temani pulang.” Jawabku sedikit menggoda.
“Gak usah repot-repot Yan, Aku bisa jalan sendiri.” Ucap Cinta.
“Yah udah deh, hati-hati aja.” Jawabku.
“Siiipppp.” Ucap Cinta sambil berlalu di hadapanku.
Sejenak Aku termenung karena baru pertama kali Aku bisa bicara langsung dengan Cinta. Tiba-tiba Imink mengagetkanku.
“Iyan? Mengkhayal mulu sih.” Ucap Imink menepuk pundakku.
“Gak kok, Cuma…” Jawabku sedikit kaku.
“Cuma apa Hayooo.” Ucap Imink ingin tau.
“Aaa sudah-sudah mana minumannya dari tadi haus nih.” Jawabku sambil mengambil minuman di tangan Imink.
Tidak lama kemudian mobil pun singgah di depan kami berdua. Akhirnya kami pun pulang.
Keesokan harinya Aku berangkat ke sekolah dengan penuh semangat karena hari ini rencananya ingin mengatakan perasaan sama Cinta. Aku pun jalan dengan semangat melewati lorong menuju sekolah karena kebetulan sekolah kami masuk lorong.
Di tengah perjalanan langkahku terhenti melihat Cinta melewatiku dengan dibonceng seorang laki-laki, tak lain dia adalah kakak kelas kami. Namanya Yayan. Orangnya ganteng dan badannya lebih tinggi dariku.
Pikirku gak biasanya Cinta dibonceng sama Dia tapi hari ini lain. Mungkinkah dia sudah jadian. Gak mungkin pikirku lagi membuang prasangka itu.
Aku pun melanjutkan langkahku dan langsung menuju kelas. Tak lama kemudian bel masuk pun berbunyi semua siswa masuk ke kelasnya masing-masing. Di tengah pelajaran Aku selalu memikirkan. Bagaimana nanti Aku ungkapkan perasaanku yang telah lama Aku pendam.
Bel istirahat pun berbunyi tapi Aku gak langsung keluar kelas. Aku diam sejenak memikirkan kata-kata yang harus ku ucapkan nanti saat menemui Cinta.
Beberapa menit kemudian aku pun keluar kelas dan duduk sejenak di depan kelas. Kuperhatikan sekeliling sekolah dan tiba-tiba dari kejauhan Aku melihat Cinta sedang asyik ngobrol sambil ketawa sesekali dengan laki-laki yang tadi memboncengnya. Laki-laki itu mencubit pipi Cinta dengan penuh kemesraan.
Kemudian Imink langsung datang mengagetkanku.
“Hey sob, ngapain duduk sini? Ayo kita ke kantin.” Ucap Imink sembari menarik tanganku.
Aku pun diam tanpa mempedulikannya.
“Kamu kenapa sob? Gak biasanya kamu kayak gini.” Ucap Imink Lagi.
Aku masih tetap tak mempedulikannya.
“Ooooo… kamu perhatikan Cinta dengan laki-laki itu?”
“Laki-laki itu pacarnya, kata anak-anak tadi pagi, kemarin sore mereka jadian.” Imink menjelaskan.
Saat itu hatiku begitu hancur. Perempuan yang Aku damba-dambakan kini jadi milik orang. Salahku juga yang terlalu lama memendam rasa ini. Kenapa ini terjadi kepadaku, mungkinkah aku tak pantas dicintai. Aku kadang berpikir sepertinya Tuhan tidak adil kepadaku tapi buat apa Ku sesali lagi. Mungkin ini sudah takdir Aku seperti ini.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment