Saturday, April 22, 2017

Pekerjaan Ayah

Pekerjaan Ayah Cerpen Karangan: Pearl Nafeesa Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Keluarga Lolos moderasi pada: 22 April 2017 “Aqila, minta nomor HP kamu dong?” Arista memohon pada Aqila, sahabatnya. “Maaf, Arista. Aku… tak punya.” Jawab Aqila, gadis sabar dan shaleh itu matanya berkaca kaca. “Gak punya? Ya udah, gak apa apa Aqila.” Arista tersenyum. Hanya Arista yang menerima Aqila apa adanya, walau sebenarnya ia baru tahu bahwa Aqila tidak punya HP. Arista juga turut sedih. “Iya, makasih ya.” Aqila menyeka air matanya. “Emang ayahmu ke mana sih?” Tanya Arista “Aku gak tahu. Ibu merahasiakan semuanya dariku.” Jawab Aqila. “Hmm.. bagaimana kalau ternyata…” Arista tidak perlu melanjutkan. Aqila tahu apa yang akan Arista katakan. “Cukup, Arista. Tidak mungkin! Ibu selalu menanyakan kabar Ayah lewat telepon. Aku sering mendengarnya! Tapi saat aku menelepon ayah dan bertanya di mana, ayah selalu berkata rahasia! Tidak mungkin ia sudah meninggal, Arista!” Tangis Aqila pecah. Tangis yang lama ia tahan kini memaksa keluar. “Maaf, Aqila. Aku gak bermaksud membuat kamu sedih.” Kata Arista sambil memeluk Aqila. “I-iya..” Aqila kemudian menyeka lagi air matanya. 4 tahun kemudian, kini Aqila sudah berumur 14 tahun. Ayahnya belun juga pulang. Gadis SMA itu sering bersedih. Tapi tampaknya, kesedihan itu akan berakhir. Ayahnya pulang… “A-ayah?” Aqila memastikan kalau itu ayahnya. Karena ia tidak ingat wajah Ayahnya lagi. “Iya, Aqila. Ini ayah.” Ayah Aqila tersenyum. “AYAH!” Aqika menangis dipelukan ayahnya. “Ayah kenapa ninggalin Qila? Qila kesepian!” Seru Aqila “Maaf, ada pekerjaan penting.” Jawab Ayahnya. “Ini. Ibumu melaporkan kalau kau sering curhat tentang mempunyai HP, rumah mewah, kamar sendiri, dan lain lain. Ini uangmu. Kau bisa belanjakan apa saja.” Ayahnya memberi uang tunai sebesar 20 juta. Aqila tersenyum, “Makasih Ayah!” “Sama sama, kalau kurang katakan saja.” Kata Ayahnya. Ternyata, ayahnya adalah pengusaha sukses. Dengan penghasilan rata rata 4 miliar per tahun. Kini, Aqila hidup bahagia sebagaimana anak muda seharusnya hidup, bahagia dengan orangtua walau hanya satu baik ibu atau ayah. FIN

Loveliest Error

Loveliest Error Cerpen Karangan: Renita Melviany Kategori: Cerpen Cinta Segitiga Lolos moderasi pada: 22 April 2017 Orang menganggap cinta terlarang itu salah, dan aku pun berfikir hal yang sama. Namun inilah ceritaku dimana aku melakukan hal yang salah itu dengan gadis di masa laluku. Aku segera keluar dari kelas ketika guruku keluar dari kelas. Segera berlari menuju kelas bawah. Tertulis di atas kayu yang terletak di atas pintu “kelas III” tapi kelasnya sudah kosong. Terlihat gerombolan cewek sedang berjalan keluar gerbang. Aku segera berlari memastikan apakah ada dia atau tidak. Tak lelah aku berlari sekencang mungkin, sama sekali tak merasa lelah. Sampailah aku di belakang anak-anak cewek tepatnya di belakangnya. “Nuril” panggilku dengan pelan. Dia menengok ke arahku, tapi nampaknya dia takut denganku, terlihat dari wajahnya. Hanya menengok, setelah itu dia dan teman karibnya berjalan cepat lalu berlari ke rumahnya yang tak jauh dari sekolah. 4 tahun kemudian Aku masih memakai baju sekolahku. batik SMP dan juga celana biru dongker masih aku kenakan. Aku sedang bermain dengan teman-temanku di tempat ps. Menghabiskan uang yang orangtuaku berikan. Tak sadar uangku telah habis tanpa sisa. Aku dan teman-temanku yang berjumlah 7 orang memutuskan untuk pulang. Terlihat dani dan teman-temannya berjalan menuju tempat ps. Segera aku berjalan ke arahnya lalu melayangkan pukulan di pipi dani. Kami saling memukul, teman-temanku dan teman-temannya hanya menonton. Akhirnya ada bapak-bapak yang memisahkan kami. Namun aku dan dani tetap melemparkan kata-kata kasar dengan nada tinggi. “Belaga lo macarin nuril, awas lo tunggu di kebun cikur gue habisin lo” teriakku “ayo satu lawan satu” balasnya dengan berteriak juga “sudah kalian memalukan, masih anak SMP sudah seperti ini bagaimana nanti?” Kata bapak-bapak yang memisahkan kami. SD, SMP hingga SMA cintaku hanya untuk satu orang yaitu nuril. Namun nampaknya ada seseorang yang bisa mengalihkan perhatianku pada sosok cantiknya. Aku jatuh cinta pada sosok perempuan yang bernama wulan. Awalnya aku dan wulan dikenalkan oleh temanku yang bernama juna. Aku merantau ke kota bandung, di kota kembang itulah aku bertemu dengan wulan. Seiring waktu berganti dia mulai merubah afrian yang nakal dan hidupnya yang hancur menjadi lebih baik. Dia mengajakku untuk meninggalkan hal buruk di hidupku, dengan suara lembutnya membuatku luluh dan membuatku termotivasi. Saat itu Hilang sudah bayang-bayang nuril karena wulan. Hubunganku dan wulan berlanjut hingga kami menjadi sepasang suami dan istri. Pernikahanku sudah berumur 8 tahun dan mempunyai dua orang putra. Di tengah perjalananku aku menemukan kembali sosok nuril yang tak sengaja kutemukan di media sosial facebook. Awalnya kami hanya say hai saja, saling menanyakan kabar namun berlanjut hingga bertukar pin. Aku bertanya mengapa dulu nuril sangat tak suka denganku bahkan cenderung takut pada sosok diriku yang menurutku sangat tampan ini. Dia menjawabnya kalau ia tak tak tahu kenapa itu bisa terjadi. nuril juga berkata tak menyangka kalau aku bisa berubah menjadi baik seperti sekarang ini. Rasa cinta sejak SD, SMP hingga SMA tumbuh subur seperti ilalang. Waktu itu aku berkata “coba saja kalau kamu dulu menerimaku, mungkin kita sudah menikah” “Semua karena takdir, karena dulu kamu sangat nakal, hehe” jawabnya di fia BBM. orang menyebut cinta terlarang ketika dua insan manusia saling mencintai di luar pernikahan yang salah satu atau keduanya telah menjalin pernikahan dengan orang lain. Cinta terlarang, yah aku menjalaninya dengan nuril. Aku dan nuril sama-sama mencari kenyamanan. Aku mendapatkan sesuatu yang tak bisa kudapatkan dari istriku wulan. Nuril awalnya tak berniat membangun cinta terlarang ini denganku. Namun Tak bisa dibohongi nuril pun mendapatkan kenyamanan denganku, apalagi saat itu dia baru putus dengan pacarnya yang sudah berpacaran 3 tahun. Cinta terlarang, cinta yang salah tapi tak bisa dipungkiri itu berdasarkan hati, aku tak berniat menyakiti siapapun. 4 bulan sudah hubungaku dengan nuril. Beberapa kali nuril memutuskan hubunganku, tapi aku tak pernah menyetujuinya. Jarak bandung ke majalengka cukup jauh. Tapi jarak tak membuatku lelah untuk berkata bohong pada istriku kalau aku ke majalengka untuk menemui bapakku, yang pada kenyataannya aku menemui nuril di majalengka. Setiap kami bertemu walau paling lama hanya 1 jam, tapi rasanya itu sudah lebih dari cukup untukku. jujur saja ada rasa bersalah pada istri dan anak-anakku. Tapi siapa yang bisa menghentikan ini, cinta pada istriku dan nuril hampir sama bahkan cenderung lebih besar untuk nuril. Setiap bertemu, nuril pasti berkata ingin memutuskan hubungan terlarang kami, air matanya selalu saja mengalir deras ketika ia mengingat kalau aku memiliki seorang istri dan anak karena dia telah merebut sedikit kebahagiaan istri dan anak-anakku. Bingung sempat mendiamiku, hingga rasanya hidup kacau, bahkan tak fokus ketika bekerja. 15 yang ke 7. Benar aku sudah 7 bulan menjalani apa yang seharusnya tak kujalani. Aku dan nuril bertemu yang mungkin pertemuan terakhir kami. Nuril berkata “aku tak ingin menjadi orang ketiga di pernikahanmu, cukup sampai di sini kita melakukan kesalahan yang mungkin akan membuat hati istrimu sakit. Seseorang melamarku ke rumah, sengaja aku tak berkata padamu 2 minggu kebelakang kerena pasti kamu melarang aku menerimanya. Aku sudah menerima lamaran itu. Sudahlah aku ingin ini berakhir. semuanya akan jauh lebih baik bila ini berakhir.” Ucap nuril dengan air mata yang sudah menggenangi matanya. Aku hanya menundukan kepala mendengarnya. Aku diam beberapa saat memikirkan apa yang harus aku katakan. Dan beberapa lama aku berkata setuju untuk mengakhiri hubungan terlarang ini. Mungkin tuhan memberikanku kesempatan untuk merasa dicintai oleh seorang nuril walau di waktu yang salah. Tapi hubungan itu sekarang sudah berakhir. Kini nuril sudah menikah dan aku kembali ke kehidupanku yang sebelumnya dengan istri dan anak-anakku. Walau bayang-bayang nuril masih saja terpotret dan berputar di otakku, namun aku berusaha keras untuk melupakan kesalahan terindah itu. Dan inilah akhir ceritaku dengan nuril, kembali mejadi insan yang tak saling mengenal. Kami Memutuskan akses yang bisa mengembalikanku dan dia pada kesalahan terindah itu. Selesai

Jangan Tatap Matanya

Jangan Tatap Matanya Cerpen Karangan: Ria Puspita Dewi Kategori: Cerpen Cinta Lolos moderasi pada: 22 April 2017 “Tatap mata saya! Lebih dalam dan lebih dalam lagi! Dalam hitungan ke-3, maka kau akan tertidur. 1… 2…” 3. Sudah dapat kutebak, acara yang sangat membosankan. Kumatikan saja Tv itu. Sungguh malam yang sunyi, hanya terdapat suara seekor jangkrik pada malam minggu ini. Entah kenapa mereka tega meninggalkan putri semata wayangnya hanya untuk sebuah pekerjaan. Baru saja kusandarkan tubuhku ini di sandaran sofa. Dan satu detik kemudian, tiba-tiba saja lampu rumahku mati. Ah, sial. Setelah kuperiksa, rupanya aku baru ingat bahwa handphoneku tertinggal di kamar. Dengan malasnya kucoba melangkahkan kaki menuju kamar. Yang lebih sialnya lagi, kamarku berada di atas. Jadi, aku harus bersusah payah menaiki tangga dengan sangat berhati-hati. Akhirnya aku dapat bernafas lega, meski baru menyelesaikan tangga tersebut. Aku harus berjuang sedikit lagi untuk menuju kamarku yang berjarak beberapa meter dari tempatku berdiri saat ini. Selangkah demi selangkah hingga aku sampai memegang gagang pintu kamarku. Kucari handphone itu dan kami bertemu di atas meja. Aku kembali ke bawah, melangkah ke luar rumah, guna memastikan keadaan di luar. Ah, rupanya hanya lampu rumahku saja yang mati. Aku berjalan menuju tempat dimana aku harus menyalakan listrik rumahku. Baru saja tanganku akan menyentuh tombol untuk menyalakan, tok.. tok.. tok.. Siapakah gerangan? Segera kupercepat tanganku untuk menyentuh tombol tersebut. Kudengar, ada yang memanggilku. “Asya!”. Oh iya, sampai lupa. Namaku Asyafani, panggil saja aku Asya. Sesosok berbaju biru tepat berdiri 5 langkah dariku. Kini ia mulai mendekat. Aku tak yakin, dia sesosok manusia, atau…?? Huh, untunglah, ia tak melayang, kakinya kulihat masih menapak di tanah. Tunggu! Aku mengenal tatapan itu. Bagaimana tidak? Ia menatapku lekat-lekat. Aku pun berbalik menatap matanya. Tanpa kusadari, air mataku menetes. Hal ini bukan tanpa sebab yang jelas. Terbayang semua kenangan masa lalu yang begitu indah, namun berakhir dengan begitu mengenaskan. Lelaki itu bernama Alfa, atau lebih tepatnya lagi Alfaris. Seseorang yang pernah mewarnai hariku dengan sejuta keindahan, namun menghilang dan sirna tanpa jejak setelah kehancuran itu terlanjur terjadi. “Maafkan aku.” kata yang pertama kali ia ucapkan ketika adegan saling menatap itu terjadi. Ini bukan tentang apa, siapa, dan bagaimana. Tetapi, ini adalah tentang mengapa. Mengapa ia kembali? Ingin mengukir sejarah kelam untuk yang kedua kalinya dalam hidupku? “Maaf, karena aku udah buat kamu kecewa. Maaf, karena aku telah menghapus semua keindahan di antara kita. Aku enggak berharap kamu untuk maafin aku. Yang aku harap, kamu tahu satu hal. Aku menolak perjodohan itu. Saat aku ingin menemui kamu, orangtuaku memintaku untuk kuliah di luar negeri. Itu sebabnya aku menghilang dari kehidupan kamu. Dan sekarang, aku berada di sini, untuk kamu.” ucap Alfa panjang lebar. Akhirnya, aku memberanikan diri untuk menangis dalam pelukannya. “Aku minta maaf, harusnya aku dengerin kamu dulu. Aku enggak bisa lupain kamu, Al”. Ini bukan lagi sejarah kelam, melainkan sebuah sejarah yang begitu berarti, takkan pernah kulupakan seumur hidup.

Hanya Salah Paham

Hanya Salah Paham Cerpen Karangan: Indarrahmani Hasna Afina Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Persahabatan Lolos moderasi pada: 22 April 2017 Hatiku terasa sesak. Kakiku tak dapat berdiri lagi. Aku melihat Syadha, sahabatku. Bukannya gembira melihatnya, aku malah menangis. Bagaimana tidak? Aku seperti bermimpi. Sahabat yang dulu kupercaya, sudah berubah. Begini… Aku berjalan pelan menuju taman kota. aku sudah enam bulan tak berjumpa dengan Syadha, sahabatku. Aku sengaja pergi ke sini karena statusnya di media sosial. ‘ke taman kota, yuks!’ Tapi, sesampainya aku di sana… “Eh, Syadha, tumben, nggak sama Hita!” sapa Melli, temanku dulu. Oh iya. Namaku Hita. “Ngapain? Dia itu ngeselin, tau. Selalu ngirim surat banyak buat aku. Aku tuh udah move on, nggak kayak dia! Masa, ya, dia belum punya teman sama sekali dengan alasan karena pengen setia sama aku? Heloow! Aneh, nggak, sih? Sebenernya, dari SD, tuh, aku dah sebel, sama dia! Ngikutin aku terus ke manapun aku pergi. Emang, siapa dia? Sok kenal banget!” ujar Syadha. Aku benar-benar tak percaya. Aku memang nggak punya teman, tapi bukan karena pengen setia, dan aku memang berusaha tetap menjalin persahabatan dengan Syadha. Aku seperti mau pingsan. Aku ingin berteriak kesal, mengadu kepada alam, yang menjadi saksi bisu pengkhianatan itu. Tapi segera kucegah. Aku tau, masih ada jalan yang lebih baik untuk menyelesaikan masalah ini. Dan akhirnya, aku pun kembali ke rumah. Liburan 2 minggu ini terasa menyebalkan dan membosankan. Setiap kali aku pergi ke suatu tempat, pasti di sana ada Syadha dan Melli yang terus membicarakan kejelekanku. Bahkan, hal kecil saja masih dibahas. Hingga akhirnya, aku memutuskan untuk bertemu mereka berdua. 13 Desember. Aku menemui mereka berdua. “Hai, Hita! Lama nggak ketemu! Aku udah mau lulus, lho, di Jerman!” seru Syadha baik dan ramah-untuk sementara, sepertinya kau mulai tidak tega membicarakan apa yang ingin kubicarakan. “Alhamdulillah. Aku juga dapet nilai bagus. Ngomong-omong, aku pengen kasih tau sesuatu, sama kalian!” ujarku langsung to the point -sebelum aku luluh akan rayuan Syadha. “Ada apa?” ujar Melli. “Aku…” sambil terisak, aku menceritakan apa yang kulihat kepada mereka berdua. Bukannya merasa bersalah, mereka malah tertawa sambil mengelus punggungku. “Kamu tau, Hita? Yang kamu dengar selama ini salah. Itu hanya salah paham,” kata Melli. “Apa maksudmu? Aku benar-benar melihatnya sendiri!” ujarku sedikit keras. “Begitu banyak nama Hita di dunia ini. Tidak hanya kamu. Hita Putri Annisa adalah namamu. Dan kita itu bersahabat. Tapi, apakah kamu kenal Hita Riyaya?” tanya Syadha. Aku menggeleng. “Hita Riyaya adalah gadis yang sering kami bicarakan. Dia anak SD kita juga. Tapi, saat kamu pindah, dia baru masuk. Sehingga kamu, tidak mengenalinya. Setiap hari, kotak posku penuh dengan suratnya dia yang berisi pengalamannya yang terdengar aneh dan membingungkan. Dia suka membual. Dia bersahabat denganku hanya karena harta dan kekayaan. Maka dari itu, aku benci Hita. jadi, kamu hanya salah paham,” jelas Syadha. aku mengusap air mata. “Astaghfirullah. aku… aku minta maaf. aku menuduh kalian,” aku menangis sambil memeluk Syadha. “Tak apa. kami juga minta maaf karena jarang menghubungi dan bercerita lagi sama kamu, jadinya kamu nggak tau,” ujar Melli. aku mengangguk dan memeluk mereka. Aku benar-benar malu, dan akan berusaha mengecek dan memeriksa terlebih dahulu sebelum memutuskan dan mengambil kesimpulan.

Dalam Diam Aku Mengagumimu

Dalam Diam Aku Mengagumimu Cerpen Karangan: Yelia Syamsul Kategori: Cerpen Cinta Islami Lolos moderasi pada: 22 April 2017 Apa kau pernah berfikir mengenai pilihan? Sungguh sulit bukan jika harus memilih apa yang kita butuhkan dan apa yang benar-benar kita inginkan? Begitupun tetang Prinsip Cintaku. Kenalkan namaku Elia aku dilahirkan dari kisah cinta yang sempurna, dari kedua orangtuaku yang saling melengkapi dan kedua saudaraku yang membuatku merasakan tak butuh cinta lebih sebelum waktunya. Ketika seseorang bertanya padaku apa itu cinta? Imajinasiku melayang memikirkan keinginan yang semua orang pasti mendambakannya. Sore itu aku berjalan melintasi trotoar kota yang tidak begitu padat, gadis berkerudung sepertiku sering sekali menjadi bahan gurauan, jujur saja sikapku sebelum berkerudung dengan sepenuh hati bisa dibilang buruk sekali jadi aku pun tidak akan heran jika teman-teman menyebutku Sok Alim sekarang, haha apapun yang mereka fikirkan tapi keyakinan yang paling besar di dalam hatiku adalah jiwa ini yang memberontak ingin diperbaiki. Dalam perjalanan itu tanpa sengaja pandanganku terhenti akan sosok laki-laki tampan dan selama berjalan aku menyadari telah melakukan zina mata namun jiwa remaja ini masih begitu kental melekat, ia berjalan di sampingku karena kekaguman ini ia dapat mamacu langkahku hingga kami berjalan seperti beriringan, tepat di depan kampus aku masih melihatnya masuk ke gerbang dan kami pun terpisah, sedikit merasa aneh dengan diri sendiri namun aku bahagia walau tidak mengenalnya secara langsung kenyataan mengatakan dia satu Kampus denganku. Sesampai di ruang belajar terjadilah sumbiringah yang tak beralamat sontak saja sikapku menjadi bahan bercandaan bagi teman-teman dekatku. Kisah cinta itu berakhir, aku selalu tekankan hal itu pada diriku. Banyak yang berpendapat aku takut pacaran karena terlalu sering disakiti dan ada yang bilang aku wanita yang terlalu sombong, belagu, dan tidak peka apapun itu tak ada yang mengerti tentang pilihanku ini aku tidak akan membantah, namun aku akan menjawabnya dengan senyuman sambil berkata di dalam diri sendiri “aku belum butuh cinta yang menghalangi, karena saat ini aku memiliki cinta yang begitu banyak dan bahkan berlebih”. Setelah pertemuan itu aku tak pernah melihat lagi laki-laki yang membuatku memikirkan hal-hal yang aneh itu, walau sedikit banyak ia ada dalam khayalanku. Bahkan aku tak berminat untuk mencari tau lebih, rasa itu pasti pudar itulah yang aku percaya. Hari-hari pun berlalu aku menjalani kehidupan normalku dengan persaan yang aneh ini hingga semester demi semester pun kulalui tanpa terasa tahun-tahun akhir bagiku menjadi mahasiswa berakhir di tahun depan. Saat pembagian wilayah untuk melakukan Praktek Lapangan aku bertemu lagi dengan Dia ya laki-laki yang ku kagumi dalam diam karena saat itu aku ditugaskan di wilayah asalnya. Secara alamiah saja kedekatan itu pun terjalin karena ia adalah pemuda di wilayah tersebut, ditambah lagi karena dia merupakan alumni dari kampusku. Jika ada yang bertanya apa aku bahagia? Jawabannya hanya satu “Ya, aku bahagia” namun bagiku bahagia itu bukanlah cinta. Setidaknya aku bisa mengenal orang yang aku kagumi lebih dekat, dalam keseharian aku lebih suka bergaul dengan banyak orang tanpa membedakan orang itu laki-laki ataupun perempuan dan kebiasaan itulah yang menjadi salah satu faktor mendekatkanku. Namanya Rian beparas tampan, bertutur kata lembut dan Soleh. Itu hal yang aku ketahui cukup sampai disana dan tidak ingin lebih hingga PL ku berakhir. Semua laporan penelitian, proposal dan bahan-bahan sidang sudah dipersiapkan dari lama dan hasilnya akhir tahun nanti aku akan diwisuda. Bahagia yang luar biasa saat ini kurasakan dan janji untuk 3,5 tahun akhirnya terpenuhi. Aku tahu cinta yang kumiliki begitu melimpah, semakin aku mensyukuri yang telah dimiliki semakin banyak cinta yang kupunya. Kisah cintaku berakhir di kampus itu. Setelah menyelesaikan kuliah, aku langsung mendapatkan tawaran kerja dengan kontarak 2 tahun dan gaji yang tinggi dan tanpa pikir panjang tawaran itu aku terima. Sehabis kontrak pekerjaan itu, aku melanjutkan kuliahku ke Universitas yang ada di luar negeri dan itu pun berjalan tidak lama hingga toga ke dua kembali aku persembahkan untuk mereka yang aku cintai. Dalam awal kuliah, recanaku untuk mengajak orangtua dan saudaraku pergi ke Tanah Suci tersimpan dengan dalam dan satu lagi tuhan memberikanku kesempatan untuk itu. Tahun berjalan kehidupan dan semua rencana terasa dipermudah oleh Yang Kuasa dan tibalah desakan orangtua untuk menikah. Bagiku apapun pilihan orangtua adalah yang terbaik, hingga aku menerima lamaran dari laki-laki yang berani mengajakku untuk serius namanya Dion. Pengenalan pun dilakukan 2 bulan, semakin aku mengenal Dion, aku semakin tertarik dan mengerti tetang pilihan orangtuaku ini. Semua prosesi ta’aruf telah dilakukan dan saatnya aku dihalalkan. Tetapi sayangnya tuhan tidak mengizinkan kami untuk berjodoh Dion mengelami kecelakan hingga hal itu memisahkan kami. Aku merasa terluka, itu sangat pasti. Namun aku tau tuhan punya rencana yang lebih indah. Setahun berjalan saat sedang membereskan buku-buku laporan kantor aku menemukan catatan kecil yang sering aku gunakan diwaktu kuliah dulu, dan terselip sebuah surat yang tak pernah aku ketahui “untuk elia” Elia, aku Rian kakak seniormu di kampus. Aku tidak tau perasaan aneh yang aku rasakan saat kita berbicara dan aku bukanlah orang yang pandai berbasa-basi, aku menyukaimu namun aku berharap perasaan ini sama-sama kita sampaikan lewat doa karena Allah lebih adil dalam menetapkan perasaan kita. Hubungi kakak kalau kamu sudah membaca surat ini. Salam, Rian Langsung saja pemikiranku beralih pada laki-laki yang kukagumi dulu, dan entah kebetulan ataupun takdir kami kembali dipertemukan dalam sebuah rapat perusahaan. Seorang laki-laki menyapaku “Asalamualaikum Elia” di saat melihat aku pun tersenyum sembari menjawab salamnya. Pertemuan itulah menjadi awal dan akhir bagi kisah cintaku.

Antara Aku, Kau dan Dia

Antara Aku, Kau dan Dia Cerpen Karangan: Rizki Amalia Kategori: Cerpen Cinta, Cerpen Persahabatan Lolos moderasi pada: 22 April 2017 Kriiinggg!! Bel tanda istirahat berbunyi. Anak-anak berhamburan ke luar kelas, tetapi tidak denganku… aku masih terdiam di kelas sambil memandangi awan di luar jendela dan membayangkan masa-masa yang pernah kulalui. Ya.. aku ini anak SMA yang baru saja lulus dari SMP. namaku Dita Amilia Arresya, panggil saja aku Resya. Pertama kali aku masuk di sekolah baruku aku merasa tidak bersemangat karena ini bukanlah SMA yang kuinginkan. tapi lama-lama seseorang telah merubahku, merubah sifatku. Dia adalah rendy. dia sering menguatkanku dalam menghadapi segala hal yang tidak kusukai. Keesokan harinya Andin menghampiriku dengan raut wajah yang sedih. lalu aku menanyakannya. “Andin, kamu kenapa?” “Res, Linda suka sama rendy” aku pun sontak kaget mendengar ucapannya itu, aku pun menjawabnya dengan tenang. “Lalu kenapa?” “Aku juga mencintainya Resya..” Seketika, hatiku terasa sakit mendengarnya. aku dan sahabatku mencintai orang yang sama, rendy. aku tidak mempercayainya. tidak ada seorang pun yang tau tentang perasaanku padanya termasuk sahabatku sendiri. Sampai akhirnya, Andin cerita bahwa dia telah mengungkapkan perasaannya pada rendy. tanpa pikir panjang aku langsung lari menuju kamar mandi. Selesai dari kamar mandi, teman-temanku terutama andin, juga menanyaiku sejumlah pertanyaan yang susah untuk kujawab. akhirnya, mau gak mau aku jujur soal perasaanku tentang rendy ke anak-anak terutama Andin. Setelah semuanya tahu tentang perasaanku, aku dan Andin sepakat untuk tetap menjadi sahabat daripada harus berebut mempertaruhkan persahabatan demi cinta… THE END

My Ears Feel You

My Ears Feel You Cerpen Karangan: Diana Fitri Kategori: Cerpen Cinta Sedih, Cerpen Fantasi (Fiksi) Lolos moderasi pada: 22 April 2017 Hantaman bom dan suara tembakan pistol dari kompeni seakan terbiasa terdengar di telinga gadis muda yang buta bernama sekar, perawat para tentara pribumi itu, dia dengan cekatanya menemukan luka korban dan memakaikan perban. Dia mengandalkan kehandalan telinganya untuk mendengar jeritan tentara di tengah hiruk pikuk perang. Pada sebuah perang melawan kompeni, ia mendengar teriakan kesakitan seorang kompeni, walaupun ia mengenali kalau itu suara kompeni, tetapi dia tetap menghampirinya dengan kecemasanya, tampak seorang kompeni muda yang mengerang kesakitan di lenganya, kompeni itu pun seakan takjub dengan apa yang dilakukan sekar. “Kenapa kau mengobatiku, bukanya aku musuhmu?” tanya kompeni yang bernama jack itu. “tidak, semua berhak aku tolong.” jawab sekar, setelah selesai, sekar segera pergi sebelum ketahuan oleh tentara pribumi. Beberapa hari kemudian setelah perang reda, sekar membantu keluarganya di kebun belanda untuk melakukan tanam paksa, dia dan keluarganya hanya pasrah melakukanya karena dia tahu ini akan segera berakhir. Pada saat itu kakaknya mengeluh dan memaki kompeni di kebun, lalu kompeni segera menangkapnya dan menyiksanya, sekar pun tidak terima mendengar jeritan kakaknya itu, ia menyuruh kompeni berhenti melakukanya, ternyata kompeni itu adalah jack, sontak ketika jack melihat sekar dia menghentikan penyiksaan itu, dan tiba-tiba menyuruh keluarga sekar untuk beristirahat dan dia menarik tangan sekar lalu mengajaknya jalan-jalan dan berbincang bincang tanpa sepengetahuan keluarga sekar. “ada apa, kau mengajakku ke mana?.” tanya sekar, “aku hanya ingin tahu kamu lebih dalam, ternyata ada rakyat pribumi yang menyukai kami.” jawab jack. “Sebenarnya aku tidak menyukaimu, tetapi aku hanya ingin menyadarkan para kompeni.” kata sekar “lalu kenapa kau tidak marah saat aku menangkap kakakmu?” tanya jack, “tidak, itu memang sudah tugasmu.”, jawab sekar. Dalam perjalanan itu jack selalu memandangi wajah cantik sekar yang seakan tidak mempunyai cacat sedikitpun dengan kelincahanya melewati jalan yang berbatu, dia sedikit tersadar akan kebaikan rakyat pribumi. Lalu dia mengajak sekar ke tengah taman di hutan dengan banyak bunga dan buah yang ditanam oleh pekerja paksa, kebetulan di situ sangat sepi, dia memberikan sekar melati putih di telinganya. “kenapa telinga seperti ini begitu tajam pendengarannya?” tanya jack. “itu karna aku sudah terbiasa tertutup mataku sejak aku berumur 6 tahun.” jawab sekar. Sejak saat itu, jack selalu berusaha melindungi sekar disaat perang dan selalu mengajaknya bersama menikmati indahnya taman di hutan, tanpa adanya prasangka buruk di hati sekar. Tetapi pihak kompeni mengetahui kalau jack selalu melindungi sekar dalam perang, lalu kompeni mengobrak ngabrik rumah sekar dan merampas barangnya keluarganya pun ditahan, saat itu sekar sangat dendam dengan belanda tetapi tidak terhadap jack karena jack saat itu membantu menghentikan belanda hingga dia juga ditahan. Seiring waktu berjalan sekar menunggu keberadaan jack, pada saat perang terakhir jack gugur karena ditembak oleh tentara pribumi tetapi sekar tidak mengetahuinya sama sekali ia mengira jack masih dalam tahanan. Pada suatu hari ia rindu dengan taman hutan itu, dia mengunjunginya sendiri tanpa jack, tetapi dia merasakan ada yang memasangkan bunga di telinganya dan merasakan bisikan jack di telinganya. Dia begitu gembira karena dia mengira jack telah bebas. “jack itukah kau, kau sudah bebas?, tetaplah di sini bersamaku.” dia memeluk dan merasakan keberadaan jack. “Iya sekar, walaupun aku begini.” jawab jack dengan air matanya. Sekar seperti biasa berbincang bincang dengan jack dan memegang erat tanganya di perjalanan. Saat sekar sedang menyiapkan alat medisnya untuk persediaan selama perang, jack datang dan menemaninya, membelai rambutnya. “jack kau ke sini, kenapa kompeni membolehkanmu, aku takut mereka akan ke sini.” kata sekar. “tidak sayang aku akan melindungimu, jangan ikut dalam perang itu, akan sangat berbahaya, belanda menyiapakan sesuatu yang dahsyat.” jack membocorkan tentang serangan belanda. Saat serangan belanda itu, sekar nekat mengikutinya bersama kakaknya yang telah bebas dan ditemani oleh arwah jack yang menemaninya, saat akan ada peluru kompeni akan mengenai sekar jack melindunginya dan ia pun selamat, saat dia berbicara dengan jack dia dikira berbicara sendiri oleh tentara pribumi. “sekar, kenapa kau ini, di hadapanmu tidak ada siapapun, apalagi si kompeni jack itu, dia sudah tiada.” kata kakak sekar. “nggak mungkin aku masih mendengar suaranya kok.” bentak sekar. Jack memegang wajah sekar dan menghadapkanya ke wajahnya, “kini saatnya kau tahu sekar, ragaku memang sudah tidak bisa denganmu, tetapi cintaku tetap bisa melindungimu.” kata jack. Setelah mendengar jack itu, sekar pun tenggelam dalam kesedihanya dan mengunjungi makam jack dengan uraian air mata.

Penyihir

Penyihir Cerpen Karangan: Pearl Nafeesa Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Fantasi (Fiksi) Lolos moderasi pada: 22 April 2017 17 September 2012 Namaku Raisa Alika. Umurku 10 tahun. Aku baru saja sembuh kanker otak. Aku salah satu survivor penyakit mematikan itu. Karena aku langsung melaporkan Bunda kalau aku merasa tak enak badan. “Raisa, kamu jadi pergi ke rumah Ana gak?” Tanya Bunda. “Jadi, bun! Sebentar!” Aku pergi ke kamarku segera mengganti pakaian. Setelah selesai mengganti pakaian, aku berpamitan pada Bunda. “Bun, Raisa pergi dulu ya.” Aku menyalami tangan Bunda. “Iya, hati hati ya.” Ucap Ibu. Aku keluar rumah. Kalian pasti bertanya tanya, untuk apa aku ke rumah Ana? Karena aku hanya ingin main kok. Di depan rumah Ana, aku melihat Ana. “Ana!” Bukannya dibalas senyum atau sapaan, ia malah menunjukkan pandangan kaget padaku lalu pergi. Aku berlari mengejarnya. Tapi.. aku semakin mengantuk. Padahal aku tidur siang. Tunggu, kepalaku pusing. 17 September 2013 “B-bunda..” kata pertama yang kuucapkan setelah siuman, Bunda menatapku khawatir. “Raisa! Kau sudah siuman. Alhamdulillah..” Ibu memberiku teh. Aku menyadari bahwa aku berada di rumah sakit. Aku melihat infus terpasang, apa yang terjadi? “Bunda, seingat Raisa, Raisa melihat Ana di depan rumahnya. Lalu Raisa tiba tiba pusing.” Jelasku. Lalu tiba tiba, rumah sakit berubah gelap. Lalu, sosok Ana dengan pakaian putih penuh darah muncul di hadapanku. “A-ana?” Aku mulai ketakutan. Ana tersenyum, “Aku Ana, benar. ” “Maaf, aku sebenarnya sudah meninggal, Raisa. Aku meninggal karena dianiaya keluargaku.” Aku kaget, “Mengapa? Selama ini orangtuamu baik padamu.” Ana kembali tersenyum. “Aku penyihir, Raisa. Orangtua asliku juga penyihir, jadi sebenarnya mereka orangtua angakatku. Aku bergentayangan karena aku belum tenang. Aku ingin memberitahu yang sebenarnya padamu. Aku menyihir orangtuaku agar baik padaku. Tapi, tanpa kusadari sihir itu punya jangka waktu. Dan saat jangka waktu sihir itu habis, aku tak menjelaskan apa apa, orangtuaku kembali sadar. Tapi, nasibku malang. Orangtuaku menemukan tongkat sihir di bawah tempat tidurku saat sedang bersih bersih. Mereka menyuruhku untuk menjelaskan semuanya. Dan, jadilah aku meninggal.” Kata Ana panjang lebar. “Ana.. semoga kamu tenang, ya. Aku akan mendoakanmu.” Kataku sedih. “Maaf juga aku menyihirmu. Aku tak bermaksud, Raisa. Aku hanya tidak ingin kau terlibat bahaya di rumahku.” Ana melambaikan tangan. Bayangan Ana pergi, keadaan kembali normal. Aku tersenyum, “Innalillahi wa innalillahi rajiun, semoha kau tenang, Ana.” FIN

Cinta Bisu

Cinta Bisu Cerpen Karangan: Mitha Melanie Putri Kategori: Cerpen Cinta Dalam Hati (Terpendam), Cerpen Galau Lolos moderasi pada: 22 April 2017 Bagaimana caranya mencintai? Sedangkan ia terus berusaha lari tanpa menghirukan kejaran dariku. Bagaimana cara memanggilnya? Sedangkan ia terus berpaling tanpa menatap bagian belakang kehidupannya. Ya. Aku yakin dia sama sekali tak tahu menahu akan kehadiranku. Aku mungkin bisa memahami. Tapi hatiku, sangat lelah terus mengikutimu. Terus diam dan hening dalam berbagai tindakan. Apa langkah yang seharusnya kuambil. Bila dia hanya terfokus pada pergerakannya sendiri. Bahkan kakiku terus mengeluh. Kenapa harus begini. Kenapa tak pernah sampai? Di mana pemberhentian terakhir rasa ini? mengapa tak pernah menemukan waktu yang sesuai? Tapi aku jauh lebih merasa kecewa. Dibanding hati yang harus terus mengiktiku. Dibanding kaki yang terus membawa raga tanpa tujuan ini. Aku jauh lebih lelah. Tidak bisa berpaling, karena memang tak ada tempat untuk itu. Jika aku kembali. Apakah semuanya kan baik-baik saja? Apa jadinya bila rindu yang menggerogoti hatiku tak pernah sirna, bahkan menggunung? Wahai sang pencipta perasaan, aku benar ingin mulai ada di dalam hidupnya. Tapi bagaimana caranya? Seorang temanku berkata ”untuk apa terus memendamnya jika yang kau ingin sudah di depan mata” Aku bingung. Sungguh. Dia memang sudah dekat, tak pernah luput dari pandangan. Tapi bagaimana dengannya. Apa dia tahu? Apa dia setidaknya punya sedikit rasa peka? Aku tak pernah berpikir dia akan menerimaku. Tapi setidaknya berilah aku sedikit harapan. Harapan hampa pun tak apa. Mungkin aku akan bangga. Apa aku begitu tidak populer di sekolah ini? Sehingga ia sama sekali tak mengenaliku. Apa aku begitu menakutkan? Sehingga ia tak mau menatap ke arahku. Sebenarnya ekspektasi apa yang kubayangkan. Berharap ia tersenyum dan melambaikan tangannya padaku? Mendekatiku? Entah apa dan dimulai dari apa semua perasaan ini. Menyakitkan. Terkadang begitu pilu sampai aku tak mampu menaruh harapan lagi. Begitu tak pantaskah aku dengannya? Apalah aku yang hanya mencintainya dalam diam. Benar benar diam sampai dia tak berekspresi terhadapku. Tetapi, jika aku ingin mencobanya. Kali ini. Benar-benar akan kutunjukkan padanya. Walau sekedar lambaian tangan dengan pola senyuman kecil di wajahku. Yang pertama kali. Mungkin yang terakhir, jika gagal. “hei” “ya” “a..aku ..perkenalkan aku..” perempuan tanpa arti yang pernah menghinggapi hidupmu. Perempuan bersalah yang terus mengintai setiap langkahmu. Perempuan yang menginginkan sapaan hangat darimu. “..Kinar”. Dan aku pengikut setiamu. Tanpa kau sadari semua sangkut paut dirimu aku tahu. Bahkan jika kau tahu aku maka kau akan benar-benar tak peduli lagi terhadapku. “ya, aku tahu kamu kok”. Dan aku tak tahu jika kau tahu. Tapi, kau tak sekalipun tampak mengenaliku. Atau tampak seperti mengingatku sebagai teman sekelasmu. Dan sekarang kau begitu santai memandangku seolah memang benar kita teman sekelas. Sang pencpita perasaan, apa Kau sengaja mencampur adukkan perasaanku ketika melihat reaksinya. Apa kau sengaja membawaku hanyut oleh perasaan mengagumi ini. Maksudku cinta ini. Apa benar aku jatuh cinta, tapi terjatuh di jurang kelam tak berujung? “a.. iya.. tapi” bagiku kau seolah misteri di kelas ini. “kita tak saling mengenal” sama sekali tidak. Apa kau tak menyadarinya. “maaf” “ya tak apa” dan aku memaafkanmu tapi tidak dengan hatiku. “aku memang jarang bersosialisasi dengan anak cewek di kelas ini. Tapi, bukan berarti aku tak mengenalmu” Apa maksudmu? Kau juga mengenaliku? bagaimana caranya? Apa kau juga punya bakat stalker sepertiku? Aku tak pernah menyadarinya dan memang tak pernah terjadi. Kau pasti berbohong. “aku duluan” “ya” apa secepat ini. Aku baru menyapamu. “eh, tunggu” “ya?” “aku.. ingin mengatakan sesuatu. Aku..” mencintaimu tanpa kau tahu aku sudah terhipnotis olehmu. “..bolehkah aku berteman denganmu?” “tentu” Entah mengapa aku hanya ingin berteman denganmu. Aku merasa berteman saja cukup. Asal kau mau menganggapku ada di bumi ini.

Complicated About Love

Complicated About Love Cerpen Karangan: Deti Kurnia Kategori: Cerpen Cinta Segitiga, Cerpen Penyesalan Lolos moderasi pada: 22 April 2017 Cahaya yang berubah menjadi kegelapan diterpa hembusan yang menusuk melemahkan dan membuatku tak berdaya. Inilah Aku yang tak terbendung lagi menahan rasa sakit yang mendalam. Luka yang membuatku hilang akal, tanpa berpikir apapun sayatan jatuh tepat di leher lenganku. Kubuka mata namun pandangan terlihat buram, terlihat seseorang duduk berada di sampingku, sepertinya dia yang menolongku. Tak tau kenapa, Aku tidak suka dia menolongku. Lebih baik Aku mati saja! Namun semua ada hikmahnya, kini semua telah berubah, seseorang telah merubahku melupakan semua tentang dimas “Kamu itu harus MOVE ON din! Jangan buang waktu kamu buat nangisin satu cowok, masih banyak lagi cowok yang lebih baik dari dia” Kata-kata itu seakan merubah segalanya dan membuatku tersadar — “Gas, makasih ya buat semuanya, kamu udah ngerubah Aku jadi lebih baik. Love u Gas!” Ucapku sambil memeluknya “Iya din, i love you too” balasnya Sudah hampir dua tahun Aku berpacaran dengan Bagas, tapi jujur Aku masih belum bisa melupakan Dimas. Aku sayang sama keduanya tapi rasa cinta Aku ke Bagas enggak sebesar cinta Aku ke Dimas “Din, nanti malem jalan yu? Aku mau ajak kamu ke suatu tempat” tanya bagas “Iya Gas boleh, ke mana?” Tanyaku balik “Ada deh…” timpalnya Dia membawaku ke suatu tempat yang indah terlihat hamparan bintang-bintang bertebaran dimana-mana dan terlihat lampu yang menghiasi pemandangan kota “Bagus banget Gas” kataku sambil tiduran di atas tanah yang beralaskan rumput Tiba-tiba suara langit bergemuruh dan hujan mulai turun bintang-bintang tak terlihat lagi. Aku dan Bagas segera mencari tempat untuk berteduh, Kami menemukan sebuah saung kecil yang kumuh “Gas gimana nih pulangnya?” Tanyaku khawatir “Udah kamu tenang aja, bentar lagi juga hujannya berhenti” Hujan yang tidak berhenti terpaksa membuat kita menjadi basah kuyup, dan duduk dimobil sambil tertawa-tawa, lalu ia memakaikan jaket miliknya di bahuku. Rasa lelah terasa di badanku, kusenderkan kepalaku di bahu Bagas dan memejamkan mataku, tiba-tiba bagas memegang tanganku dan menghentikan laju mobilnya. Rasanya dia sedang menatapku dan wajahnya mulai mendekat, perasaan aneh ini muncul, Aku tidak tau harus berbuat apa, tapi Aku masih terbangun dengan mata memejam. Bibirnya tepat jatuh di bibirku kelembutan dan kehangatan terasa saat ia mendaratkannya, jantungku berdetak sangat kencang dan mulai membuka mataku “Bagas?” Kataku “Ma… maaf din, itu udah sampe” “Oh i..ya” Tidak tau perasaan ini, Bagas udah baik banget sama Aku, tapi hatiku belum bisa terima dia sepenuhnya — “Adindaa..” seseorang memanggilku dari belakang Suara itu tak asing lagi, ya itu Dimas Dia menarikku duduk di taman “Din, Aku tau Aku salah udah menghianati kamu, tapi tolong maafin Aku din, Aku gak bisa lupain kamu. Please kamu terima Aku lagi” “Dim, Aku udah maafin kamu tapi untuk itu Aku gak bisaa..” kataku sambil menangis dan berlari “Din.. din..” panggilnya terus Mataku sembap karena tak hentinya menangis, seseorang datang ke rumah kukira itu bagas ternyata.. “Din, Aku tau kamu masih cinta sama Aku” memohon “Dimas jujur Aku masih cinta sama kamu, tapi Aku udah ada yang punya” ucapku Dia duduk di sebelahku dan menghapus air mataku lalu Aku memeluknya “Dimas..” sambil memeluknya Rasa nyaman ini membuatku tak ingat tentang bagas, Aku terpikat pada Dimas seperti saat pertama kali bertemu. Sudah beberapa hari ini Aku tidak bertemu dengan bagas, tapi saat ini Aku sedang menikmati hari-hari bahagiaku dengan Dimas Dimas mengajakku ke suatu tempat yang gak asing lagi, kita duduk-duduk di taman tertawa-tawa sambil makan ice cream Tangannya mengelap sisa ice cream yang tertinggal di bibirku Dia mengantarku pulang dengan mobil klasiknya dia memegang tanganku dan menghentikan mobilnya, dia mendekat perlahan dan mencium bibirku Aku mulai teringat pada Bagas “Dimas!” Aku menghentikannya Hari-hari bersama Dimas memang membuatku senang tapi rasa itu tidak senyaman Aku bersama Bagas, Aku merasa bersalah berbuat seperti ini “Bagas kamu ke mana?!” Pikirku yang masih duduk dalam mobil Dimas Saat Aku turun di depan rumah kulihat Bagas, dia memergoki Aku bersama Dimas “Ba..bagas?” Teriakku “Jadi kaya gini kamu di belakang Aku?” Sambil membuang bunga yang dipegangnya dan masuk ke mobil “Udahlah din, ini kan yang kamu mau.. masih ada Aku” Dimas membujuk “Kita putus!” Ucapku pada Dimas “Tapi kenapa din? Kamu kan yang bilang kalau kamu masih cinta Aku?” “Sekarang beda Dim, hati Aku udah terikat sama Bagas.. Aku salah udah pilih kamu” Aku terus menangis menyesali kesalahanku, bahkan Aku gak ingat kalau hari ini hari anniversary Aku sama Bagas, selama beberapa hari ini dia nyiapin itu semua dan Aku udah jadi pengkhianat. Sekarang Aku sadar cinta Aku cuma untuk Bagas “Bagas tolong jangan pergi, Aku cuman cinta sama kamu, ba.. bagaaassss” “Din kamu kenapa?” “Bagas” sambil memeluknya “Tolong Gas jangan pergi lagi, Aku minta maaf” memohon “iya din, Aku tau sekarang kamu itu cuman cinta sama Aku.. jangan pernah sayat tangan kamu lagi din, Happy Anniversary Adinda”

Friday, April 7, 2017

BHYB

Biarkan Hati Yang Berbicara Judul Cerpen Biarkan Hati Yang Berbicara Cerpen Karangan: Ulfah F.S Kategori: Cerpen Cinta, Cerpen Galau Lolos moderasi pada: 7 April 2017 Entah apa yang ada di fikiranku saat ini. Semua terasa aneh dan ada yang tidak beres. Perkenalkan namaku Rifta mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di daerah Semarang. Ada sedikit cuplikan cerita selama aku SMA dan sampai sekarang sudah menjadi mahasiswa. Sejak SMA kelas 2 aku sudah mempunyai seorang pacar yang tidak lain adalah adik tingkat. Tetapi kita beda sekolah dan beda jurusan. Sudah berjalan 2 tahun lebih hubunganku dengannya. Awalnya aku merasa yakin dengannya karena waktu masih SMA masih disebut dengan cinta monyet kan ya. Lama-kelamaan aku perhatikan dari sikapnya, tindakannya, cara memperlakukanku itu bagaimana selama 2 tahun ini. Itu semua bisa disimpulkan apakah dia benar-benar mencintai kita atau tidak. Ada suatu peristiwa yang sangat membuatku kecewa bisa dikatakan sangat-sangat kecewa. Peristiwa itu terjadi ketika hari anniversary kedua tahun dan di hari ulangtahunku yang ke 19. Saat anniversary ke dua aku sengaja tidak mengucapkan padanya karena aku ingin dia yang mengucapkan terlebih dahulu. Pagi sampai siang kutunggu ucapan itu, tapi apa yang terjadi? dia belum juga mengucapkannya. “Ahhh, mungkin dia pura-pura lupa dan mungkin diucapkan nanti malam sambil memberi kejutan atau surprise” pikirku. Aku menaruh harapan padaya karena aku tipe cewek yang suka dengan kejutan. Akhirnya tepat pukul 21.00 WIB dia juga belum mengucapkan apalagi memberi kejutan yang hanya menjadi khayalan semata. Hatiku sudah terasa amat panas sehingga aku berani mengungkapkan apa yang kurasakan lewat telepon. “Assalamualaikum, aku mau ngomong sesuatu” kataku lewat telepon. Dia menjawab “Waalaikumsalam, iya mau ngomong apa yang?”. “Kamu ingat nggak ini hari apa?” dengan penuh kesabaran aku berusaha mengkode. “Ini hari Jum’at, kenapa?” Katanya. Setelah mendengar jawaban tersebut hatiku terasa sakit dan seketika itu telepon kumatikan, rasanya tidak terdefinisi hatiku hancur lebur dan air mata keluar membasahi pipiku ini. Akhirnya kujelaskan lewat pesan singkat apa artinya hari ini kenapa dia bisa lupa. Apakah aku ini tidak penting baginya atau baginya hal semacam ini tidak penting?. Dia meminta maaf dan menjelaskan kalau ia lupa karena terlalu sibuk mencari pekerjaan. Hemmm ya aku masih sabar dan berusaha mengerti keadaannya. Kumaafkan kesalahannya kali ini. Kemudian pada saat hari ulangtahunku yang ke-19 aku mendapat kejutan yang sangat banyak dari teman-temanku. Baik itu dari temen sma, teman kuliah dan teman kos. Hari itu aku sangat bahagia sekali karena kejutan mereka semua berhasil dan aku tidak tahu sama sekali rencana mereka. Banyak temanku yang tanya “Mana kejutan dan hadiah dari pacarmu rif” Ucap mereka. “Hemmm nggak tahu” jawabku sambil malu. Selalu kujawab itu tiap kali teman-temanku bertanya seperti itu. Dalam hati aku berkata mungkin dia akan memberi surprise ketika aku pulang dari semarang hemmm percaya itu rif, aku berusaha menguatkan diriku sendiri. Seminggu kemudian aku pulang ke daerahku, tapi apa yang terjadi dia sama sekali tidak memberiku hadiah atau kejutan apa-apa. Aku merasa tidak dianggap seorang yang perlu diistimewakan. Selama 2 tahun lebih ini aku tidak pernah merasakan namanya tiup lilin dari seorang pacar. Setidaknya aku pernah mengalami tiup lilin dari seorang pacar walaupun acara surprise kecil-kecilan pasti aku sudah bahagia. Kesabaranku disini diuji dan aku sungguh sangat-sangat muak dengan keadaan ini. Aku lelah mengerti keadaanya selama ini. Wanita mempunyai batas kesabaran. Intinya kalau sudah kebanyakan sakitnya, itu bukan cinta namanya. Setiap hubungan pasti ada hambatan yang menyebabkan kesedihan tidak mungkin bahagia terus-menerus. Tapi poinnya adalah apakah dia memberikan kita kebahagiaan yang jauh lebih banyak? Apa dia berusaha? Dan apa dia pantas untuk mendapatkan kesempatan dan apa dia pantas untuk dipertahankan? Setiap orang berhak untuk mendapatkan yang terbaik, tidak setiap orang bisa sabar dengan keadaan yang membuatnya sedih dan tidak semua orang bisa selalu mengerti ketika disakiti berulang kali. Jika kamu menangis setiap hari itu bukan cinta namanya tapi kamu jatuh dalam lubang yang salah. Ketika seseorang benar-benar mencintaimu maka ia akan selalu berusaha membuatmu tersenyum dan membuatmu bahagia dimulai dari hal yang kecil ke hal yang besar dengan cara apapun agar pasangannya bahagia. Biarkan hati yang berbicara, Bukan begitu? Tetapi, terimakasih banyak untuk cinta dan kebahagiaan yang sudah tercipta karena kebersamaan denganmu. Tapi maaf karena keadaan kita tidak harus selalu sejalan, kita perlu memilih jalan sendii-sendiri demi masa depan masing-masing yang lebih baik. Semua orang ingin yang terbaik dan lebih baik. Suatu perasaan juga nggak bisa dipaksakan. Walaupun berat dan susah, coba terima kenyataan. Yang terpenting terbaik dan membahagiakan seseorang. Dan aku ingin mengakhiri hubungan ini dengan baik-baik. Aku ingin kita menjalani kehidupan selanjutnya sendiri-sendiri tidak terikat dengan suatu hubungan yang selalu membebani pikiranku. SELESAI

I W I K

I Wish I Knew Judul Cerpen I Wish I Knew Cerpen Karangan: Sabila Salwa Putri Wahyuhadi Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Penyesalan, Cerpen Sedih Lolos moderasi pada: 7 April 2017 “Nina! ayuk!” ajakku pada Nina. “Sebentar Vira!” ucap Nina. “Heh! kalian tu mau ngapain?! ajak aku juga dong!” ucap seseorang tiba-tiba dan rupanya itu Kayla. “Hei! kamu tu orangnya tu pemarah, suka ngambek, sukanya njotos, kalau diapa-apain nangis!” ucap Nina. “Ya! betul tu!” tambahku. “Ka, ka, kalian jahat!” ucap Kayla nangis dan pergi. “Mulai lagi deh! gampang banget ya! kita boongin! hahahahaha!” ucap Nina tertawa. “Ya!” ucapku tertawa juga. “Hei! kalian jahat! jadi orang jangan suka bohongin orang! nanti dosa lo!” ucap seseorang tiba tiba dan ternyata itu Lala. “Biarin! terserah kita dong! Lalalele! hahahahahaha” ucap kami berdua diiringi ketawaan. “Kalian jahat!” ucap Lala nangis lalu pergi. “Setiap orang yang kita buli nangis, apa kita minta maaf aja ya?” ucapku nyesel. “Heh! buat apa kita minta maaf! palingan nanti gentian kita yang dibuli! jangan percaya tipu muslihat mereka! mereka itu cuma pura pura nangis tahu! biar kita minta maaf sama mereka!” jelas Nina. “Betul juga katamu! tumben lo pinter!” ucapku bercanda. “Ih! apaan sih lo! hahahaha!” ucap Nina ketawa, aku pun sama. Keesokan Harinya “Nina, Vira! besok aku sama Lala mau pergi ke Paris di Prancis!” ucap Kayla. “Ya! ini titipan untuk kalian berdua!” ucap Lala memberikan 2 batang coklat besar Dairy. “Nggak butuh!!” ucapku dan Nina teriak lalu mengambil coklatnya dan menginjak-injak coklat itu. “Pa, pa, padahal itu kami yang beli sendiri pake uang kami!” ucap Kayla dan Lala sedih. “Nggak peduli!” teriakku dan Nina sekali lagi. Kayla dan Lala tertunduk sedih. Keesokan Harinya “Heh! denger denger, ada isu yang menyatakan bahwa ada bom di Paris lo! sekarang ini polisi di Paris berusaha untuk menemukan bomnya!” ucap Tiara pada Helen. “Ih! ngeri, katanya Kayla dan Lala ke sana!” ucap Helen. “Alah! siapa bilang! paling juga nanti bomnya meledak di samping Kayla dan Lala! biar tahu rasa mereka!” teriakku dan Nina. “Hei! Vira, Nina! sesama temen nggak boleh kaya gitu! nanti dosa lo!” ucap Tiara. “Eh! lo nggak usah sok ngeceramahin gue sama Nina! sok aja kaya ustadzah! sama dia kaya Lala! si tukang ceramahin! haha!” ucap aku dan Nina sinis. Tiara dan Helen pun nangis. Keesokan Harinya Aku nonton tv di rumah bersama Nina (kebetulan itu hari Minggu!). Nina mampir ke rumah aku. “Di beritakan! bahwa, bomnya sudah ditemukan di Paris oleh polisi. Tetapi, sayang yang memegangnya adalah bocah cilik bernama Kayla dan Lala. Bom itu sudah 5 detik sebelum meledak. Dan pada saat hitungan 1 detik bomnya ada di tangan bocah cilik itu, mereka tewas seketika. Dan biodata diri mereka ialah, yang bernama Lala, Lala Aninda Sulista, yang bernama Kayla, Kayla Aninda Sulista, mereka dari keluarga yang berkecukupan, nama ayahnya ialah Diva Farid Gustein, nama ibunya ialah Sulista Paraswati Gein, dan ternyata 2 bocah itu memiliki saudara 1 lagi, yaitu Vira Aninda Sulista! demikian pemberitahuannya, terima kasih dan sampai jumpa lagi!” ucap seorang peremuan di tv yang mengabarkan acara-acara baru. Spontan aku langsung terkjut dan kaget. (Eh? kaget sama terkejut kan sama? maaf ya! maaf! ) Aku menangis tersedu-sedu, tak kusangka, mereka berdua adalah saudariku. Andai kutahu! pasti mereka tak akan kusakiti! maafkan aku saudariku.

PM

Peri Mimpi Judul Cerpen Peri Mimpi Cerpen Karangan: Livia Anjarwati Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Fantasi (Fiksi) Lolos moderasi pada: 7 April 2017 “Aku yakin.. Peri mimpi itu ada. Aku pasti membuktikannya” ucap berlina kepada teman-temannya. Berlina pun berlari menuju perpustakaan untuk mencari buku tentang peri mimpi. Hasilnya pun nihil. Tidak ada satu buku pun yang berisikan tentang peri mimpi. “Tuh kan berlina.. Kata mamaku peri mimpi itu gak ada” ucap marina. “Peri mimpi itu ada. Peri mimpi biasannya datang ketika kita tertidur dan memberikan benih benih mimpi indah untuk kita” bantah berlina. Ketika malam setelah berlina belajar, berlina pun menghampiri mamanya. Dia bertanya “Ma.. Apakah peri mimpi itu ada?”. “Peri mimpi itu gak ada nak.. Peri itu hanya ada di dunia dongeng.. Bukan di dunia nyata” jelas mama berlina. “Ih.. Semua pada gak percaya kalau peri mimpi itu ada” sewot berlina dan segera menuju ke kamarnya. Dan dia tertidur. Berlina bermimpi bertemu dengan peri mimpi.. Dan peri mimpi berkata “Hai si cantik, berlina..” “Siapa kamu?” ucap berlina “Aku adalah peri mimpi.. Aku akan mengganggu tidur nyenyakmu. Hahaha” ucap peri mimpi dengan tertawa. Berlina pun diam dan dia berteriak memanggil mamanya. “Iya nak.. Berlina kamu kenapa?” tanya mama berlina. “Berlina mimpi buruk ma” jelas berlina. “Sudahlah nak kamu tidur lagi saja. Itu hanya mimpi buruk” perintah mamanya. “Baiklah ma” ucap berlina. “Hah, gak mungkin peri mimpi itu jahat.. Peri mimpi kan baik, peri mimpi selalu memberikan mimpi indah bagi anak anak” ucap berlina dengan mengerutkan dahi.. Tiba tiba peri mimpi datang “Hai berlina.. Aku adalah peri mimpi, maafkan aku karena telah memberimu mimpi buruk.. Aku lupa menaburkan benih benih mimpi indah ketika kau tidur. Dan sebagai permintaan maafku. Aku akan mengabulkan 1 permintaan yang kau berikan” ucap peri mimpi. “Benar peri? Aku mau peri mimpi sekarang ikut aku ke teman-teman dan mamaku. Agar mereka percaya kalau peri mimpi itu ada” kata berlina. “Baiklah ayo” peri mimpi pun mengabulkan permintaan berlina. Dan akhirnya mereka bertemu dengan mama berlina, juga teman-temannya.. “Hai mama, hai teman-teman” sapa berlina “Itu siapa berlina?” tanya marina dan ibunya “Inilah peri mimpi yang aku ceritakan”. “Hah?” sontak mama dan teman-teman berlina pun terkejut. “Iya semua. Akulah peri mimpi. Aku yang selalu menaburkan benih benih mimpi indah kepada anak anak di bumi” ucap peri mimpi. “Anakku. Mama sekarang percaya sama kamu..” kata mama berlina.. “Aku juga percaya kok berlina” ucap teman-temannya “Ya sudah ayo kita pulang ma. Peri mimpi.. Terimahkasih ya sudah mau membantuku” ucap berlina. Peri mimpi pun tersenyum. Akhirnya peri mimpi pun kembali ke kayangan dan teman-teman maupun mama berlina pun percaya akan adannya peri mimpi. Selesai

PS

Putri Shallina Judul Cerpen Putri Shallina Cerpen Karangan: Pearl Nafeesa Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Dongeng (Cerita Rakyat) Lolos moderasi pada: 7 April 2017 Di sebuah kerajaan yang indah dan jauh, Kerajaan Emerald. Sang ratu melahirkan seorang putri yang sangat cantik, berbudi baik dan rendah hati. Bersurai cokelat dan bermata biru. Putri Shallina. Penduduk kerajaan sangat senang akan kehadiran putri baru mereka. Saat selesai melahirkan, Raja dan Ratu membuka pintu istana bagi siapa saja yang ingin melihat bayi tersebut. Saat sang putri berusia 19 tahun, Tampak dirinya lebih anggun dari perkiraan raja dan ratu. Warna cokelat di rambutnya lebih tampak, dan sudah tumbuh sampai pinggang. Berita tersebut sampai ke kerajaan lain. Mengundang keirian bagi putri-putri lain. Mereka sering menghina dan menuduh tak jelas, padahak belum pernah melihat putri Shallina. “Ah, dasar sombong. Aku putri paling cantik di seluruh dunia. Bukankah begitu?” Kata Putri Agnes, Putri dari kerajaan Gold. “Hahaha, begitukah beritanya? Mungkin penduduk kerajaan Emerald buta. Sangatlah jelek diri putri Shallina. Sudah pastilah begitu.” Kata Putri Cathy, Putri dari kerajaan Iron. Sampailah ke telinga putri Shallina. Putri Shallina sering melihat dirinya di kaca, “Ya, benar kata mereka. Mungkin aku memang jelek.” Putri Shallina merendahkan diri. Di umur 19 tahun Putri Shallina, serentak seluruh kerajaan dengan putri yang masih sendiri membuka pendaftaran untuk melamar putri mereka. Di kerajaan Emerald, terkumpul 50 pangeran dari beragam kerajaan. Sementara kerajaan Iron, hanya 20. Dan kerajaan Gold, 25. Banyak pelayan yang melayani para pangeran yang ingin melamar putri Shallina. Agnes dan Cathy memberitahu sifat sifat sang putri. Seketika, 19 pangeran kabur dari kerajaan iron. 24 kabur dari kerajaan Gold. Sementara jumlah di kerajaan Emerald berkurang 49 karena penyisihan. Pangeran Andre, saudara putri Agnes berhasil memikat hati Putri Shallina. Mengetahui saudaranya berhasil, putri Agnes marah besar. Para penduduk dimarahinya, bahkan membantah perintah ayah dan ibunya, atau raja dan ratu. Putri Cathy memperbaiki sifatnya demi melepaskan statusnya sebagai putri dengan sifat buruk. Akhirnya, banyak yang mendaftar untuk melamar putri Cathy. Putri Shallina dan Pangeran Andre menikah, dan memimpin kerajaan mereka sendiri, kerajaan Diamond. Ketiga kerajaan tersebut, Iron, Emerald dan Diamond hidup bahagia. Tamat

Thursday, April 6, 2017

MRK

Mantan Rasa Kawan Judul Cerpen Mantan Rasa Kawan Cerpen Karangan: Rizki Dwi Lestari Kategori: Cerpen Cinta, Cerpen Gokil, Cerpen Persahabatan Lolos moderasi pada: 7 April 2017 “Za” teriak seseorang dari pintu kamar gue, itu pasti vano. Dengan ogah ogahan gue ngebukain pintu buat dia. “Apa” “Gue kesepian, temenin gue yah” ucap vano sambil nyelonong masuk kamar gue. “Emang pacar lu kemana, giliran sepi aja lu ke sini” ucap gue sambil nutup pintu lalu duduk di sampingnya. “Ya maaf” Gue cuma diem gak ngejawab. Gue keinget kejadian waktu di sekolah tadi, kak nicko yang gue kenal baik dan humoris tiba tiba jadi jutek dan nyebelin cuma karena dia tau kalo gue udah punya pacar. “Lu kenapa sih” ucap vano. “gak papa, gue cuma bingung aja” jawab gue sekenanya sambil merebahkan tubuh gue ke kasur empuk gue. “Bingung kenapa” “gak papa nih gue curhat” “gak papa lah, siapa tau gue bisa bantu lu” Lama banget gue diem, mikir. Gue ngerasa gak enak aja buat curhat ke vano, secara dia mantan gue, sekitar 1 bulan yang lalu kita putus. Vano aja gak pernah cerita tentang cewek ke gue sekalipun pacarnya, tapi ya udahlah gue cerita aja. “Oke, jadi gini ada kakak kelas gue yang akrab banget sama gue gak tau kenapa tiba tiba dia tanya tentang cowok gue padahal sebelumnya dia gak pernah ngurusin gituan. Dan dia jadi jutek plus nyebelin banget” “Ya gimana lagi lu kan emang udah punya cowok” “Tapi dia humoris” “Semua cowok emang gitu, coba pas pacaran pasti gak lagi” “Gue kan gak ngarep pacaran sama dia” “O iya? lu tahu gak kenapa dia gitu? itu karena dia suka sama lu. Lu lihat aja ntar dia bakal ngebuat lu ngerasa nyaman banget” Gue sengaja gak ngejawab, biaran aja dia nyerocos, gue udah ngantuk banget. “Tumben lu belum tidur” ucap vano sambil ngelirik gue, gue ketawa sendiri dalam hati. Gue rasain dia ngusap kening gue dan nyelimutim gue, terus berjalan pelan menuju kursi deket kasur gue. Dia pasti bakal nginep sini, mana berani dia pulang malem malem gini. Nyokap gue gak bakal marah sama vano meskipun seharian dia di sini, padahal gue sampe bosen liat mukanya. Gue bangun kesiangan, tapi gue lihat vano masih tidur pules banget. Gue bangunin dia pelan pelan hingga matanya mulai ngebuka sedikit sedikit. “Gue minta maaf ya van, semalem gue ketiduran. O iya menurut lu gue harus gimana nyikapin kak nicko?” “Ga tau, gue pusing. Hari ini gue ada ujian, gue balik dulu ya” ucap vano sambil nyelonong pergi. Setelah kepergian vano gue bersiap siap untuk berangkat sekolah. Gue beda sekolah sama vano dan vano satu sekolah sama cowok gue. Sebenernya gue masih sayang banget sama vano, tapi gimana lagi vano nyelingkuhin gue. Mungkin kalian gak percaya, tapi ini kenyataannya. Kegiatan sekolah itu bukanlah hal yang asik untuk dibicarakan. Jadi sepulang sekolah vano ke rumah gue, kita ngobrol ngobrol biasa di gazebo sambil nyemil. “Hm.. za, lu jangan ngilang ya” “Maksud lu?” “Ya kalo lu ngilang, gue kan jadi gak punya temen. Tapi maksud gue bukan itu, gimana ya ngomongnya” “Apa sih lu, gak jelas” “Biarpun gue gak jelas tapi lu pernah kale sayang sama gue, iya kan” “Gak tau kenapa gue nyesel udah putus sama lu” lanjut vano sambil mandang gue dalem banget. Hampir 1 menit gak ada percakapan antara kita. “Btw, weekend lu ada acara?” tanya gue buat mencairkan suasana. “Iya” “Sama kendy” “Ya, lu?” “Ga tau, ahh.. armi mana ya kok seharian ini dia gak ada kabar” “Ngapain lu nanya ke gue” “Gue cerita kali bukan nanya” “Ya kan gue cemburu” Sekali lagi kata kata yang keluar dari mulut vano itu gak kaya biasanya, kaya ada yang ganjel. Udah beberapa kali gue ngecoba buat benci dia tapi justru gue makin sayang sama dia, dan gue gak tau harus gimana. apalagi perselingkuhan itu dikarenakan kendy yang nembak duluan. Tapi dasar vanonya juga, kalo dia sayang sama gue dia gak bakal nyakitin perasaan gue. “Kok lu bengong” ucap vano “Eng… enggak kok” “Hey kiza..” ucap armi yang tiba tiba nongol “Armi” bales gue dengan senyan termanis gue. Lalu armi duduk di belakang gue sambil meluk gue. “Inget yah, aku sayang banget sama kamu. Pokoknya aku gak mau ada orang yang bisa ngebuat kamu nyaman, aku gak mau kamu jadi milik yang lain” ucap armi. Vano ngelihatin gue, tatapannya sinis banget sampe ahirnya armi ngelepas pelukannya. “Wey van, besok kita keluar ya berempat, lu ajakin tu cewek lu si kendy” vano gak ngejawab, dia cuma bales pake senyum. Besoknya… Sekitar jam 8 pagi armi jemput gue. Seperti biasa juga vano nginep di rumah gue. Tapi armi gak pernah cemburu atau marah, karena dia yakin gue cuma sayang sama dia. Setelah itu kita bertiga ke rumah kendy, ternyata dia udah standbye nungguin kita. Jadinya kita langsung berangkat ke tempat tujuan. Bukan tempat yang indah seperti di film film bioskop. Cuma di pantai yang panas dan jalurnya banyak batu. Jujur ini pertama kalinya gue ketemu kendy, secantik apa dia sampe bisa ngebuat hati vano luluh. Dia tau gak sih kalo dia datang ke kehidupan vano di saat yang gak tepat dan kalo dia tau kenapa dia bisa setega itu. Tapi ya udahlah, kepergian vano membawa armi masuk dalam hidup gue, dan dia membawa bahagia yang seutuhnya buat gue. “Lu lagi mikirin apa?” ucap vano sambil ngerangkul gue “Ga kok” jawab gue sambil ngelepas rangkulan vano dan berjalan mendahului dia. Gue mikir aja, kalo tiap hari vano ada dalam hidup gue, kapan gue bisa lupa sama semua itu. Gue berteman sama vano jauh sebelum gue kenal armi, dan ujungnya harus kaya gini. Sumpah, gue gak bisa move on dari dia. “Kalian punya harapan gak?” tanya armi “Ya punya lah” samber gue, sedangkan vano dan kendy cuma bales pake senyum. “Harapan gue itu bisa terus sama lu za, gue gak peduli kita jodoh apa gak yang terpenting gue terus perjuangin lu” ucap armi sambil gandeng tangan gue dengan pandangan ke ombak. “Sama” jawab gue. “Kalo gue pingin kita kaya gini terus, tetep jadi kawan” ucap vano “Iya” jawab kendy Sekitar jam 3 sore kita pulang, dan gak tau udah keberapa kalinya vano nginep di rumah gue. “Lu sayang banget gak sama armi” ucap vano memulai pembicaraan. “Iyalah” “Lu inget harapan gue tadi apa?” “Iya, kenapa?” “karena gak ada harapan lain selain itu supaya kita bareng terus” “Lu selalu aja ngomong hal yang gak penting” “Kita kawan kan” ucap vano. Kenapa dia gak bilang kalo dia masih sayang sama gue? kenapa? kita kawan? kaya dulu lagi. gue diem gak ngejawab, karena gue yakin dia tau apa yang gue rasa. bukan kawan, lebih dari hal itu.

PMGK

Perjalanan Menuju Gua Kiskenda Judul Cerpen Perjalanan Menuju Gua Kiskenda Cerpen Karangan: William Evan Kuspratmoko Kategori: Cerpen Liburan, Cerpen Persahabatan Lolos moderasi pada: 7 April 2017 Pada waktu liburan sekolah, lima sahabat yaitu Doni, Budi, Tomi, Amri dan Rini berlibur ke Gua Kiskenda. Pada pagi hari mereka memulai perjalanan menuju Gua Kiskenda. Di dalam perjalanan, mereka melalui hutan-hutan. Ketika mereka melakukan perjalanan melalui hutan, mereka kebingungan dalam perjalanan. “Kita ada di mana ini, sepertinya kita sudah tersesat!” kata Rini dengan khawatir. “Arah peta ini tidak jelas.” sahut Doni. “Aduh, bagaimana ini?” keluh Budi yang sedang takut Tiba-tiba terdengar suara keresek daun, seperti dilalui sesuatu. “Hah, suara apa itu!” seru Tomi terkaget. “Itu mungkin hanya suara tikus!” sahut Budi. “Tapi bunyinya keras sekali.” seru Amri yang sedang ketakutan. Akhirnya mereka mulai mengarah pada pepohonan tersebut dan lama kelamaan mereka mulai mendekati pohon tersebut. Mereka terkaget setelah melihat orang aneh di antara pepohonan tersebut. Orang aneh tersebut mulai mendekati mereka. Mereka menjerit dan segera berlarian. “Ayo, cepat lari!” seru Doni. Tak lama kemudian orang aneh tersebut tidak dapat mengejar mereka. “Sepertinya orang aneh itu sudah pergi.” seru Rini. Hari mulai siang. Mereka mulai kelaparan da segera meminta Doni untuk mengeluarkan bekal makanan. Ternyata setelah dilihat dan dicari bekal itu tidak ada di tasnya. “Aduh, sepertinya bekal itu terjatuh ketika dikejar oleh orang aneh itu!” seru Doni. “Kamu bagaimana, sih, Don, kita tidak bisa makan, nih!” sahut Rini Mereka mulai menyalahkan Doni. Doni pun meminta maaf dan mereka melanjutkan perjalanan menuju Gua Kiskenda. Setelah melakukan perjalanan yang cukup lama. Mereka menemukan warung di pinggir desa di hutan tersebut. “Permisi, bu, kamu mau menuju ke Gua Kiskenda” kata Amri. “Kami ingin bertanya, kira-kira ke mana arah menuju ke Gua Kiskenda?” tanya Tomi. “Oh Gua Kiskenda, kalian tinggal berjalan lurus di jalan setapak itu, setelah itu ada gapura. Gapura itu adalah pintu masuk menuju kawasan Gua Kiskenda.” kata ibu penjaga warung. “Oh, ya, bu tadi kami dikejar oleh seorang bapak yang aneh.” kata Tomi. “Oh, itu adalah orang gila, dia biasa tinggal di hutan. Ketika melihat seseorang dia langsung mengejar orang tersebut.” sahut ibu penjaga warung. “Oh, ya sudah kalau begitu bu, kami pamit dulu.” kata Doni “Ya, sama-sama, hati-hati di jalan, ya.” Setelah mereka berjalan, mereka menemukan gapura tersebut dan ada arah petunjuk menuju Gua Kiskenda. Mereka sampai di Gua Kiskenda dengan selamat. Mereka membangun tenda di area tersebut. Oleh karena itu, sesama sahabat, kita harus kompak dan bisa bekerjasama dalam menghadapi permasalahan bersama.

PTA

Penantian Tanpa Akhir Judul Cerpen Penantian Tanpa Akhir Cerpen Karangan: Celine Arista Kirana Kategori: Cerpen Cinta, Cerpen Galau Lolos moderasi pada: 7 April 2017 Ribuan hari aku menunggumu… Jutaan lagu tercipta untukmu… Namun sampai kapan kan terus begini… Satu tahun sudah berlalu… Kujalani hariku seperti biasanya semenjaak saat itu berlalu, kubawa langkahku menuruni tangga desiran angin menyapu daun-daun kering. Aku duduk terpaku menatap langit tiba-tiba telintas di kepalaku sebuah nama yang cukup kukenal “Dan… Daniel”. Nama yang mempunyai kenangan yang amat sangat menyakitkan, dimana ketika seorang jatuh cinta kepada seseorang yang ditemuinya tapi orang itu malah membuatnya merasakan sakit hati yang teramat dalam ketika hubungan yang mereka jalani tak pernah sekalipun dianggap ada oleh orang yang dia cintai itu. 10 Oktober 2016 Malam ini tampak sama saja seperti sebelumnya, setelah selesai makan kulemparkan diriku ke atas kasur dan memainkan HP ku yang sedari tadi siang tidak kucheck. Tiba-tiba aku terpaku akan sebuah pesan yang masuk “Hai” ternyata Daniel mengirimku sebuah pesan lalu kebuka pesan itu dan membalasnya “Hai juga Dan…” dan dengan sekejap pesan itu dibalasnya “Apa kabar?” pesan yang cukup membosankan bagiku untuk kubalas “Baik…” “it’s to long time for us never chat again Dan…” balasku sambil mengingat kejadian lalu. 10 menit kemudian baru masuk pesan lagi “Celine… do yo know why I never chat you again” “Why??” balasku singkat “Cause I miss you… aku rindu kamu yang dulu kamu yang peduli sama aku ada disaat aku sendiri dan sepi” tak kusadari perlahan bulir air mataku jatuh. Kenapa baru sekarang Dan? Kenapa baru sekarang kamu sadari keberadaanku? “Maaf Dan… dulu aku memang peduli sama kamu tapi aku dak bisa lakuin itu lagi aku udah terlalu sakit” “Maaf Celine gara-gara keegoisan aku kamu harus sakit sampai sekarang… jujur aku kangen sama kamu… aku memang bodoh” sejujurnya semuanya sudah telat tapi jujur sampai sekarang aku masih menunggu dirimu kembali “Jangan salahi diri kamu Dan… satu sisi memang aku yang terlalu berharap sama kamu jadi bukan salah kamu sepenuhnya” Setelah satu tahun berlalu kamu baru ngerasa kehilangan aku, dan jujur sampai sekarang pun aku belum bisa melupakan dirinya berkali-kali kucoba tapi dirinya tetap menghantuiku “Celine… jujur aku merasa kehilangan dirimu, aku memang egois tapi aku sadar kamu dapat meredakan egoku. Aku ingin kita kayak dulu lagi I LOVE U” aku terpaku lagi akan pesan yang dia kirimkan aku bingung harus balas apa sementara hatiku ingin kembali lagi padanya walaupun menyakitkan “Jujur Dan aku sampai sekarang belum bisa ngelupain kamu rasanya susah banget buang semua memori tentang kamu walu aku udah berusaha sekuat-kuatnya. Tapi aku takut kalo aku harus tersakiti lagi.” Dia membalas pesanku seolah dia mencoba menyakinkanku kalau dia tak akan menyakitiku lagi “Celine selama ada yang peduli sama aku dan sayang sama aku, aku agak akan nyakitin mereka kalaupun mereka sakit gara-gara aku, aku pasti akan buat mereka bahagia” “I love U Celine” pesan yang kubaca sangat menyakitkan dan membuatku bahagia “I love u too Dan…” dia hanya membaca dan tak membalasnya, aku pun mengirimnya pesan “Dan… we just be a bestfriend kan?” karena aku tidak mau terlalu berharap seprti dulu. “No, now we in Long Distance Relationship” “are you sure?” balasku, “yes, I’m sure” malam ini serasa di dalam mimpi orang yang dulu kucintai sekarang jadi milikku, satu sisi aku takut memulainya lagi karena rasa sakit yang kurasa kan dulu masih menghantuiku. 14 Oktober 2016 Seharian ini kami tidak berhubungan dan aku mencoba untuk mengirimnya pesan tapi pesan itu belum masuk ke dia. Kutunggu hingga setelah selesai makan malam dia membalas pesanku “Maaf ya baru bisa balas sekarang, tadi baru selesai Bantara sm ekskul” “oh ya, gpp” balasku singkat “Km lagi ap?” balasnya “Lagi mau belajar, km?” “Aku lg siap-siap untuk kemah bsok” “Kemah? Take care ya Dan.. hope tomorrow you’re lucky day” itu pesan terakhir antara aku dan dia sebelum dia hilang dan pergi seperti dulu lagi. 26 Otober 2016 Sudah 12 hari berlalu Tapi, entah mengapa diri ini masih menunggu dia kembali haruskah ini jadi yang kedua kalinya? Kedua kalinya kau pergi, kedua kalinya kau sakiti hati ini dan membuatku menunggu? Entah harus kupertahankan atau kuakhiri kisah ini tapi rasa sayangku telah dalam. Tak tau harus sampai kapan ku menunggu dirinya kembali Berharap kan kembali

KYTU

Kudoakan Yang Terbaik Untukmu Judul Cerpen Kudoakan Yang Terbaik Untukmu Cerpen Karangan: Qyu Anjani Kategori: Cerpen Cinta Dalam Hati (Terpendam), Cerpen Cinta Segitiga, Cerpen Persahabatan Lolos moderasi pada: 7 April 2017 Aku memandang mentari senja di sebuah pelataran. Gedung kampus ini memang mengizinkan mahasiswanya untuk bersantai-santai di atap. Sehingga tempat ini menjadi salah satu tempat favorit bagi para muda-mudi yang tengah asik menghabiskan waktunya di kampus. Tak perlu membayangkan atap yang panas dengan terik mataharinya, di atap ini cukup nyaman dengan beberapa gazebo yang menghadap langsung ke arah gedung-gedung pencakar langit lainnya. Di ujung timur, ada musholla yang dikala ashar berkumandang, menghadap langsung ke arah matahari jingga yang teduh menyinari sujud para wajah yang menghadap ke bumi. Sebuah suasana yang syahdu lantaran angin yang berhembus sepoi-sepoi. Meniupkan setiap surai dan benang para penikmat senja yang tengah asyik menyeruput minuman dan makanan ringan yang dibeli di kedai makanan di bawah. Aku menyingkap surai yang menusuk-nusuk mata. Kupegang topiku erat-erat takut ikut tertiup sang bayu yang menyapa di balik muka bumi. Sebuah semburat jingga keemasan menyeruak seolah membuat wajahku menjadi hangat. Mataku tak ubahnya memandang sang matahari yang berjalan pulang menuju belahan bumi yang lain. Aku terduduk di salah satu gazebo yang menghadap langsung ke arah surya. Salah satu tempat favorit kami. Ya… kami bertiga. “Bro…” ini salah satunya, “Bengong aja. Kesambet mampus lu!” Katanya dengan wajah dewasa yang khas. Yang membuat semua orang terbuai akan ketampanannya serta sikapnya yang mudah bergaul. Namanya Kevin. Pria agak tambun yang selalu menemaniku. “Kesambet apaan? Pocong?” Candaku sambil terkikik. “Yee… sok jago ente. Situ emang berani ama setan lemper macem tuh jurig? Palingan ditongolin juga ngacir ente.” Katanya cerah dengan matanya yang berbinar dan jambangnya yang bergerak kala pipi itu merekah tertawa. Aku tak ubahnya ikut menertawai apa yang dikatakan. Begitulah kami. Kami layaknya seperti sepasang tangan yang saling membutuhkan. Aku mulai berkawan dengannya saat semester satu dan semenjak hari itu kami semakin akrab. Alasan klise yang membuat kami sangat dekat adalah kami sama-sama menyukai drama Korea. Untuk ukuran seorang pria, sangat tabu jika menyukai hal-hal yang demikian. Tapi mau bagaimana lagi, begitulah tali takdir menyatukan. Meski kami sering berselisih, namun hal itulah yang membuat kami jauh lebih dewasa. “Punya drama terbaru gak bro?” Tanya Kevin memulai pembicaraan sakral kami. “Drama “W-Two Worlds”, mau?” Kataku. “Siapa yang maen?” “Lee Jong-Suk.” “Lagi?” Kevin memprotes. “Kayaknya tuh orang emang bikin ngelonjak drama-drama popular, deh.” “Ya mau gimana lagi. Drama yang sering diperanin ama dia emang bagus-bagus.” “Udah nonton Descendants Of The Sun belom?” Suara seorang gadis tiba-tiba menyela dan mencuri perhatian kami. Kami menoleh ketika ia berjalan mendekati. Inilah orang ketiga itu. Orang yang tanpa sepengetahuan alam raya, telah menyela mengambil hatiku. Tara namanya. Dengan kulit gelap yang manis serta rambut pendek seleher berwarna eboni. Hidungnya bangir dan diapit dua mata lentik khas keturunan Gujarat. Ia tersenyum manis, seakan memiliki daya magis untuk menghentikan seperkian detik waktuku. Siapa kamu? Yang telah mengambil alih angan dalam sepiku dan menjadi bayangan dalam hariku. Siapa kamu? Yang selalu dekat denganku seakan kamu juga menghilangkan jarakku. Apakah aku jatuh cinta pada gadis ini? Entahlah. Tapi sekalipun aku berkilah, rasa itu kian mengusik menuntut hadir. Menyuarakan bahwa ia ada. Rasa ingin memiliki seutuhnya. “Drama itu mah udah hatam!” Kata Kevin membuatku kembali ke alam dunia. Ia merangkul bahuku layaknya teman yang sangat dekat. Aku tak memperhatikan Tara yang duduk di sebelahku. Ia tersenyum sambil memberikan slurpee yang aku pesan dan hot chocolate yang Kevin pesan. “Tapi kan Song Jong-Ki itu ganteng banget.” Kata Ara dengan wajah ala-ala fangirlnya. “Dramanya juga romantis.” “Iyasih. Apalagi pas adegan di pulau kapal karam itu. Pas dia ngambil batu dan berjanji bakal bisa balik lagi ke tempat itu.” Kataku menimpali. “Nggak sih. Yang romantis pas mereka kissing di atas truk jerami. Pemandangannya juga mendukung banget.” Kevin ikutan. “Dih… kamu mah… ingetnya adegan kissingnya doang!” Ara cemberut manja. Membuat Kevin tertawa dan aku yang memperhatikannya sambil tersenyum. Kami bertiga terus bercengkrama hingga sore terus bergulir. Hingga minuman yang dibawa telah habis kami masih tertawa diujung peraduan. Saat itulah, hal yang sebenarnya tidak ingin kuketahui malah terjadi begitu saja. Saat itu Kevin pamit undur diri karena dia ada keperluan dengan salah satu dosen pembimbing. Sehingga tersisa hanya kami berdua di gazebo atap kampus. Ara agak mendekat dan sepertinya hendak membicarakan sesuatu. “Gyu…” Panggilnya dengan menggunakan panggilan spesialnya untukku. Aku mengernyit sambil menatap wajahnya. Surai lembut itu sedikit menggelitik pipinya yang tirus. Aku tak habis pikir, kenapa wajah ini selalu mengisi setiap imajinasi dan fantasiku. Mengganggu disetiap mimpi dan khayalanku. “Hmmm…” jawabku sok jaim. “Gyugyu… oi!” Panggilnya lagi sambil mengguncang-guncang bahuku. “Pengen ngomong serius nih!” Katanya merajuk. Aku tersenyum dan mengusap lembut ujung kepalanya. “Apa, Ra?” “Ini serius! Tapi jangan cerita sama siapa-siapa, ya?” Katanya dengan manik mata yang membulat lucu. “Iya.” “Janji?” “Iya.” “Jadi begini…” Tara mulai membenarkan duduknya. “Aku, kamu sama Kevin kan udah berteman lebih dari lima semester, nih. Kayaknya kamu orang yang cocok buat aku ceritain pertama kali.” “Soal apa Ra?” Aku mulai was-was karena aku merasa ini akan menjadi sesuatu yang serius. “Perasaanku.” Aku mengernyit. Jantungku berdegup. Seketika seperti rasa mual yang tiba-tiba menyerangku. Aku antara siap dan tidak mendengarkannya. “Kenapa? Kamu suka sama seseorang?” Suara itu tanpa sadar keluar dari ujung kerongkonganku. Terdengar seperti cekikan yang dikeluarkan oleh jantungku. Tara hanya tersenyum malu-malu. Namun hal itu sudah membuatku paham akan dibawa kemana arah pembicaraan ini. “Siapa?” tanyaku lagi setenang mungkin. Mempersiapkan telinga untuk mendengarkan. Bola mataku mengawang dan mulai tak fokus. “Kevin.” Aku terdiam beberapa saat. Menata hati secepat mungkin dan membuat suara untuk tetap tenang. Meski tubuh ini serasa luruh, namun aku tak berhak untuk mencecarnya lebih jauh. Hanya satu nama untuk sebuah persepsi yang menyatu bagaikan mozaik. Kisah ini sepertinya akan sedikit lebih rumit. Dimana seorang pria yang mencintai seorang wanita secara diam-diam, namun wanita itu mencintai pria lain. Sahabatnya sendiri! “Oh.” Kataku datar. “Iiih… koq ‘oh’ doang sih!” Kata Tara dengan wajah manjanya lagi. Jangan memasang wajah itu lagi, kumohon. Tidakkah kamu tahu betapa kamu seperti telah meniupkan badai di antara bantera persahabatan?! Tidak, ini lebih dari sekedar itu! Tahukan kamu ada hati yang telah kau tikam diam-diam? Sadarkah engkau bahwa aku tengah menelan jeritanku sendiri. Apa yang lebih menyakitkan dibandingkan menyadari bahwa wanita yang terpilih malah mencintai orang lain? Yang tak lain adalah temannya sendiri?! Seketika senjaku berubah menjadi gelap. Matahari seakan mewakili apa yang kurasakan, tenggelam hilang. Tak berbekas. “Jadi aku harus jawab apa?” Tanyaku menahan kesakitan. “Apa kek. Kasih saran gitu! Kamu kan temen baiknya…” Benar. Dia adalah teman baikku! Itulah sebabnya ini jadi terasa berkali-kali lebih menyakitkan. Aku tak bisa membencinya karena dia adalah sahabatku! Meskipun ia telah mencuri perhatian darimu hingga membuatmu memiliki sebuah rasa terhadapnya. Sekarang apa yang harus aku lakukan selain kecanggungan karena hanya aku yang menyadari semua kenyataannya. Termasuk perasaanku terhadapmu, itu adalah sebuah kenyataan. Termasuk persahabatanku dengan Kevin, itu adalah sebuah kenyataan. Apa yang harus kulakukan, saat kuharap semua hanyalah mimpi buruk dan aku terbangun darinya. Ini menyakitkan. Karena Hanya Aku yang mengetahui SEMUANYA… Aku menghela nafas panjang dan berharap hanya Tuhan yang saat ini mengerti diriku. Peganglah aku, dalam kerapuhanku. Kemudian aku tersenyum menutupi semua rasa sakitku. Kemudian untuk sekali lagi —atau terakhir kalinya— aku mengusap ujung atas kepalanya. Sebisa mungkin menahan semua persepsi setan yang menghasutku. Dan… hanya kata-kata ini keluar dari bibirku yang kelu. “Kudoakan Yang Terbaik Untukmu…” Benar. Tidak ada yang patut disalahkan akan perasaan ini. Aku tak ingin menjadi orang yang berpura-pura kuat dengan menahan sakit ketika kau bercerita tentang dirinya di depanku. Aku cemburu, ketika kau tersenyum namun bukan untukku. Namun, saat ini… hanya itu yang bisa kuucapkan… Karena Rasa ini… Hanya Aku Yang Tahu Bagaimana Indahnya…

TA

Teristimewa Judul Cerpen Teristimewa Cerpen Karangan: Snowly Tears Kategori: Cerpen Cinta Dalam Hati (Terpendam), Cerpen Patah Hati Lolos moderasi pada: 7 April 2017 Semua berawal dari kesalahanku yang terlalu peduli akan setiap detail situasi, hingga pada suatu siang yang terik, aku menempatkan pandang pada sebuah objek spesial di antara objek lainnya. Hanya dalam sepersekian detik, kau berhasil menyita perhatianku. Sejak itu pula, aku menjadi pengagum setiamu. Kau; sikap dinginmu, keasyikanmu bermain catur, gaya dudukmu dengan satu kaki disilangkan, kegemaranmu pada sepak bola, Team Real Madrid yang menjadi favoritmu, keantusiasanmu untuk menjadi seperti idolamu: Reza Yamani, kegilaanmu pada hal-hal ekstrim, semuanya membuatku jatuh hati. Tak heran lagi, jika sesosok dirimu dengan postur tubuh atletis, berkulit sawo matang dengan paras wajah sedikit kearab-araban menjadi sosok idola para wanita yang mengenalmu. Jambang tipis di kanan-kirinya membuat dominasi wajahmu menjadi pas. Terkadang, kau malah terlihat merumitkan saat aku terlalu fokus memperhatikanmu dengan gaya khasmu: caramu mengigit dan memainkan sedikit bibirmu, dengan alis mata yang dirapatkan seperti ekspresi merengut. Apalagi, caramu membawa tas selempang tipis yang seperti menunjukkan ciri khas kemalasanmu untuk menuntut ilmu. Hmm.. sepertinya. Ada hal yang tak bisa kumengerti dengan baik saat menyadari mengapa aku terlalu bodoh untuk jatuh begitu saja, mengagumi tetlalu dalam. Namun, sebuah rasa memang tak bisa disalahkan. Terjadi secara alamiah, mengikuti arus. Kau dengan sikap sombongmu, tatapanmu yang tak pernah menghampiriku sepenuhnya, terkadang membuatku sebal. Sangat. Tapi, aku malah dengan tololnya bertahan sekuat mungkin hanya karena selalu terabaikan. Layaknya sebuah rel baja yang rela menahan panasnya matahari, derasnya hujan, bahkan tersakiti hanya untuk kepentingan sang kereta. Sore ini gelap. Angin berhembus kencang. “Tes.” Setetes tangis dari kumulus mengenai kulitku. Ternyata beberapa tetesan lainnya juga telah bercengkerama dengan jalanan. “Byur..” Dia turun semakin teras. Sepertinya kumulus sudah tak tahan lagi, mengeluarkan rasa sakit yang menggebu-gebu. Merintih dalam kepiluan. Namun, kau malah dengan asyiknya berbincang mesra pada seorang gadis berkerudung itu. Caramu sederhana. Klise. Sangat. Tapi, rasa sakit itu melebihi tetesan hujan yang terhempas dari angkasa. 19.30 p.m. Pesawat lepas landas dengan bunyi khasnya yang hampir memekakkan telinga. Masih terkurung dalam gumpalan awan hitam. Malam ini, semuanya dimulai. Bukan untuk memecahkan suatu masalah, melainkan hanya untuk sekedar menanggalkan rasa yang bergelayutan memenuhi ruang hati, mengatur dan menempatkan dengan baik dimana sudut hatiku tertuju. Juga untuk memulihkan kepingan hati yang terluka, menjernihkan fikiran, memulai kisah hidup baru. Walau harus dengan sebuah kepergian. Setidaknya kau pernah jadi sosok teristimewa yang terdalam di hatiku. Sekarang, aku lebih mengerti, lebih tepatnya lagi menyadari setelah lama kuselidiki ternyata gadis berkerudung dengan wajah mirip sepertimu; berparas kearab-araban itu lebih dulu mengisi hatimu, mengenalmu lebih lama, dan memahami seluk beluk kehidupanmu lebih dalam. Tawamu yang kupandang dari balik jendela angkutan, gayamu yang terkadang sok jaga-image saat kupandang terlalu lekat, ke-maniakanmu pada team Real Madrid. Aku benar-benar terluka, Oleh rasa yang menghampiri *Hanya untukmu, seorang pria yang aku kagumi.

KB

Kita Berbeda Judul Cerpen Kita Berbeda Cerpen Karangan: Nadya Ran Kategori: Cerpen Korea Lolos moderasi pada: 7 April 2017 Kang SeRin, Yeoja cantik dan kaya ini selalu menjadi sorotan teman temannya. Namun hanya satu yang ada di hidupnya, Park EunJi, seorang yeoja yang jauh berbeda dari Serin, Eunji juga cantik, tapi Eunji tidak sekaya Serin. “Heh Eunji, bisakah kau tinggalkan Serin? kalian berdua tidak cocok, lihatlah Serin, dia begitu cantik dan kaya, sedangkan kau?” “A… apa maksudmu Bora?” “Heh Miskin, kenapa kau tidak mengerti? sepertinya pemerintah salah mengasih Beasiswa padamu” “K.. kenapa kau bilang begitu Ny. Kim Bora?” “Sudahlah teman-teman tinggalkan si Miskin ini” Eunji selalu menemani harinya Serin, Eunji yang periang, Eunji yang Ribut, dan Eunji yang selalu membuatnya tertawa. Serin juga masih tidak percaya mengapa dia bisa sangat menyayangi orang seperti Eunji.. Apa saraf otaknya bermasalah? “Ahh Eunji-ya sudahlah berhenti, aku sudah kehabisan tawa” “Hahah Mianhe, tapi aku berhasil membuatmu tidak sedih lagi kan? Lihat, kau tertawa sekarang, dan berterima kasihlah padaku” “Ne, Gamshamnida Eunji-ya” *Aku janji tidak akan sedih lagi di depanmu Eunji-ya, aku akan tertawa* Itulah Eunji, yeoja periang, ribut, dan sangat Humoris. Eunji selalu membuat Serin tertawa, dan itu membuat Serin tidak mau kehilangan Eunji. Status pribadi tidak diperdulikan Serin, karena dia menyayangi sahabatnya, hanya Eunji, dan Untuk Eunji. “Eunji-ya, bisakah kau pelan-pelan? aku lelah, lagi pula rumahmu sudah dekat, jadi pelan-pelan lah” “Haaa Aniyo, Kita harus cepat, hanya tinggal menyeberang jalan di sana” “Yakk, Jankkaman. Aku tidak bisa menyeberang, kenapa kau sudah sampai di seberang Eunji?” “Haha Mianhe, tunggu aku ne, aku akan menyeberang ke tempatmu Serin-ah, aku tidak akan meninggalkanmu lagi, aku berjanji, Jankkaman” Tinnn… Tinnn… Tinnn!!! “Eunjiiiii-yaaaaa awasssss!!!” “Aaaaaaaaa!!!” BRUKKK!!! “Eunji-yaaa, ireona!! Palli Ireona Eunji, Palli Ireonaaa Hiks Hiks” “Kau dan aku sama, aku tidak pernah membedakanmu, jadi kumohon bangunlah, jika kau terus tidur, dimana jiwaku? dimana seorang yang membuatku tertawa? mana senyum itu? kemana canda tawa itu? Kumohon bangun, jangan tidur Eunji-ya, aku menyayangimu” Tiiiiiiittttt… “Eunjiiiiii” Status bukanlah halangan seorang sahabat untuk bersama, karena hanya tuhan yang akan menentukannya.

PYH

Pelangi Yang Indah Judul Cerpen Pelangi Yang Indah Cerpen Karangan: Dzikrina Syahla Lituhayu Kategori: Cerpen Anak Lolos moderasi pada: 31 March 2017 Kemmarin sore, aku dan veni sedang bermain congklak di teras rumahku, tiba tiba “Duuuaarrr”, suara petir yang sangat besar, membuat aku dan veni gemetar, ketakutan dan degdegan, kita langsung masuk ke rumahku. Ibu bertanya padaku “rey, veni kenapa kalian ketakutan seperti dikejar setan?” “ibu, aku dan veni ketakutan karena suara petir yang besar itu bu” jawabku, lalu ibuku menjawab lagi dengan singkat “ooooooh karena itu”. Tak lama kemudian, petir itu mengeluarkan suara lagi “Duuuuaaarrr”, lalu datanglah hujan, hujannya sangat deras sekali. lalu aku mengajak veni masuk ke kamar. Tak lama kemudian, hujannya berhenti. aku dan veni keluar dari kamarku, saat aku membuka pintu rumahku, “waaaaww, sangat indah” kataku sambil melihat pelangi di langit “waw apa?” tanya veni, lalu aku jawab “itu loh pelangi, di atas lihat deh, bagus banget ya”, lalu veni melanjutkan, “iya bagus banget pelanginya, pelanginya ada dua”. Terbayarlah sudah semua ketakutanku, karena pelanginya ada dua, uhh pokoknya bagus banget deh. SELESAI

RN

Rahasia Nenek Judul Cerpen Rahasia Nenek Cerpen Karangan: Hidaya Kategori: Cerpen Horor (Hantu) Lolos moderasi pada: 31 March 2017 Sekujur tubuhku kaku. Seperti ada lima karung beras terisi penuh yang menimpa ragaku. Mata dan mulutku juga tak dapat kubuka, laksana ada lem yang merekatnya. Tapi aku masih bisa mendengar suara. Suara seperti seorang kakek tua yang sedang marah. Aku tak mengerti apa yang dikatakannya. Hingga satu kalimat yang pasti tertangkap oleh telingaku, “Aku lapar!” — Sudah seminggu aku berada di rumah nenek. Dari pertama aku lahir ke dunia ini, baru sekarang aku mengunjungi nenek. Mungkin karena jarak yang jauh, mengingat aku dan orangtuaku berada di Putussibau (Kalimantan Barat) dan nenek berada di Blitar (Jawa Timur), dan kondisi keuangan kami yang tidak bagus kala itu. Kebetulan sekarang aku sedang menempuh pendidikan di Jakarta, jadi aku bisa mengunjungi nenek kapan saja. Kebetulan juga sekarang aku sedang liburan semester untuk pertama kalinya. Karena sudah seminggu aku menginap di rumah nenek, maka sudah seminggu pula aku terkena tindihan. Awalnya aku mengira aku terkena sleep paralysis. Mungkin aku kecapekan setelah berjam-jam menempuh perjalanan dari Jakarta ke Blitar, pikirku. Tapi setelah terkena tindihan ke tujuh kalinya tadi malam, rasanya bukan sekedar sleep paralyzis yang biasa terjadi karena kecapekan. Masih teringat jelas rasanya tertindih sesuatu yang tak dapat kulihat dan kusentuh. Dan suara seorang kakek tua itu masih terngiang-ngiang di otakku. “Cu, pagi-pagi kok sudah bengong?” tanya nenek ketika melihatku meringkuk dan memandang ke satu arah. Nenek pikir aku lagi melamun. “Hehe.. nggak, Nek. Shinta lagi lihat indahnya pemandaman di sini saja.” Jawabku sewajarnya. Padahal pemandangan yang kulihat di sana sini hanyalah rumah orang dan jalanan yang naik turun. Biasa saja! “Nggak boleh bengong pagi-pagi, cu. Nanti kesambet hantu di sini, lho.” Betul juga kata nenek, aku tidak boleh bengong-bengong tidak jelas. Mungkin saja yang kualami semalam hanya bagian dari mimpi burukku. Bukan kenyataan. “Shinta mau beres-beres rumah dulu ya, Nek.” Aku pun berdiri dan meninggalkan nenek. Membersihkan rumah nenek sudah menjadi ritual rutin bagiku akhir-akhir ini. Rumah nenek sungguh besar, layaknya sebuah mansion peninggalan jaman Belanda. Penuh dengan ruangan-ruangan yang bahkan tak semua dapat dimasuki pemiliknya setiap hari. Butuh berhari-hari untuk membersihkannya. Ditambah lagi rumah nenek sepertinya tidak pernah dibersihkan seluruhnya. Padahal nenek tinggal bersama cucunya yang satunya lagi, Rio namanya. Ia beda tiga tahun dibawahku dan anak yatim piatu. Orangtuanya meninggal karena kecelakaan saat ia masih bayi. Jadi neneklah yang mengasuhnya hingga saat ini. “Kenapa kamu nggak bantu nenek bersih-bersih, Rio?” tanyaku ketika aku hanya melihat nenek yang membersihkan rumah. Waktu itu aku baru saja datang dari Jogja. “Aku males, mbak!” jawab Rio ketus. Dasar pemalas! Sudah diasuh nenek bertahun-tahun malah tidak tahu berterima kasih. Setidaknya bersihkan rumah nenek, kek! Masa’ nenek yang punggungnya saja sudah sedikit membungkuk dan jalannya tergopoh-gopoh harus menyapu!, marahku dalam hati. Aku tak kuasa untuk memarahinya. Aku pikir karena Rio masih SMA dan dia juga laki-laki makanya dia bersikap seperti itu. Aku memasuki sebuah ruangan gelap yang sepertinya luas. Saat itu juga kurasa hawa di sekelilingku berubah menjadi dingin. Bulu kudukku berdiri. Segera kucari di mana step kontak lampunya. Ini dia! Aku pun segera menekan tombol step kontak lampunya. Terlihatlah sebuah ruangan berukuran 3 x 3 meter. Hanya ada sebuah lemari kayu dua pintu yang sudah tua. Aku kira ruangan ini luas, lebih luas dari ruangan-ruangan lainnya. Ternyata malah lebih sempit. Dan bersih! Sepertinya nenek sering membersihkan ruangan ini. Duk… Gruduk… Gruduk… Duk… Suara apa itu? Suaranya pelan sekali, tapi aku bisa mendengarnya dengan jelas. Seperti suara orang menggedor sesuatu yang terbuat dari kayu. Darimana suara itu berasal? Apa dari jendela kayunya? Kubuka jendelanya. Tidak ada apa-apa. Ruangan ini berada di lantai dua, siapa yang tidak ada kerjaan menggedor pintu jendelanya? Atau suara itu berasal dari… Duk… Gruduk… Gruduk… Duk… Gruduk… Gruduk… Duk… Suara itu berasal dari lemari kayu. Kali ini suaranya terdengar jelas seperti sesuatu yang menggedornya dengan paksa. Lemari itu berguncang sebentar dan diam sesaat setelah suara itu menghilang. Aku pun segera membukanya alih-alih takut ada pencuri di dalamnya. Tapi ternyata tidak ada siapa-siapa. Hanya ada sebuah barang. Sebuah kotak tanpa penutup yang di atasnya ada sebuah keris kecil. Di atas keris kecil tersebut bertaburan bermacam-macam bunga, seperti bunga mawar dan bunga melati. Aku tertegun melihatnya. Kenapa benda ini bisa ada di sini? Tiba-tiba keris itu bergoyang sendiri. Aku pun segera lari ketakutan, tak peduli lagi dengan tujuanku untuk membersihkan ruangan itu. Ada hantu di rumah ini. Pasti! Teriakku dalam hati. Aku ceritakan semua kejadian yang kualami tadi pagi dengan Rio. Semua kejadian dari aku kena tindihan setiap hari sampai kejadian di ruangan itu, Rio hanya menanggapi, “Mbak mimpi kali, tuh. Mimpi di siang bolong.” Kemudian Rio tertawa seakan meledekku. “Ini serius, Rio. Aku bicara jujur sama kamu. Karena hanya kamu yang bisa kuajak bicara di sini.” teriakku. Rio berhenti tertawa. Dia hanya melihatku dengan tatapan apakah-mbak-tidak-sedang-menakutiku. “Mbak tidak sedang bercanda?” Aku mengangguk. Sepertinya Rio sedang ingin mengatakan sesuatu. Sesekali mulutnya sedikit terbuka, ingin berbicara, tapi diurungkannya. Sesekali juga ia menggarukkan rambutnya, aku bertaruh kalau rambutnya sedang tidak gatal. “Mbak, sebenarnya barang yang mbak temukan di lemari itu peliharaannya Nenek.” “Yang serius dong, Rio.” “Aku serius, mbak.” “Peliharaan katamu? Sejenis hewan peliharaan?” tanyaku seakan tak percaya. Rio mengangguk. “Aku nggak mau membahas ini lagi mbak.” Jawabnya sambil melangkah pergi meninggalkanku yang masih penuh dengan rasa penasaran. Malam ini rasanya aku tidak ingin tidur saja. Kalau aku tidur, bisa-bisa aku tindihan lagi. Tapi aku tak bisa melawan rasanya kantukku. Dan aku pun terlelap. Aku mendengar suara kakek tua itu lagi. Ia sedang berbicara yang tidak kumengerti karena memakai bahasa Jawa yang halus sekali. Ia bicara padaku? Batinku karena aku mendengar ia menyebut namaku berkali-kali. Sampai akhirnya aku mendengar ia berbisik tepat di depan telingaku, “Aku mau makan Rio!” Aku kesakitan saat aku terbangun. Kutemukan diriku berada di lantai samping tempat tidurku. Sepertinya aku barusan terjatuh. “Mbak, aku mau ke warnet. Jangan cari-cari aku.” Rio tiba-tiba muncul dari balik kamarnya. Tangannya baru saja merogoh sesuatu ke dalam sakunya, sepertinya beberapa ribu uang, kemudian tangannya ia keluarkan lagi. Tumben anak ini pamitan dulu sebelum pergi, biasanya main pergi saja. Aku hanya menyahut, “Oke.” Sebenarnya aku ingin menceritakan tentang tindihan yang ku alami semalam. Kakek itu mau makan Ri… Braaakkk… Kira-kira setelah sepuluh detik Rio pergi, kudengar suara seperti ada tabrakan. Lalu hening seketika. Aku terkejut dan tanpa babibu lagi langsung berlari ke luar rumah menuju sumber suara itu. Ini tak mungkin jadi nyata. Tak mungkin! Sesampainya di lokasi, ternyata ada kecelakaan. Ada sebuah truk pengangkut sampah menabrak pohon. Sang sopir kelihatan syok sekali karena telah menabrak sesuatu. Darah berceceran di jalan. Di seberang jalan terlihat kerumunan warga sekitar. Aku pun segera menerobos, ingin tahu siapa korbannya. Saat sudah di depan korban, aku sangat terkejut. Rio! — Langit hari ini sungguh gelap. Gerimis pun seolah tak mau berhenti dari semalam. Padahal ini sudah jam 9 pagi. Seakan langit pun merasa berduka karena Rio hari ini telah dimakamkan. Aku tak menyangka Rio akan pergi secepatnya ini. Padahal aku baru bertemu dengannya selama sepuluh hari. Aku tak percaya bahwa bisikan kakek tua saat aku tindihan itu nyata. Aku takut ini bakal terjadi terhadapku. Rasanya aku ingin pulang saja. Aku melihat nenek tepat di depanku, di depan makam Rio. Dia menangis tersedu-sedu, sesekali memanggil nama Rio. Tapi sesaat kulihat nenek menangis bukan karena sedih. Nenek tampak bahagia. Sempat kupergoki dia tersenyum lebar beberapa kali. Aku pun keluar dari kerumunan warga sekitar yang mengelilingi makam Rio. Membuka payung dan melangkah untuk pulang ke rumah. Tapi tiba-tiba ada seseorang yang memegang tanganku. Tangan yang keriput. Seorang kakek tua. “Aku tetanggamu sekaligus teman nenekmu sejak kecil.” Ujar kakek itu ketika kami tiba di pendopo, sedikit jauh dari kompleks kuburan. “Nama saya Shinta, kek. Saya cucu nenek yang dari Pulau Kalimantan.” Balasku. “Aku tahu kamu dari Rio. Rio sering berbicara tentangmu.” Aku tersentak kaget saat kakek bilang begitu. Ternyata diam-diam Rio… “Berapa banyak yang sudah diceritakan Rio tentangku, Kek?” “Banyak hal. Termasuk kamu yang sering tindihan saat di sini padahal kamu belum pernah tindihan sebelumnya. Dan kamu melihat benda itu.” Aku mengangguk karena aku benar-benar mengalaminya. “Aku sebenarnya yang melarangnya untuk memberitahu ini kepadamu. Tapi setelah kejadian ini, sepertinya nenekmu tak akan pernah mau berubah.” Aku mengernyitkan dahi. Apa ini semacam rahasia nenek? Yang ingin diberitahukannya kepadaku? “Kamu tahu pesugihan, kan?” Aku mengangguk. Aku sering mendengarnya di televisi. Seperti meminta bantuan kepada setan agar bisa menjadi kaya. “Nenekmu melakukan pesugihan itu supaya bisa menikahi kakekmu yang kaya raya.” Kakek itu terdiam, lalu menghela napasnya dengan keras. “Kamu ingin tahu apa syarat dari pesugihan itu?” Kakek itu tiba-tiba menatapku, menunggu jawaban dariku. Jelas saja aku ingin tahu. Tapi aku hanya membisu. “Seluruh keturunan laki-laki nenekmu adalah syaratnya. Mereka harus jadi tumbal untuk setan yang dipuja nenekmu. Mereka harus mati!” Setelah aku berbicara dengan kakek tua yang kutemui di makam itu, aku pun langsung mengemasi barang-barangku dan pergi dari rumah nenek. Aku tak mau lagi menginap di rumah ini. Aku jadi teringat adikku, Aryo. Tiba-tiba handphoneku berdering. Dari mama! Aku mengangkatnya. “Sayang, kamu lagi di mana? Cepat pulang! Aryo meninggal!”

SKMJ

Sekelebat Kenangan Merah Jambu Judul Cerpen Sekelebat Kenangan Merah Jambu Cerpen Karangan: Jonh Rasta Kategori: Cerpen Cinta Sedih, Cerpen Sastra Lolos moderasi pada: 31 March 2017 Rinai pagi itu menghambat laju langkah Tandu. Tubuhnya terhenti pada sebuah sudut dunia yang ia angap Neraka. Seketika pandangannya pecah berserakan tanpa haluan Pohon jambu bercabang satu di sudut rumah menantu ia tatap bagai musuh bebuyutan. Tangan dekilnya bergetar, bola matanya memerah. “Kau lah musuh abadiku.” teriaknya hingga terdengar semua tetangga. Langkahnya menuju rumah sang mertua ia batalkan. Di bawah raut senja, ia melangkah kembali ke gubuk kecil yang sampai saat ini selalu menjaga Tandu di setiap malam dan siang. Harta peninggalan keluarga ia kuras untuk nostalgia. Hidup sebagai tuna wisma tidak mengahalangi rasa cintanya pada kembang desa. Ruli nama kekasih yang ia idamkan hingga usai sebuah zaman. Gadis belia yang masih duduk di bangku kuliah, pernah ia ajak untuk menikah saat di suatu tempat yang rapat akan sebab dan akibat. Di dalam bus mini, lidah tajam Tandu menunjukkan aksi kegemulaian dalam bermain kata. “Ruli. mau kah kau dampingi noda dunia ini di masa depanmu. Memang pandanganmu di sisi kehidupanku sudah sangat luas, memang tak seharusnya ku sikat lidah ini tuk ucapkan kata yang mengganjal di hati.” rayu yang keras ia ucapkan hingga para penumpang lain bersorak gembira “Wahai laki-laki yang kuanggap saudara sendiri, alangkah baiknya kita hidup bersama tanpa hubungan suami istri, aku adalah wanita tak suci yang kau anggap bidadari sejati. Andai kau tahu hijab yang kau berikan sewaktu kita berjalan di atas lingkaran persahabatan sudah aku bakar di atas rasa penyesalan. “Ucapnya terang-terangan di depan banyak penumpang. Seketika itu ia turun dari bus mini yang ia naiki, tanpa membayar ongkos perjalanan. Tandu yang merasa bersalah, lantas mengejarnya tanpa hirauan perkataan orang di sekitarnya. Jarak yang jauh tak bisa ia pungkiri. Bruuuuuaaakss!!. Ruli gadis pujaannya pupus dihempas truk bermuatan gas berbahaya. Seluruh tubuh Ruli hangus terbakar api yang keluar dari truk. Kaki kecil Tandu seketika lumpuh, urat nadinya terhenti karena takdir ilahi. Lidah manisnya kasat tak berpelumas. Ia menyesal mengungkapkan kata hatinya yang bisa mengundang kematian. “jangan nodai tubuh sucinya, ini dosaku. Biarlah tangan dekilku mengangkut gemulai tubuhnya yang kusut karena hasrat. asal kalian tahu dia adalah wanita suci yang diturunkan sebagai bidadari berselendang merah jambu untuk meminang laki-laki busuk sepertiku.” cegah tandu saat sang petugas akan menyentuh tubuh Ruli. Syal merah jambu pemberian Tandu masih utuh tak terbakar di dalam tas yang dibawa Ruli waktu itu. ia selendangkan di leher Ruli yang sudah menjadi abu. “Andai kau masih hidup dan tidak bersikap kekanak-kanakan. Mungkin syal merah jambu ini yang menghangatkan kehidupan kita di kemudian hari.” bisik Tandu di samping telinga Ruli yang mungkin tak berfungsi lagi. Matahari kian malu menampakkan wujudnya. di atas teras, lamunannya terhenti oleh tirai hujan yang membasahi lukisan suci karya Ruli. Kehidupan Tandu selalu kelabu walau ia sudah mempunyai bidadari baru di sisi kehidupannya. Nama “Ruli” masih abadi di sekelebat kenangannya.

NSA

Nama Sebelum Aamiinku Judul Cerpen Nama Sebelum Aamiinku Cerpen Karangan: Shinta Dee Kategori: Cerpen Cinta Dalam Hati (Terpendam), Cerpen Patah Hati Lolos moderasi pada: 31 March 2017 “Nimaaass…” panggilnya dari tempat parkir yang tidak jauh dari tempatku berdiri. Di sampingnya, ada seorang perempuan yang sangat asing. Baru hari ini Aku melihatnya. Sepertinya dia anak baru. Aku segera menghampirinya. “Kenalin, ini murid baru di kelas XII 6. Temen baru Aku, namanya Annisa. baru aja kenalan semalem lewat line” jelas Indra dengan panjang lebar dan percaya diri. “Ohh iya Annisa, Aku Nimas. Temen sekelasnya Indra” jawabku sambil mengulurkan tangan. Dia meraih tanganku dengan senyumannya yang manis. Tidak lama kemudian, seorang temanku datang menghampiri kami, namanya Rena. “Nimas, Kamu bareng Indra aja yaa, Aku mau nganter adikku dulu nih, entar kerja kelompoknya di rumah Indra kan? Kalian berangkat duluan aja deh ya ntar Aku nyusul, oh ya. Yang lainnya udah nungguin di depan tuh. Cepet keluar okee” Jelas Rena panjang lebar tanpa spasi, belum sempat Aku dan Indra menjawab setelah itu dia langsung pergi keluar sekolah. “Mmmm, Annisa kok Kamu belum dijemput? Bareng Aku aja yuk” ucap Indra dengan gembira. Aku terkejut, lalu jika dia mengantar Annisa bagaimana dengan Aku? Dia egois sekali, pikirku. “Ndraaa, terus Aku jalan nih?” tanyaku dengan kesal. “Jangan Indra, mungkin 5 menit lagi Ummi ku nyampe nih, kalian duluan aja gak papa kok. Assalamualaikum” jawab Annisa dan berlalu meninggalkan kami berdua setelah kami menjawab salam darinya. Indra memboncengku dengan sepeda motornya. Dalam perjalanan, Aku dan Indra hanya diam saja seperti kehabisan cerita, padahal biasanya kami selalu bercerita tentang apapun yang terjadi hari itu. 15 menit berlalu dan akhirnya kami sampai di rumah Indra. Di sana sudah ada Fatih, Bella, Tasya dan Rafi. Kami segera mengerjakan tugas kelompok bersama sama. Disela sela keseriusan kami, kami juga saling bergurau. Dan juga, bergosip. Tasya pun memulai pembicaraan dengan membahas Annisa. Dia bercerita kalau Annisa yang baru pindah ke sekolah kami 1 minggu yang lalu itu banyak sekali yang mendekati. Tasya juga bercerita kalau Annisa adalah murid pindahan dari Medan. Dan di akhir cerita, Tasya mengatakan jika Fatih sedang gencar gencarnya tebar pesona ke Annisa. Setelah tugas selesai, semua pun pulang, kecuali Aku. Bukan hanya karena tidak ada yang menjemput. Tapi ini adalah permintaan Indra karena dia menyuruhku membantunya mengerjakan tugas Bahasa Inggris. Dia berjanji setelah itu Dia akan mengantarkanku pulang. “Kalau minta diajarin, hpnya taruh dulu Ndraa” ucapku kesal. “Iya bu guru, maaf hehehe. Lagi asyik nih sama kesayangan” jawabnya sambil menaruh Hp nya. “Hahhh, siapa?” tanyaku kaget. “Enggak enggak, bukan siapa siapa kali. Cuman bercanda. Kamu sih daritadi bete mulu mukanya” jawabnya sambil menjulurkan lidahnya. Aku hanya diam tak membalas ucapannya. Aku melanjutkan membahas materi Bahasa Inggris yang Indra tidak mengerti. Setelah Indra paham, dia mengantarkanku pulang. Pikiranku masih melayang layang memikirkan Indra dan Annisa. Dan, siapa yang dimaksud kesayangan itu? Menurutku tidak mungkin jika tadi Indra hanya bercanda. Sudah sekitar 1 bulan semenjak kejadian itu Aku benar benar merasa Indra berubah, kedekatanku dengan dia sudah mulai renggang. Hpnya sudah dipassword dan jika Aku ingin meminjam, selalu diawasi olehnya. Saat bel istirahat, dia selalu fokus dengan Hpnya. Hal itu membuatku jadi lebih sering main dengan Rena daripada dengan Indra. Tapi, sama saja membosankan. Rena sudah memiliki pacar, sehingga dia lebih asyik dengan pacarnya daripada denganku. 3 bulan kemudian, sebelum UAS tiba, ketika Aku sedang asyik sendirian membaca buku di perpus, sebuah pesan muncul di Hp ku. Pesan itu dari Indra, dia menyuruhku untuk menemaninya membelikan kado untuk Annisa. Aku menolak dengan alasan fokus UAS. Seketika saja. Pesan itu langsung dibaca tapi tidak dibalas, apakah dia marah? Ah sudahlah. Semenjak kejadian itu, Aku mulai merasa jika Indra benar benar hanya menganggapku teman dan tidak ada perasaan lebih. Aku mulai menjauh perlahan. Aku mulai suka dengan kesendirian, membaca buku apapun di perpustakaan. Dan menulis sebuah cerpen yang kukirimkan ke sosial media. Di sana Aku menemukan teman chat yang membuatku tidak merasa sendiri. Walaupun itu adalah teman dunia maya. Ketika UAS telah usai, tiba tiba Papaku memutuskan pindah rumah dan menyekolahkanku di Malang. Aku setuju, karena kupikir itu akan dengan mudah melenyapkan perasaanku ke Indra. Papa pun dengan segera mengurus kepindahan kami. Masih sisa satu minggu lagi waktuku di Yogyakarta. Satu minggu itu Aku masih bisa berkumpul bersama teman temanku di sekolah. Aku tak ingin menyianyiakan waktu terakhirku bersama mereka. Keesokan harinya, ketika Aku akan menuju kantin, Aku mendengar seorang siswi bercerita tentang kabar bahwa Annisa dan Fatih sudah jadian. Aku sedikit tersentak, lalu bagaimana dengan Indra sekarang? Di mana dia? Ahh mungkin dia sedang latihan band nya untuk pensi lusa. Pikiran tentang Indra itu segera kulenyapkan sekarang. Aku tidak ingin merasa sakit hati lagi hanya karena mengkhawatirkan Indra. Sekarang aku mengubah langkahku menuju perpustakaan sekolah. Hatiku gelisah, ingin rasanya menepis segala kenangan yang hinggap di dalam kepala. Di dalam perpus, Aku sangat kesal karena ada seorang laki laki membaca di tempat favoritku sambil menutupi mukanya dengan buku. Namun, setelah Aku duduk di depan orang itu, dia mengalihkan bukunya dan Aku terbelalak kaget. “Indraa? Ngapain di sini? Emm maksudku tumben banget, gak latihan band?” tanyaku sedikit gugup. “Gak mood, moodku pingin ketemu Kamu, pengen deket lagi kayak dulu. Sama mau minta maaf gara-gara cinta Aku lupa sama Kamu, SAHABATku” jawabnya, Aku tau dia sedang bersedih. Matanya berkca kaca menahan air mata yang sebentar lagi akan tumpah. “Nimas, kita Sahabatan lagi yukk, kayak dulu. Selamanya!” ucap dia sambil mengacungkan kelingkingnya. Aku hanya bisa tersenyum perih, kenapa dia tidak juga sadar kalau Aku selama ini menyayanginya lebih dari sahabat? Aku hanya menjawab dengan hati yang retak, tanpa membalas uluran kelingkingnya. “Aku bakalan siap buat nemenin kapanpun Kamu butuh kok” “Bahagiaaa banget punya sahabat kayak Kamu Nimas hehehe, bahagia susah bersama okayyy heheh” ucapnya sedikit berteriak, seperti beban di hatinya hilang seketika. “Semoga Kamu selalu bahagia dalam hal apapun Indra, walaupun tidak bersamaku. Aamiin. Entah sudah berapa banyak namamu kusebutkan sebelum Aamiinku.” doaku dalam hati.