Wednesday, April 5, 2017

lpg

Cinta Dalam Sebait Puisi Judul Cerpen Cinta Dalam Sebait Puisi Cerpen Karangan: Qori Saskia Kategori: Cerpen Cinta Lolos moderasi pada: 4 April 2017 “Tawamu dan senyummu selalu kuingat di dalam hati, entah apa yang kurasakan saat ini, gelisah termenung tak menentu..” begitulah salah satu penggalan puisi yang pernah aku buat saat remaja.. sekarang umurku memang sudah tidak remaja lagi, dan sekarang aku sedang membersihkan kamar karena aku akan pindah ke jogja dimana aku akan tinggal bersama kakek dan nenekku, bukan hanya menetap tetapi aku akan kuliah dan menjadi salah satu mahasiswi di salah satu universitas di jogja. Entah apa yang kulakukan sekarang bukannya membereskan kamar malah aku harus berhenti saat melihat kotak berisi kumpulan kertas yang isinya penggalan penggalan puisi yang kuciptakan sendiri, aku jadi ingat bahwa saat SMP sampai SMA aku sering membuat puisi dan mengirimnya ke majalah majalah remaja terutama ajalah gadis, sebenarnya saat itu aku hanya iseng karena tawaran teman lesku yang juga suka mengirim hasil puisinya, saat kucoba dan ternyata diterbitkan di majalah, aku mulai tertarik dan terus mengirim puisi puisiku ke berbagai majalah, sampai sampai ibu selalu bilang, “jangan terus terusan bikin puisi seperti itu nanti belajarmu terganggu!”, memang selama aku mengenal duina puisi aku banyak menghabiskan waktu di meja belajarku dan terus mambuat puisi sampai sampai nilaiku agak turun saat itu, tetapi aku senang karena akhirnya aku mendapat juara satu saat lomba membuat puisi di salah satu mejalah yang aku lupa apa namanya. Di sana banyak yang sudah mengirim hasil puisinya namun hanya 3 orang pemenang yang mendapat hadiah dan aku mendapat juara pertama (hehehe jadi malu). Saat SMA kelas 2 aku sudah mulai mengurangi kegiatanku di puisi dan majalah karena ibu bilang, “kamu itu sudah kelas 11, saharusnya lebih fokus ke pelajaran, pokoknya kalo ibu liat nilaimu turun lagi ibu gak akan kasih kamu kuliah di jogja”. Mendengar kata kata itu aku mulai fokus dalam urusan akademik dan mulai mengurangi pembuatan puisi yang sangat aku suka, yaa wajar memang dari akhir SMP aku ingin sekali mengabil jurusan sastra Bahasa di universitas di jogja (aku gak mau sebutin nama universitasnya, nanti universitasnya jadi banyak yang datengin lagi hehehe). Suatu waktu, saat setelah aku selesai membaca buku pelajaran aku ngerasa kangen banget pengen nulis puisi dan mengirimnya ke majalah tapi apa daya, ibu pasti tau karena setiap minggu aku selalu beli majalah dan ibu suka iseng ikut membacanya juga, kalau sampai ibu tau aku mengirim puisi lagi bisa gawat, akhirnya untuk mengobati rasa kangenku dan mulai membaca majalah yang baru minggu kemarin aku beli dan kebetulan belum aku baca, saat aku melihat di kolom “Kumpulan Puisi Anak Bangsa” (salah satu kolom yang selalu ada puisi yang dikirim sama anak anak untuk diterbitkan di majalah) aku lihat ada puisi yang isinya “tanpa kamu aku bukan apa apa, tanpa kamu aku bukan siapa siapa, sudah bertahun tahun aku mecarimu entah apa yang kudapat, hanya kekecewaan dan kegelisahan.” Wahh bagus juga pas aku lihat ternyata anak laki laki yang seumuran sama aku yang mangirimnya, kebetulan di kolom bawah puisi selalu ada informasi dan kontak dari si pengarang, kali kali aja ada yang ngajak si pengarang buat bikin puisi dan mendapat untung yang besar, (pengennya sih aku yang dapet kan lumayan kalo dapet uang, seenggaknya buat jajan hehehe). Setelah dapet kontaknya aku langsung menghubunginya melalui email (cie email an… heheh), di situ aku bertanya banyak hal kepadanya mulai dari puisi, lomba dan bahkan sampai berbagi taktik agar menghasilkan sebuah puisi yang dicintai banyak orang. Sebulan berlalu semenjak aku kenal dengan dia aku selalu ngumpet ngumpet di kamar agar ibu gak tau kalo aku mulai aktif lagi di puisi (hehehe liciknya aku), sampai suatu waktu aku janjian sama dia si laki laki pembuat puisi itu di sebuah kafe dekat mall yang saat itu masih ada (sekarang mallnya sudah digusur dan dibuat jadi tempat jajanan kaki lima). Di kafe itu kami banyak bercakap cakap tentang kehidupan masing masing mulai dari kegiatan di sekolah sampai membuat puisi di rumah bahkan aku tidak lagi memikirkan bagaimana caranya aku mendapat nilai sempurna untuk memenuhi syaratku masuk ke universitas di jogja saat itu, kemudian hampir 1 semester aku dan dia saling kenal dan mulai menjalin hubungan yang serius entah aku harus bilang apa pada ibu tentang dia, mungkin ibu akan bilang kalau bukan saat yang tepat untuk menjalin hubungan dengan seseorang apalagi kamu harus mengejar apa yang harus aku raih saat ini yaitu bisa lulus dengan nilai yang memuaskan dan menjadi mahasiswa di universitas jogja yang aku idam-idamkan selama kurang lebih 2 tahun ini. Tetapi sebelum semua perkataan itu keluar dari mulut ibu aku dikejutkan oleh kabar yang sangat membuatku kaget sehingga aku rasa jantungku tidak berfungsi dengan baik saat itu, dia yang selama ini aku perjuangkan, dia yang selama ini aku sayang, dan yang selama ini membuat aku bahagia, tertawa, dan gembira akan pergi meninggalkan aku ke luar negeri, ternyata selama ini semua yang dia lakukan di dunia puisi hanya untuk mengisi waktu luang selama di indonesia kurang lebih hanya 5 bulan dan sekarang dia baru bilang karena dia takut aku kecewa dengan apa yang telah dia perbuat (emang dia berbuat apa?). Setelah dia megatakan hal itu aku mencoba untuk menerima semua keadaan yang ada, saat itu aku menceritakan semuanya pada ibu, dan ibu bilang “semua ada jalannya, mungkin ini memang takdirmu, kamu harus lebih banyak belajar dari pengalaman sekarang, karena itu artinya kamu sudah mulai dewasa. Ibu bangga sama kamu”, mendengar perkataan itu aku terus move on dan move on dan manjalani sisa semester di SMA kelas 12 untuk mendapat nilai yang bagus. Pada akhirnya aku berhasil mendapat nilai yang cukup memuaskan dan menjadi mahasiswa di universitas di jogja saat ini. Dan ibu bilang “ibu bangga dengan apa yang kamu lakukan selama di jakarta, ibu harap kamu jadi anak yang lebih membanggakan ibu di jogja ya sayang.” Setelah selesai berpamitan dengan ibu dan menaikkan semua barang ke taksi aku langsung berangat ke setasiun agar tidak ketinggalan kereta menuju ke jogja, setengah perjalanan menuju stasiun entah apa yang terjadi, taksi yang kutumpangi berhenti di tengah jalan, ternyata hal mengejutkan terjadi. Dia… dia yang dulu pernah kukenal muncul di hadapanku dengan wajah, penampilan yang berbeda namun dia masih dia yang dulu, di depan taksi aku langsung memeluknya dan membacakan puisi yang sudah kusiapkan dari sejak ia pergi yang berisi “tanpa kamu aku bukan apa apa, tanpa kamu aku bukan siapa siapa, selama ini aku selalu menunggumu dan terus berharap kamu kembali. Dan ternyata kamu kembali, ternyata pengorbananku mendapat hasil yang setimpal.”

No comments:

Post a Comment