Thursday, April 6, 2017
BPH
Bisikku Pada Hujan
Judul Cerpen Bisikku Pada Hujan
Cerpen Karangan: Rhema Yuniar
Kategori: Cerpen Cinta
Lolos moderasi pada: 1 April 2017
Hujan mengguyur Banjarmasin sore ini, membasahi setiap jengkal tanah dan atap-atap rumah yang karatan. Hujan. Di mataku hujan adalah jembatan kenangan, membawa sejuta cerita. Ah, sialnya. Cerita yang dibawa hujan selalu indah. Jika hujan aku akan teringat seseorang yang paling bisa membuatku tertawa lebar, bahkan untuk waktu yang lama aku masih mengingat candaan renyahnya. seseorang yang paling mengerti aku. Sudahlah, jangan bahas dia lagi. Aku pasti tidak akan bisa berhenti bicara.
Disaat hujan aku sering memikirkan hal-hal yang aneh. Bahkan yang sulit diterka nalar sekalipun. Membawaku pada imajinasi yang tabu. Aku memikirkan sebuah kenyataan yang terdengar tidak mungkin. Ya seperti sekarang ini. Aku ingin bertanya padamu sekali saja. Kenapa aku bisa sejauh ini jatuh cinta padamu?
Aku selalu menjadikanmu sebagai topik dalam cerita-ceritaku dengan hujan. Perbincanganku dengan hujan kadang tak seirama dengan apa yang aku ucapkan. Tapi, hujan selalu saja tau kebohonganku. Seakan-akan aku tidak akan pernah bisa memanipulasi perasaanku tentangmu. Aku memang tidak pernah bosan membicarakan sesuatu yang mustahil kan ada. Kau. Seseorang yang jauh di sana. Yang tidak diketahui keberadaannya. kali ini aku berkoar-koar lagi pada hujan. dan aku jamin, ini sesuai dengan perasaanku.
“Asik, malam ini bisa tidur nyenyak, hujan!” ucapku. Kau tahu kan aku adalah penderita insomnia, hujan membantuku untuk mendapatkan tidur yang lebih berkualitas..
“Apanya yang asik, hujan bikin jaringan jadi jelek tau.” Jawabmu. Entahlah, sebuah kalimat yang rancu. Ya, jaringan memang menjadi masalah utama untuk hubungan ini. Terdengar aneh memang, tapi inilah kenyataannya.
Disini letak anehnya. Hanya lewat chatting, aku bisa sedalam ini menyukaimu, sejauh ini mencintaimu, dan aku tidak pernah bisa mengerti perasaanku sendiri soal ini.
Aku dikenal sebagai seorang wanita yang rasional, selalu berpikir menggunakan logikaku, aku akui, aku bersifat egois hampir maksimal. Tapi, entahlah. Saat bersamamu, aku menjadi seorang wanita yang alay, manja, dan aneh. Memalukan! Lupakan kalimat terakhir.
Untukmu lelaki yang tak pernah berhenti kupikirkan. Aku mencintaimu seperti apa adanya dirimu. Apa adanya. Sekali lagi, apa adanya.
Tapi hubungan ini menemui titik jenuhnya dalam bulan-bulan terakhir. Aku tahu kita sudah melalui berbagai macam masalah. Sejauh ini, kita masih bisa bertahan. Entah, hubungan ini memang tidak pernah diawali dengan sebuah komitmen. Jika ini pikirmu, hubungan ini memang sulit untuk direalisasikan.
Jarak kita memang jauh, antara pulau Kalimantan dan Jawa. Terhalang ruang dan waktu. Itu bukan hal mudah untuk dijalani, bukan?
Aku meyakini suatu hari nanti, kau dan aku. Jika ini memang telah tertulis di dalam takdir kita masing-masing. Lupakan tentang kemustahilan. Tuhan selalu punya kejutan, selalu punya ribuan keajaiban.
Tentang hubungan ini, jangan tanyakan lagi. Aku tidak pernah lelah meyakinkanmu. Aku tidak pernah berhenti mendoakanmu. Dan aku tidak pernah bosan mencintaimu.
Mungkin ini adalah bisikku pada hujan yang tokoh utamanya adalah dirimu untuk kesekian kalinya, kali ini aku berkata jujur tentangmu. Hujan Banjarmasin sore ini. Dan aku semakin mencintaimu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment